5/11/2013

Tokoh dan Institusi Kelas Dunia Ramai-ramai Boikot Israel

“Deputi Menteri Luar Negeri Israel: pemerintahnya akan sangat menghargai jika Google menarik kembali keputusannya”

Fisikawan kondang asal Inggris, Stephen Hawking (71), memutuskan  menolak hadir di konferensi bertema “Menghadapi Masa Depan 2013”, yang diselenggarakan Presiden Israel, Shimon Peres, Juli mendatang.  The Guardian melansir, salah seorang yang melobi tokoh atheis ini untuk memboikot acara tersebut adalah Noam Chomsky.

Stephen Hawking
"Hawking bergabung dengan boikot akademik Israel, dan membatalkan kehadiran dalam konferensi tersebut," kata Komite Inggris untuk Universitas Palestina (Bricup), dalam lamannya seperti dikutip AFP, Rabu (8/5/13). Ini adalah keputusan independen Hawking untuk menghormati boikot berdasarkan pengetahuannya tentang Palestina, dan atas saran kontak akademisnya sendiri. 
 
Ketua Konferensi Israel, Maimon, mengecam keputusan Hawking. "Boikot akademis terhadap Israel dalam pandangan kami keterlaluan dan tidak tepat, terutama bagi seseorang yang semangat kebebasannya terletak pada misi manusia dan akademisnya," katanya dalam sebuah pernyataan (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/08/mmhawl-stephen-hawking-ikut-boikot-konferensi-israel).

Universitas Cambridge di Inggris, tempat Hawking mengajar sejak 1962, telah memastikan menarik diri dari konferensi. Namun tidak diungkapkan apakah dia mendukung pernyataan dalam laman Bricup tersebut. Konferensi yang berlangsung pada 18-20 Juni 2013 itu akan dihadiri para diplomat, politikus, dan akademisi. Para pembicara yang akan hadir antara lain Perdana Menteri Inggris, Tony Blair; mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Bill Clinton; dan aktris sekaligus biduan Barbra Streisand (http://www.tempo.co/read/news/2013/05/09/115479063/Fisikawan-Stephen-Hawking-Boikot-Israel).

Siapa yang dimaksud kontak akademis Hawking yang memberi saran padanya untuk memboikot konferensi?  Pada Jumat (10/5/13) The Guardian melansir, Noam Chomsky, professor linguistik terkemuka AS, adalah satu di antara 20 akademisi yang secara pribadi melobi Hawking untuk memboikot konferensi tersebut.

Chomsky yang dikenal sebagai pendukung Palestina, bergabung dengan akademisi Inggris dari Universitas Cambridge, London, Leeds, Southampton, Warwick, Newcastle, York dan Universitas Terbuka, untuk memberitahu Hawking bahwa mereka "terkejut dan sangat kecewa"  Hawking telah menerima undangan untuk berbicara di konferensi tersebut. Chomsky sendiri merupakan warga AS berdarah Yahudi.
Melalui Bricup, dikirimlah surat kepada Hawking. Isinya antara lain: Israel secara sistematis mendiskriminasikan warga Palestina yang membentuk 20% dari populasi, dengan cara yang dianggap ilegal di Inggris. Perlakuan terhadap rakyat Gaza seperti pembangunan pemukiman Yahudi, juga telah melanggar Konvensi Jenewa.  

Profesor Malcolm Levitt dari Royal Society, pakar resonansi magnetik dari Universitas Southampton, yang menandatangani surat itu, mengatakan, ini adalah pilihan yang sulit. “Karena Israel penuh dengan ilmuwan brilian dan mereka adalah rekan-rekan kami,” ujar Malcolm Levitt. Pada hari yang sama, David Newman, Dekan Fakultas Humaniora dan Ilmu Sosial Universitas Ben Gurion Israel, memperingatkan bahwa boikot akademik hanya akan menghancurkan salah satu dari sangat sedikit ruang tersisa di mana rakyat Israel dan Palestina sebenarnya datang bersama-sama (http://www.guardian.co.uk/world/2013/may/10/noam-chomsky-stephen-hawking-israel-boycott).

Sementara itu, atas keputusannya itu Hawking menuai ejekan dari para kritikus ilmuwan. Mereka menilai Hawking munafik, karena di sisi lain dia menggunakan teknologi Israel pada peralatan komputernya yang memungkinkan dia dapat “berfungsi”. Hawking diketahui menderita kelainan  motor neuron selama 50 tahun terakhir, dan bergantung pada sistem berbasis komputer untuk berkomunikasi.

Shurat Ha
Din, Pusat Hukum Israel yang mewakili korban terorisme, menyatakan, peralatan komputerisasi yang digunakan Hawking,  berjalan pada chip yang dirancang tim Intel Israel sejak tahun 1997. Saya menyarankan jika ia benar-benar ingin menarik keluar Israel ia juga harus mengeluarkan Intel Core i7-Nya dari tablet," kata Nitsana Darshan-Leitner dari Shurat HaDin, panas (http://www.guardian.co.uk/science/2013/may/08/stephen-hawking-hypocrisy-israel-boycott).

Sebelum Hawking, ada banyak pribadi dan lembaga yang juga memboikot Israel atas pengucilan terhadap Palestina, seperti Persatuan Guru Irlandia, British Union University dan Kolese Akademisi, termasuk juga sejumlah Dewan Mahasiswa Universitas. Beberapa selebritas juga tercatat pernah memboikot Israel dengan tidak menghadiri acara yang berkaitan dengan aktivitas negeri zionis tersebut. Sebut saja musisi Stevie Wonder pernah menolak tampil di acara yang diselenggarakan Friends of the Israel Deffence Forces (FIDF) di Los Angeles, Desember 2012  lalu.

Meg Ryan dan Dustin Hoffman
Aktris Hollywood, Meg Ryan, pada 2010, membatalkan rencananya menghadiri festival film Yerusalem setelah serangan Israel pada armada bantuan Gaza yang menyebabkan sembilan aktivisnya tewas (tragedy kapal Mavi Marmara). "Sehari setelah insiden kami mendapat email yang mengatakan dia tidak akan hadir," kata Associate Director Yerusalem Cinemateque, Yigal Molad Hayo Hayo, seperti dilansir The Guardian. "Meskipun mereka mengatakan itu karena dia terlalu sibuk, itu jelas bagi saya bahwa mungkin ada hubungannya dengan apa yang telah terjadi."  Aktor Dustin Hoffman, dikabarkan juga bergabung dengan aksi Meg Ryan untuk tidak hadir pada acara tersebut.

Lalu pada Agustus 2010, aktris Julianne Moore bergabung dengan banyak bintang Hollywood lainnya dengan menandatangani pernyataan oleh kelompok Jewish Voice for Peace yang memuji seniman Israel karena telah "menolak mengizinkan karya mereka digunakan untuk pembenaran atas pendudukan kejam terhadap tanah Palestina yang mereka tahu salah, yang melanggar hukum internasional, dan yang menghambat harapan untuk perdamaian yang adil dan abadi bagi Israel dan Palestina.

Dua kali pemenang Oscar, Emma Thompson, bergabung dengan kelompok 35 seniman lainnya memprotes partisipasi dalam kelompok teater bernama Tel Aviv Habima Festival “Globe to Globe”, di London, musim panas 2012 lalu. Thompson bersama para seniman itu menandatangani surat yang menyatakan Habima memiliki "catatan memalukan keterlibatan dengan pemukiman ilegal Israel di wilayah pendudukan Palestina”.(http://mycatbirdseat.com/2013/05/stephen-hawking-boycott-israel-7-celebrities-whove-done-it-too/).

Boikot juga dilakukan pesepakbola kelas dunia. Maret lalu, salah seorang pesepakbola nomor wahid dunia, Cristiano Ronaldo (CR7),  menolak bertukar kaus usai laga antara Portugal kontra Israel di lanjutan kualifikasi Piala Dunia akhir pekan lalu di Tel Aviv. Ketika rekan-rekannya berangkulan dengan pemain timnas Israel dan saling bertukar kaos, CR7 hanya bersalaman sambil terus berjalan melewati pemain tuan rumah (http://www.republika.co.id/berita/internasional/palestina-israel/13/03/25/mk6wax-video-cristiano-ronaldo-boikot-pemain-israel).

Gelandang Chelsea, Eden Hazard serta gelandang Arsenal, Abou Diaby, juga turut serta dalam aksi boikot pertandingan Piala Eropa U-21, tahun 2013, yang akan dihelat di Israel. Sebuah nota pernyataan ditandatangani oleh Diaby, Hazard, dan 60 pemain timnas U-21 dari berbagai negara, sebagai bentuk penolakan terhadap agresi militer Israel yang dilancarkan ke Palestina. Dilansir Daily Mail, seluruh pemain yang sepakat menolak penyelenggaraan turnamen di Israel ini menganggap aksi pendudukan Israel tak sesuai dengan nilai positif yang terkandung dalam olah raga (http://www.tribunnews.com/2012/12/03/eden-hazard-ikut-boikot-israel).

Aksi bersifat menyudutkan Israel juga terjadi terhadap barang ekspor dari Israel yang beredar di pasar Eropa, yakni dengan menandai produknya berasal dari Israel. Satu penerbitan berpengaruh di Inggris juga telah menghapus kata Israel pada satu buku terbitannya yang melampirkan peta Timur Tengah, dan menuliskan dengan kata “Occupied Palestine” (lihat: http://selasarselusur.blogspot.com/2013/04/produknya-ditandai-di-eropa-israel.html).

Google Gunakan Nama “Teritorial Palestina”
Tak hanya pribadi-pribadi, institusi juga semakin banyak yang bikin Israel ketar-ketir. Tercatat 1 Mei lalu, Google menggunakan nama "Palestina" di halaman pencarian untuk wilayah Palestina, dari semula “Teritorial Palestina”. Nama ini mulai ada di laman Google Palestina: www.google.ps. Juru bicara Google, Nathan Tyler, beralasan, ketika menyebut nama negara-negara, pihaknya sudah berkonsultasi dengan berbagai sumber dan otoritas. “Kami mengikuti jejak PBB dan organisasi internasional lainnya," katanya.

Seperti diketahui, Majelis Umum PBB, November lalu, menaikkan status Palestina menjadi negara setelah melalui voting anggota dan negara pengamat non-anggota. Hasilnya, 138 suara mendukung, 41 abstain, dan 9 menentang. Otoritas Palestina sejak itu mulai menggunakan nama “Negara Palestina” dalam korespondensi diplomatik dan mengeluarkan perangko resmi sebagai sebuah negara (http://www.tempo.co/read/news/2013/05/06/072478149/Google-Dukung-Palestina). Tyler juga mengatakan, selain mengikuti keputusan PBB, mereka juga sudah berkonsultasi antara lain dengan ICANN (Aturan Internet soal Nama dan Angka) dan ISO (Standar Nasional tentang Organisasi).

Deputi Menteri Luar Negeri Israel, Zeev Elkin, sampai merasa perlu mengirimkan surat protes kepada manajemen Google, Senin (6/5/13). Dalam surat itu Elkin mengatakan, keputusan Google mengganti istilah "Palestinian Territories" menjadi hanya "Palestina" bisa menghalangi proses perdamaian Timur Tengah. "Dengan melakukan ini, maka Google mengakui keberadaan negara Palestina," kata Elkin dalam surat yang dikirimkan ke CEO Google, Larry Page.

Google, lanjut Elkin, sudah banyak membawa perubahan positif di dunia dengan menciptakan hubungan antarmanusia dan antarbangsa. Jadi, Elkin menganggap keputusan Google ini sangat kontradiktif dengan tujuan awalnya, dan justru semakin merenggangkan para pihak dari dialog nyata. Oleh karena itu, kata Elkin, pemerintahnya akan sangat menghargai jika Google menarik kembali keputusannya itu (http://internasional.kompas.com/read/2013/05/06/22023819/Israel.Bujuk.Google.Ubah.Keputusan.soal.Palestina).**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar