“Margaret Chan: WHO yang beranggotakan 194 negara agar berbagi virus dan spesimen dengan
WHO, tidak secara bilateral”
Arab
Saudi mengumumkan kasus kematian ke-17 akibat infeksi virus novel corona (novel
Corona virus/nCov) di kawasan tengah al-Qassim. Padahal Awal April lalu, baru
lima orang yang dilaporkan meninggal akibat virus ini. Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) pun merilis informasi baru bahwa nCov tampaknya dapat menular
antarmanusia.
Virus Novel Corona |
Seperti
dikutip dari Reuters, Kementerian Kesehatan Saudi melaporkan, seorang
warga non-Saudi yang umurnya tidak dijelaskan, meninggal pada Selasa (21/5/13).
Pria tersebut dilaporkan sudah dirawat di rumah sakit di al-Qassim beberapa
hari lalu dengan gejala sakit pernapasan akut. "Sebagian besar kasus
sejauh ini dilaporkan terjadi pada orang tua dan orang dengan komplikasi
penyakit kronis," ungkap Kementerian Kedehatan Arab Saudi di laman
resminya.
Juru
bicara Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organisation/WHO), Glenn Thomas,
mengonfirmasikan, pihaknya sudah diberi informasi mengenai kematian terbaru
akibat penyakit yang oleh WHO akan dinamai Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS)
ini. "Kasus terakhir ini terjadi di kawasan berbeda dan nampaknya tidak
terkait dengan wabah terakhir serta kluster di kawasan timur negara ini,"
kata Glenn, di Jenewa.
Berdasarkan
data WHO, sebanyak 18 orang dinyatakan meninggal akibat virus ini sejak gejala
penyakit yang ditimbulkannya terdeteksi tahun lalu, termasuk pada seorang warga
Inggris yang baru tiba dari Saudi. Virus
yang bisa menyebabkan batuk, demam, dan pneumonia ini, berasal dari keluarga yang
sama dengan virus SARS (severe acute
respiratory syndrome/sindrom saluran pernapasan akut dan parah), yang pernah
menewaskan 775 orang di seluruh dunia pada 2003. Menurut WHO, kasus infeksi nCov
tercatat 44 kasus, 22 diantaranya berakibat fatal. Dari jumlah tersebut 33 di
antaranya terjadi di Arab Saudi.
WHO juga merilis informasi baru yang
mengatakan bahwa virus baru tersebut tampaknya bisa menular antar-manusia, namun
setelah melalui kontak yang lama dan cukup dekat (http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/13/05/24/mna3tr-arab-saudi-laporkan-kematian-baru-akibat-virus-corona).
Pernyataan ini diungkapkan setelah menteri kesehatan Prancis mengonfirmasi pria
kedua yang terserang virus dengan kemungkinan penyebaran antar manusia. “Kelompok
berbeda di beberapa negara semakin mendukung hipotesis, ketika mereka melakukan
kontak erat, virus ini dapat menular dari manusia ke manusia," bunyi
pernyataan WHO, seperti dilansir BBC (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/13/mmq6qc-who-virus-corona-baru-dapat-menular-antarmanusia).
Ancaman
penularan nCov antarmanusia ini diperkuat kejadian yang menimpa dua pekerja
medis di rumah sakit (RS) di Arab Saudi. Dua pekerja medis ini didiagnosis terinfeksi
nCov dari pasien. Ini juga menjadi bukti pertama adanya penularan virus di
rumah sakit (RS). "Ini merupakan yang pertama terjadi dimana petugas
kesehatan didiagnosis dengan infeksi virus novel corona setelah dekat dengan
pasien," begitu laporan WHO, seperti dilansir Al-Arabiya, Kamis (16/5).
Dua pekerja
kesehatan tersebut termasuk ke dalam enam kasus yang diumumkan menteri
kesehatan Saudi, Selasa lalu (14/5/13). Lembaga PBB tersebut mengatakan pekerja
kesehatan lainnya juga terinfeksi penyakit mematikan tersebut di Yordania.
Namun, sampai saat ini belum jelas apakah mereka tertular dari pasien. "Ini
pertama kalinya kami memiliki bukti yang kuat dan cepat," kata juru bicara
WHO lainnya, Gregory Hartl.
Organisasi
tersebut juga memperingatkan adanya pembatasan perjalanan dan pemeriksaan
khusus untuk membatasi penyebaran virus. Sejak akhir September 2012 lalu, WHO
menyatakan ada 40 kasus virus tersebut di seluruh dunia dengan korban tewas
mencapai 20 orang. Kasus paling mematikan terjadi di Arab Saudi sebagai
negara tempat pertama virus ini ditemukan, dengan 30 kasus infeksi, setengah
diantaranya merupakan kasus fatal.
Infeksi lainnya
dilaporkan di Yordania, Qatar, hingga Jerman, Inggris, dan Prancis (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/16/mmvldy-pasien-tularkan-virus-corona-ke-perawat).
"Semua kasus di Eropa secara langsung atau tidak langsung berhubungan
dengan Timur Tengah, termasuk dua kasus baru-baru ini yang memiliki rekaman
perjalanan dari Uni Emirat Arab," ujar Hartl.
Begitupun dengan
kasus penyebaran pertama nCov hingga Afrika, diduga terjadi pada seorang pria Tunisia
yang baru pulang dari Arab Saudi. Pria berusia 66 tahun yang memiliki masalah
diabetes tersebut, dilaporkan mengeluh sulit bernapas sejak kembali dari Arab Saudi.
Dia kemudian meninggal di rumah sakit kota Monastir. Dua anaknya juga
terinfeksi virus tersebut namun telah mendapat pengobatan. “Kasus di
Tunisia ini tidak mengubah cara kita mengurangi risiko, tapi itu memperlihatkan
virus masih terus menyebar," kata Hartl seperti dilansir BBC (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/22/mn6d49-kasus-coronavirus-di-afrika-pertama-ditemukan).
Sementara itu,
adanya dugaan kemandekan dalam diagnosis nCov membuat WHO mendesak
negara-negara dengan kasus nCov membagi informasinya. Pernyataan itu
dikeluarkan setelah Arab Saudi mengatakan pengembangan tes diagnostik tertunda
karena hak paten virus nCov ada di laboratorium komersial.
Wakil Menteri
Kesehatan Saudi, Ziad Memish, mengatakan kekhawatirannya di Majelis Kesehatan
Dunia di Jenewa. "Kami masih berjuang dengan diagnostik, dan mendengar
alasan bahwa virus telah dipatenkan oleh para ilmuwan sehingga tidak boleh
digunakan untuk investigasi ilmuwan lain," katanya seperti dilansir BBC, Jumat (24/5). Dia menilai penundaan
prosedur diagnostik tersebut terjadi karena adanya upaya pematenan virus.
Kepala WHO,
Margaret Chan menyatakan kecewa pada informasi tersebut. "Setiap penyakit
baru penuh ketidakpastian," ujarnya. Dia mendesak WHO yang beranggotakan
194 negara berbagi virus dan spesimen dengan WHO, tidak secara bilateral. Saya
akan menindaklanjuti ini. Saya akan mencari implikasi hukum bersama dengan Arab
Saudi. “Tidak ada istilah ‘kekayaan intelektual seperti kemauanmu’, kalau ini
demi menyelamatkan warganya,” ujar Chan (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/24/mnamt4-garagara-hak-paten-diagnosis-coronavirus-telat).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar