“Saya masih menemukan buku pelajaran yang
memasang gambar bunga bangkai, tetapi ditulis Rafflesia”
Bunga raksasa tropis asal Sumatra, mekar di
rumah kaca milik Ohio State University, Amerika Serikat (AS). Tumbuh setinggi
180 cm, bunga berbau menyengat ini oleh pihak universitas diberi nama Woody,
dari nama pelatih sepak bola tim Buckeyes, Woody Hayes. Menurut juru bicara
universitas, Sandi Rutkowski, ini merupakan peristiwa kedua mekarnya bunga bernama
latin Amorphophallus titanum ini di rumah kaca universitas tersebut.
Woody saat ramai dikunjungi |
Beberapa tanaman bunga bangkai ini malah tidak
pernah mekar lagi, dan tidak ada jaminan bahwa yang mekar akan melakukannya
lagi. Rutkowski mengatakan, tiga atau empat kali mekar dalam tiga tahun adalah
karena keberuntungan dan keahlian manajer program rumah kaca, Joan Leonard.
"Kami beruntung, tapi sebagian besar juga karena keahlian Joan yang luar
biasa dalam menumbuhkan dan memelihara tanaman,” ujarnya (http://www.republika.co.id/berita/senggang/unik/13/05/16/mmv36w-bunga-bangkai-asal-indonesia-mekar-di-as).
Dengan
perlakuan khusus, bunga bangkai sekarang bisa tumbuh di berbagai tempat di
penjuru dunia, terutama di kebun-kebun botani atau di penangkaran-penangkaran
spesialis. Di AS, bunga yang muncul seringkali diberi julukan atau nama
tertentu, seperti halnya penamaan Woody. Menariknya, bunga bangkai dimana-mana selalu
menarik perhatian banyak pengunjung, termasuk yang datang karena ingin “menikmati
baunya” (http://id.wikipedia.org/wiki/Bunga_bangkai).
Pada Desember tahun lalu, bunga yang juga
dijuluki Arum Titan ini juga mekar di Brasil. Ratusan pengunjung ketika itu membanjiri
taman botani Inhotim tempat mekarnya bunga raksasa tersebut, untuk menonton pemandangan langka ini. Taman
ini terletak 445 km dari Rio de Janiero, ibukota Brasil. Pakar botani Patricia
Oliviera, kepada AFP, mengatakan, ia mulai merekah pada Hari Natal, dua hari
kemudian sudah menunjukkan tanda-tanda melayu.
Bunga ini kata Oliviera yang juga bekerja
di taman Inhotim, memiliki daya hidup 72 jam. Selama mekar, bau dan warnya akan
menyerupai daging busuk, yang akan menarik hewan penyerbuk seperti lalat dan
kumbang. Titan Arum adalah asli spesies hutan hujan tropis Sumatra Barat. Bunga
ini tergolong sangat langka, dan luar biasa sulit ditumbuhkan. Butuh waktu enam
tahun untuk mulai berbunga (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/12/28/mfptk2-bunga-bangkai-sumatra-di-brasil-berhasil-mekar).
Dalam hal rekor tertinggi tumbuhnya bunga
bangkai ini, hingga tahun 2005 rekor bunga tertinggi yang tumbuh di penangkaran
dipegang Kebun Raya Bonn, Jerman, setinggi 2,74 meter yang mekar pada 2003. Pada tanggal 20 Oktober 2005, mekar
bunga dengan ketinggian 2,91 meter di Kebun Botani dan Hewan Wilhelma,
Stuttgart, juga di Jerman. Namun demikian, Kebun Raya Cibodas, Indonesia
mengklaim, bunga yang mekar di sana pada dini hari tanggal 11 Maret 2004, mencapai
ketinggian 3,17 meter (http://id.wikipedia.org/wiki/Bunga_bangkai).
Pusat
Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor (KRB)-Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), termasuk yang berhasil
menumbuh kembangkan tanaman langkah tersebut. Saat ini, PKT KRB-LIPI bahkan tengah
merintis terbentuknya Bank DNA bunga bangkai Amorphophalus titanum ini. "Bank
DNA Amorphophalus titanum nantinya untuk menghasilkan sampel-sampel DNA yang
memberikan informasi variasi-variasi genetik yang berguna dalam menentukan
bahan induk silangan," kata Kepala PKT KRB-LIPI, Mustaid Siregar.
Mustaid
menjelaskan, tim peneliti KRB telah melakukan penyilangan pada salah satu koleksi
tanaman Amorphophalus titanum yang pernah berbunga pada 2 Februari 2012. Penyilangan
tersebut menggunakan serbuk sari yang telah disimpan di fasilitas penyimpanan
di Laboratorium. Proses penyilangan dilakukan ketika koleksi ini berbunga
sempurna di malam hari, dan mulai menjadi buah pada Maret 2012. "Ini keberhasilan
penyerbukan buatan pada Amorphophalus Titanum yang pertama kali di
Indonesia," katanya. Setelah empat bulan, buah yang berjumlah 215 masak
dan dipanen, lalu bijinya disemai.
Daya
kecambah biji yang dihasilkan mencapai 70-100 persen. Selanjutnya, pertumbuhan
bibit serta perkembangan umbi akan terus diamati. "Studi teknik kultivasi
ini telah menghasilkan metode penyimpanan biji dan perkecambahan yang tepat.
Kegiatan studi konservasi genetik ini cikal bakal rintisan Bank DNA
Amorphophalus Titanum," katanya. Mustaid mengungkapkan, penelitian pada Amorphophalus
Titanum, belum semuanya terungkap. Pihaknya berharap budidaya bunga langka
tersebut dapat seperti Angrek yang kini bisa dinikmati setiap saat dirumah
maupun di ruang kerja (http://www.republika.co.id/berita/trendtek/sains/12/11/24/mdzeac-kebun-raya-bogor-rintis-bank-dna-bunga-bangkai).
Di seluruh dunia, terdapat sekitar 170 spesies bunga
bangkai. Spesies yang terkenal di Indonesia diantaranya
adalah: Amorphophallus titanum
(bunga bangkai raksasa, Titan arum, suweg raksasa), Amorphophallus gigas (Amorphophallus raksasa
sumatera), Amorphophallus
decussilvae (bunga bangkai jangkung, bunga bangkai jawa barat), dan
Amorphophallus beccarii;
Amorphophallus campanulatus
(Suweg); serta Amorphophallus
oncophyllus (iles-iles, porang, ileus).(http://alamendah.org/2010/06/28/mengenal-bunga-bangkai-amorphophallus-dan-jenis-macamnya/).
Bunga Bangkai dan Rafflesia
Mekarnya
bunga bangkai di berbagai tempat, selalu diburu para traveler. Namun ternyata
banyak yang belum menyadari bahwa Amorphophallus titanum dan Raflesia adalah dua
tanaman berbeda. Dua tanaman ini juga terdapat di KRB. Untuk
Rafflesia, kata Mustaid, KRB baru memiliki jenis Patma. Sedangkan untuk bunga
bangkai saat ini KRB memiliki sembilan umbi atau bibit bunga bangkai yang
hidup. Rafflesia patma memiliki bentuk seperti Rafflesia arnoldii yang habitatnya
di Bengkulu, hanya saja ukuran Patma lebih
kecil.
Koordinator tim peneliti Amorphopallus titanum di KRB, Dian Latifah, mengatakan, Rafflesia merupakan tanaman parasit (sejenis benalu). Rafflesia tidak mempunyai batang dan daun sendiri, karenanya harus menumpang di tanaman lain yang disebut inang. Inang Rafflesia patma adalah Tetrastigma, tumbuhan pemanjat dari keluarga anggur-angguran. Umumnya Rafflesia tumbuh pada akar atau batang bagian bawah Tetrastigma. Untuk jenis Patma, diameternya hanya 35-40 Cm, sedangkan Arnoldii bisa 1 meter. Menurut Sofi Mursidawati, peneliti Rafflesia di KRB, Rafflesia patma yang sukses ditanam di KRB didapat dari menyambung akar Tetrastigma yang “terinfeksi” Rafflesia.
Koordinator tim peneliti Amorphopallus titanum di KRB, Dian Latifah, mengatakan, Rafflesia merupakan tanaman parasit (sejenis benalu). Rafflesia tidak mempunyai batang dan daun sendiri, karenanya harus menumpang di tanaman lain yang disebut inang. Inang Rafflesia patma adalah Tetrastigma, tumbuhan pemanjat dari keluarga anggur-angguran. Umumnya Rafflesia tumbuh pada akar atau batang bagian bawah Tetrastigma. Untuk jenis Patma, diameternya hanya 35-40 Cm, sedangkan Arnoldii bisa 1 meter. Menurut Sofi Mursidawati, peneliti Rafflesia di KRB, Rafflesia patma yang sukses ditanam di KRB didapat dari menyambung akar Tetrastigma yang “terinfeksi” Rafflesia.
Sementaa itu, Amorphophallus titanium,
adalah tumbuhan sejati yang memiliki umbi, batang, dan daun, sehingga dapat
menyuplai makanannya sendiri. Dia bahkan tergolong tumbuhan talas-talasan dari
marga Araceae. ”Perbedaan lain, bunga bangkai itu punya bunga jantan dan
betina, sedangkan Rafflesia bunga berumah dua. Artinya, pada satu bunga hanya
ada satu jenis,” kata Dian. Karena itu Amorphophallus relatif lebih mudah
dibiakkan dengan biji. Sebaliknya biji Rafflesia sukar didapat karena bunga
jantan dan betina sukar didapati mekar bersamaan.
Namun, kedua bunga ini memang sama-sama
beraroma tak sedap seperti bangkai. Inilah yang menyebabkan banyak orang salah
kaprah dengan menyebut keduanya bunga bangkai. Namun bau Amorphophallus titanum
lebih menyengat dibanding Rafflesia.
Dian
menambahkan, pertumbuhan Rafflesia tidak bisa diprediksi karena tergantung pada
inangnya. Sejak kuncup sampai mekar, bisa memakan waktu sekitar 34 jam. Beda
dengan Amorphophallus titanum yang bisa diamati perkembangannya, dan bisa mekar
hanya dalam waktu 24 jam Di KRB,
Amorphophallus titanum pertama kali ditanam 1920. Di Indonesia ada 25 jenis
Amorphophallus, 18 di antaranya jenis endemik yang hanya bisa ditemukan di
daerah tertentu di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Salah satu jenis
Amorphophallus, yakni Amorphophallus paeoniifolius (suweg), diteliti sebagai
bahan pangan.
Kesalahkaprahan
antara bunga bangkai dan Rafllesia misalnya terdapat pada buku pelajaran. “Saya
masih menemukan buku pelajaran memasang gambar bunga bangkai, tetapi ditulis
Rafflesia. Di televisi juga ada kesalahan. Padahal berbeda,” tutur Lyndie
Hardstaff dari Subbidang Jasa dan Informasi pada Pusat Konservasi Tumbuhan KRB (http://travel.detik.com/read/2012/11/24/115346/2100110/1382/ini-dia-beda-rafflesia-dan-bunga-bangkai/http://travel.kompas.com/read/2012/11/12/0230045/Rafflesia.Bukan.Bunga.Bangkai).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar