Dengan
alasan masalah hak asasi manusia (HAM), parlemen Belanda akhirnya menolak
pemintaan Indonesia yang ingin membeli tank Leopard. Tak menyerah, Indonesia
merayu Jerman, dan berhasil. Pemerintah negara tersebut pada Rabu (8/5/13) setuju
menjual 104 tank bekasnya itu kepada Indonesia.
Leopard (ROL) |
Seperti
dinyatakan juru bicara kementerian ekonominya yang dilansir AFP, Kanselir Jerman, Angela
Merkel,memberi lampu hijau kepada pembuat senjata yang berpusat di Dusseldorf,
Rheinmetall AG, untuk menjual tank Main
Battle Tank (MBT) itu kepada Jakarta. Ia menyatakan harga keseluruhan sekitar 3,3
juta euro (sekitar Rp 43 miliar), dengan menunjukkan bahwa lebih dari 100 tank
tempur Leopard 2 dan kendaraan lain itu adalah bekas pakai.
Pengiriman
itu termasuk 104 tank Leopard 2, 50 kendaraan tempur infanteri Marder 1A2 serta
amunisi, dan 10 tank lainnya yang berkemampuan digunakan di medan pegunungan, memasang
jembatan, dan menggusur tanah lapis baja. Indonesia pertama kali meminta tank
itu pada 2012 saat kunjungan Merkel ke Jakarta.
Waktu itu Merkel minta Indonesia berjanji tidak menggunakannya terhadap
rakyat.
Juru
bicara Merkel, Steffen Seibert, menyebut, Indonesia adalah mitra penting.
"Indonesia dalam pandangan pemerintah Jerman, sejak 1998 mengalami
perubahan politik mendalam menuju sistem politik demokratis, dan berlangsung
terus," katanya. (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/09/mmho7l-jerman-akan-jual-164-tank-bekas-ke-indonesia).
Jerman merupakan eksportir senjata ketiga terbesar di dunia setelah Amerika
Serikat (AS) dan Rusia. Berdasarkan laporan Amnesti Internasional, persenjataan
Jerman—termasuk senjata kecil, amunisi, dan kendaraan militer—dikerahkan besar-besaran
ke Timur Tengah dan Afrika Utara (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/12/mmojve-indonesia-borong-104-tank-dari-jerman).
Pada
November 2012, Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, mengatakan, Merkel
memberi alasan mengapa mau menjual perangkat perang
itu ke Indonesia. Indonesia menurut
Merkel, bukan
negara pengutang dan pertumbuhan ekonominya terus meningkat. Indonesia juga dipandang bukan pelanggar HAM. Sjafrie bertemu Merkel pada
kunjungan kerja ke Jerman, 17-24
September 2012. Mengutip Merkel, Sjafrie mengatakan, tidak ada negara yang bisa mendikte Jerman pada
perdagangan sistem senjata. Jerman dapat dengan bebas menawarkan produk-produknya
ke negara yang tepat (http://www.republika.co.id/berita/en/national-politics/12/09/19/malvj8-minister-three-reasons-why-germany-sells-its-tanks-to-indonesia).
Mengenai
pembelian tank Leopard ini, Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq,
mengatakan, Leopard Jerman lebih murah dan memiliki kualitas baik. "Jerman
adalah negara yang memproduksi langsung, sedang Belanda bukan sehingga menjadi
mahal," kata Mahfudz. Komisi I sebenarnya sempat mengkritisi pembelian
tersebut. “Tapi setelah dijelaskan, kita menyetujui karena sesuai
persyaratan," ungkap Wakil Ketua Komisi I, TB Hasanuddin, pada Selasa
(28/8/12). Persyaratan itu antara lain: pembeliannya murni government
to government— tidak melibatkan makelar/rekanan/pihak ketiga, melakukan transfer teknologi, dan membeli baru
dari Jerman buka beli bekas dari Belanda (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/08/24/m995a5-kemhan-emoh-beli-tank-bekas-belanda/http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/08/28/m9g655-komisi-i-setujui-pembelian-leopard-jerman).
Meskipun syarat terakhir ini meleset tampaknya (?).
Sempat
muncul anggapan bahwa pembelian sejumlah alat utama sistem persenjataan
(Alutsista) tidak sesuai kebutuhan. Kasubdit Pendayagunaan Industri, Direktorat
Teknologi dan Industri Pertahanan Kemenhan, Kolonel Gita Amperiawan, menolak anggapan
itu. Pembelian sejumlah alutsista kata dia, akan menambah kemandirian Indonesia
dalam hal pengadaan dan perawatannya, sebab pembelian dilakukan secara transfer of technology (TOT). Dengan
cara ini, pihaknya menargetkan tahun untuk PT Pindad, PT PAL, dan Dirgantara
Indonesia, mampu memproduksi dan merawat sendiri alutsista (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/07/10/m6xuj0-tni-klaim-pembelian-leopard-sesuai-kebutuhan).
Sesuai
rencana, dua tank Leopard dari rencana kedatangan 44 unit lainnya pada November
2012, tiba di pelabuhan Tanjung Priok, 5 November 2012. Tank ini tiba dengan
menggunakan kapal pengangkut BBC Kelan Monrovia. Hari itu juga, tank Leopard
ini dijajal dari Priok menuju Hall D PRJ Kemayoran. Robby Ardiansyah, anggota Batalyon
Kavaleri (Yonkav) 1 Kostrad TNI AD saat ditemui di sana mengatakan, kedua tank
tersebut saat ini masih dalam pengawasan mekanik Jerman. Beberapa komponennya juga
belum dipasang. Karena itu, untuk mesuk pun pihak TNI belum ada yang diperkenankan.
Tank Leopard buatan Jerman telah
digunakan negara-negara Eropa. Hanya Singapura negara Asia yang telah menggunakan
tank yang bisa menyelam di perairan dangkal ini. Jumlah yang dimilikinya adalah
96 tank bekas Jerman termasuk 30 tank sebagai suku cadang.. Berdasarkan
catatan, Jerman memiliki 2.350 buah tank Leopard dari berbagai varian. Dari
jumlah itu, hanya 408 yang aktif digunakan. Sisanya disimpan dan dijual paska
perang dingin.
Belanda memiliki 445 tank Leopard. Hanya
82 yang aktif dan 26 masih di gudang penyimpanan, serta 1 buah tank rusak. Belanda
juga banyak menjual tank jenis ini paska perang dingin. Negara-negara lain yang
memiliki Leopard 2 adalah Austria, Kanada, Chili, Denmark, Finlandia, Norwegia,
Polandia, Portugal, Singapura, Spanyol, Turki, dan Yunani. Kebanyakan merupakan
eks Jerman, sisanya Belanda (http://www.rmol.co/read/2012/11/09/84637/Tank-Leopard-Dijajal-Jalan-Ke-Kemayoran-).
Keputusan
membeli dari Jerman dilakukan setelah kesepakatan pembelian 100 unit tank
Leopard dari Belanda tidak juga mendapat restu Parlemen Belanda. Padahal
Indonesia sudah menunggu 8-9 bulan. Pemerintah Belanda tadinya berencana
menjual tank-tanknya untuk membangun pesawat tanpa awak. Namun mayoritas partai
di parlemen menentang kesepakatan itu karena Indonesia dianggap memiliki jejak
rekam buruk dalam HAM, terutama di Papua.
Pengamat
dari Clingendael international institute, Kees Homan, merasa cukup yakin
hubungan Belanda dan mantan koloninya ini akan rusak akibat keengganan parlemen
tersebut. "Tapi Indonesia akan menghormati keputusan parlemen,"
ujarnya. Menteri Luar Negeri Belanda, Uri Rosenthal, dikutip Volkskrant, mengatakan, hubungan telah
tergores. Ia menyatakan akan melakukan upaya untuk memperbaiki kembali. (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/07/04/m6lk45-indonesia-batalkan-pembelian-tank-belanda).
Peluang
yang diberikan Jerman, terkait penjualan tank Leopard, menurut pakar hubungan
internasional Teuku Rezasyah, bisa meningkatkan daya tawar Indonesia secara
global. Posisi tawar Indonesia menjadi meningkat di mata negara-negara pemasok alat sejenis seperti AS,
Cina, atau Korea Selatan. Ke depannya, lanjut Teuku, akan memudahkan transaksi imbal beli, kerja
sama riset dan pengembangan, termasuk mekanisme pelayanan purna jual, dan
keterlibatan industri strategis," kata Teuku, di Jakarta, Rabu (15/6). (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/05/16/mmvbkt-pembelian-tank-jerman-perkuat-posisi-indonesia).
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) seusai melakukan pertemuan bilateral dengan Merkel,
10 Juli 2010, yang menghasilkan kesepakatan pembelian tank Leopard, mengatakan,
tank ini memang diperlukan untuk menjaga kedaulatan dan pertahanan nasional. "Saya
pastikan semua terbuka dan transparan, kami tidak pernah menggunakan tank tempur
untuk menembaki rakyat kami," kata SBY (http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/12/07/10/m6y1b1-presiden-pengadaan-leopard-jerman-terbuka-dan-transparan).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar