4/29/2013

Produknya Ditandai di Eropa, Israel Protes


“Mehadrin, perusahaan yang mengekspor produk pertaniannya ke Eropa, diketahui beroperasi di permukiman-permukiman ilegal Israel dan merampas tanah dan sumber air milik warga Palestina”

Uni Eropa yang biasanya lebih berpihak kepada Israel, untuk kali ini bersikap keras pada negara zionis ini. Mereka memberikan label penanda untuk membedakan produk-produk yang diimpor dari pemukiman Yahudi di Palestina. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Yegal Balmor, menilai, Eropa telah melakukan tindakan diskriminatif.

Naturei Karta, bermuka dua?
Harian Maaref seperti dikutip situs Infopalestina menyebutkan, undang-undang internasional tidak mengakui legalitas pemukiman yahudi yang dibangun di wilayah Tepi Barat dan Alquds di Palestina. Sementara Israel menganggapnya sebagai wilayah mereka. ''Karena itu, produk dan bahan komoditas yang dihasilkan oleh permukimanYahudi itu tidak perlu mendapatkan keistimewaan pajak yang diberikan oleh Uni Eropa,'' tulis laporan Maaref (http://www.republika.co.id/berita/internasional/palestina-israel/13/04/28/mlxxjx-produk-ekspornya-ditandai-israel-kecam-eropa).

Uni Eropa, seperti dilansir oleh Hidayatullah.com, diketahui telah membatasi produk-produk yang berasal dari permukiman Israel pada Maret 2013 yang membuat para pejabat Israel frustasi. Sebelumnya, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, mengeluarkan pernyataan mendorong anggota Uni Eropa pada tanggal 22 Februari 2013 untuk memberlakukan pembatasan produk dari permukiman Yahudi yang dibangun di wilayah Palestina yang dijajah. Seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya, mengritik tincakan Uni Eropa ini sebagai “dukungan negatif” terhadap kebijakan Tel Aviv (http://kabarbaru.com/2013/04/28/zionis-israel-kritik-keras-usaha-eropa-tandai-produk-israel-hidyatullah-com-mengabarkan-kebenaran/).

Bagaimana Israel tidak frustrasi. Nilai ekspor negeri zionis tersebut ke Eropa—mulai buah-buahan, sayuran, kosmetik,  tekstil, dan mainan—mencapai Rp 2,8 triliun (298 juta dolar AS) per tahun. Sementara produk yang diimpor dari Palestina hanya sekitar Rp 187 miliar (15 juta euro).

Selasa, 30 Oktober 2012, sebanyak 22 organisasi sipil Eropa meluncurkan sebuah laporan berjudul Trading Away Peace: How Europe Helps Sustain Illegal Israeli Settlement. Laporan itu mengungkap bahwa negara-negara di Eropa mengimpor 15 kali lebih banyak barang-barang dari permukiman Israel ketimbang dari permukiman Palestina, padahal Uni Eropa telah menandatangani kesepakatan perdagangan yang sama dengan Israel dan Palestina. Perjanjian ini termasuk menolak ekspor produk yang berasal dari wilayah sengketa permukiman.

Sayangnya kepabeanan negara-negara Eropa tampaknya mengabaikan aturan asal produk,  sehingga pengecekan apakah barang ekspor mereka berasal dari wilayah sengketa atau tidak, terlewatkan. Hanya Inggris dan Denmark yang memasang label pada produk asal permukiman illegal tersebut.

Kondisi ini menurut para aktivis di benua biru, menunjukkan ketidakjelasan sikap Uni Eropa terhadap pendudukan Israel di Palestina. Situs berita mingguan Spiegel menuliskan, aktivis di Uni Eropa menyebut pemerintahan Uni Eropa sebenarnya menganggap Israel sebagai negara yang ilegal dalam hukum internasional. Pembentukannya menjadi halangan untuk perdamaian di kawasan Timur Tengah. Namun dengan ketidakjelasan sikap seperti ini, para aktivis menilai Uni Eropa menjilat ludah sendiri.

Selama ini, produk asal Israel sangat kompetitif. Penyebabnya, Israel memberikan subsidi besar  dan pengurangan pajak untuk petani dan produsen yang mau membangun di wilayah sengketa. Bahkan, pemerintah Israel mau membayarkan denda jika terjadi kesulitan keuangan. Sementara menurut laporan PBB September 2012, perekonomian Palestina di kawasan Tepi Barat memburuk.  Rakyat Palestina kehilangan 40 persen akses lahan, 82 persen air tanah, dan dua pertiga tanah penggembalaan hewan ternak. Penyebabnya, tak laian adalah pelebaran permukiman oleh Israel (http://www.tempo.co/read/news/2012/10/31/115438830).

Kondisi perekonomian yang memburuk di pihak Palestina, telah mendorong sekitar 16 organisasi sipil dan kelompok petani di Palestina menyampaikan desakan pada masyarakat internasional agar mengambil tindakan terhadap perusahaan-perusahaan pertanian Israel. Mereka menyatakan,  dengan menjual produk pertanian asal Israel, supermarket-supermarket di Eropa secara tidak langsung telah berkontribusi  melanggar hukum internasional dan hak asasi manusia. Nelayan-nelayan di Gaza juga melakukan aksi protes terhadap tindakan militer Israel yang sering menangkapi para nelayan Gaza. 

Kampanye seruan boikot terhadap produk Israel juga dilakukan serempak oleh lebih dari 40 organisasi pro-Palestina di kota-kota Eropa, seperti Swiss, Inggris, dan Prancis. Para aktivis meminta pemerintah dan pengusaha supermarket memutus hubungan dagang dengan perusahaan-perusahaan ekportir produk Israel. Salah satu target aksi protes di Eropa adalah Mehadrin, perusahaan eksportir produk-produk Israel seperti buah sitrus, kurma, dan produk pertanian lainnya. Mehadrin diketahui beroperasi di permukiman-permukiman ilegal Israel, merampas tanah dan sumber air milik warga Palestina, serta mengeksploitasi tenaga kerja dari kalangan warga Palestina dengan upah sangat rendah.

“Perusahaan-perusahaan Israel seperti Mehadrin dan Hadaklaim mendapatkan keuntungan dari blokade Israel di Gaza. Mereka memanen dan mengekspor hasil pertanian yang mereka tanam di tanah milik warga Palestina yang mereka usir dengan paksa,” ujar Dr. Taha Rifae, direktur Persatuan Serikat Pekerja Pertanian. (http://knrp.or.id/2013/02/aktivis-di-gaza-dan-eropa-serempak-kampanye-boikot-produk-israel/).

Retorika sejumlah pejabat Uni Eropa pada dasarnya mendukung pemboikotan produk Israel. Seorang diplomat Yunani sebagaimana dilaporkan Yediot Aharonot, mengatakan, Uni Eropa sedang mempertimbangkan bokiot impor barang dari Israel. Dia menyebutkan, negaranya telah menyatakan kepada Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, bahwa “Pendudukan Israel adalah ilegal”. Norwegia melalui menteri luar negeri-nya, Johan Gahr Store, juga mengatakan bahwa negaranya telah menyatakan produk Israel sebagai barang ilegal menurut undang-undang internasional. Seruan boikot juga dikumandangkan di Inggris dan dunia Eropa dalam beberapa tahun terakhir (http://www.mirajnews.com/id/eropa/123-uni-eropa-pertimbangkan-boikot-produk-israel.html).

Dukungan pemboikotan Israel, tak hanya seputar produk negara zionis. Beberapa waktu lalu kita ingat bagaimana pesepakbola tersohor, Christiano Ronaldo, menunjukkan sikapnya menentang aksi pendudukan Israel dengan tidak mau bertukar usai laga antara Portugal dengan Israel di lanjutan kualifikasi Piala Dunia akhir pekan lalu di Tel Aviv. Ketika rekan-rekannya berangkulan dengan pemain timnas Israel untuk saling bertukar kaos, Ronaldo hanya bersalaman sambil terus berjalan melewati pemain tuan rumah (http://www.republika.co.id/berita/internasional/palestina-israel/13/03/25/mk6wax-video-cristiano-ronaldo-boikot-pemain-israel).

Pada 2012 lalu, di Inggris diterbitkan buku yang menuliskan Israel sebagai “Occupied Palestine”. Kata “Occupied Palestine” ini tertulis pada peta kawasan Timur Tengah yang disertakan dalam buku teks “Skills in English Writing Level 1”. Buku pengajaran bahasa Inggris ini tergolong populer dan utama di Inggris.  Diterbitkan oleh Garnet, penerbit  yang juga cukup populer di sana (http://www.presstv.ir/detail/2013/01/01/281301/map/).

Boikot juga datang dari sesama etnis Yahudi. Kelompok etnis Yahudi yang dikenal dengan Neturei Karta bahkan terang-terangan menentang aksi pendudukan Palestina oleh Israel. Bagi mereka, Yahudi memang ditakdirkan bersiaspora di dunia tanpa harus memiliki negara.  Karenanya, kelompok yang berpusat di Amerika Serikat (AS) ini dikenal sebagai duri dalam daging bagi gerakan Zionisme Internasional. Mereka menyatakan bahwa Zionisme berbeda dengan Yudaisme.

“Kaum Zionis telah memperkosa Yudaisme dan menungganginya untuk ambisi politik. Yudaisme tidak mengenal Talmud dan negara Israel,” seru Rabi Yisroil Dovid Weiss, juru bicara Neturei Karta AS. Kelompok Yahudi Ortodoks menuding, Talmud adalah kitab iblis yang telah “mencemari kesucian”  Taurat yang diturunkan Tuhan kepada Musa. “Hapuskan Israel dari muka bumi!” demikian teriak mereka, mengamini seruan Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad yang pernah meneriakkan hal yang sama (http://id.wikipedia.org/wiki/Deklarasi_Balfour_1917). 

Namun sekedar informasi, tidak semua kalangan Islam yakin dengan visi dan misi kelompok ini. Jomah M Al Najjar dari Palestinian Welfare House, saat berkunjung ke Jakarta, mengatakan, “Jews is Jews.” Menurutnya, kelompok Neturei Karta ini bermuka dua. Di depan umat Islam mereka seakan pro Palestina, tapi di depan Zionis mereka juga melakukan intelijensi karena pada kenyataannya mereka sama-sama Yahudi (http://www.arrahmah.com/read/2012/04/09/19296-neturei-karta-konspirasi-zionis-membangun-citra-baik-yahudi.html).



Newspeg:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar