Para
penemu muda kembali bermunculan mencengangkan dunia. Seorang remaja Amerika
Serikat (AS), Eesha Khare (18), menciptakan charger tercepat di dunia.
Hanya dengan waktu 20 detik, baterai ponsel bisa terisi penuh. Kehebatan Eesha terungkap
dalam ajang Intel International Science and Engineering Fair, yang digelar di
Phoenix, Arizona, AS. Di ajang ini, Eesha menjadi salah satu penerima Young Scientist Award.
Eesha Khare dan Supercapacitor-nya (media.wired.it) |
Dikutip dari The Sideshow, dalam program itu Eesha
berhasil menggondol hadiah sebesar 50 ribu dolar AS (atau senilai sekitar Rp
480 juta) atas perangkat mungil revolusioner bikinannya itu. Alat bikinan Eesha
ini tak hanya dapat men-charge
baterai ponsel, melainkan juga barang elektronik apapun yang menggunakan
baterai isi ulang.
Eesha menceritakan
bahwa penemuan ini berasal dari pengalamannya sendiri yang seringkali mengalami
kehabisan baterai pada ponselnya, terutama karena alasan aplikasi yang berbeda.
Ia pun kemudian menciptakan alat yang diberinya nama supercapacitor; alat mungil yang bisa menyimpan energi begitu
besar. Hasil penemuannya ini dikabarkan telah menarik perusahaan raksasa
pencari data, Google (http://www.republika.co.id/berita/trendtek/elektronika/13/05/22/mn5tf5-remaja-as-ciptakan-charger-tercepat-di-dunia).
Gadis asal
Saratoga, California, ini, sebelumnya sering menggunakan superapacitor-nya untuk menghidupkan light-emitting diode (LED). Ketika itu diyakini, supercapacitor ini bisa pula digunakan
untuk mengisi ulang baterai ponsel dan gadget
lainnya, bahkan mobil listrik. Eesha yang saat ini masih berstatus pelajar SMA,
memiliki minat mendalami ilmu nanochemistry, dan berniat masuk ke Universitas Harvard
(http://www.bisnis-kti.com/index.php/2013/05/alat-ini-bisa-mengisi-full-baterai-ponsel-hanya-dalam-20-detik/).
Selain mampu
mengisi daya ponsel hingga 10 ribu kali dalam tempo 20-30 detik, Eesha juga
menciptakannya dengan bentuk fleksibel. “Benda ini bisa digulung dan dipasang
pada baju atau kain. Penggunaannya pun bisa bermacam-macam dan memiliki
kemampuan lebih besar dari baterai,” ujar gadis berdarah India ini. Selama ini,
baterai isi ulang rata-rata hanya mampu menyimpan 1000 kali pengisian daya dan
membutuhkan waktu lama untuk mengisi ulang secara penuh (http://hptekno.com/2013/05/22/baterai-penuh-dalam-20-detik/).
Selain itu, ada
keterbatasan yang mencolok dari baterai konvensional yang saat ini beredar di
pasaran, yaitu daya tampungnya
berbanding lurus dengan ukurannya. Dalam analisis yang dimuat di situs Nusagps, dikatakan, semakin besar daya yang bisa
disediakan baterai, semakin besar pula ukurannya. Jika dibandingkan
dengan penemuan Eesha, baterai yang umum digunakan pada perangkat elektronik saat
ini juga memiliki umur yang relatif singkat.
Seperti yang kita
ketahui, setiap baterai rechargeable (isi ulang) memiliki batasan
jumlah pengisian, atau lebih dikenal dengan istilah teknis cycle life.
Untuk baterai isi ulang yang umum ditemukan di pasaran, jumlah cycle-nya
adalah 1.000; artinya dapat diisi ulang setelah habis hanya sebanyak 1.000 kali
sebelum kemudian kinerja baterai menurun (tidak dapat menyimpan daya sebagus
awalnya). Sementara supercapacitor bikinan penemuan Eesha memiliki cycle
life sebesar 10.000 ( http://www.nusagps.com/supercapacitor-20-detik-untuk-isi-ulang-daya-ponsel/).
Autonome Rybarczyk
Namun mungkin
saja temuan Eesha bukan yang pertama. Sebelumnya, seorang desainer teknologi
bernama Francois Rybarczyk, Februari 2012, lalu telah memublikasikan satu perangkat
konsep isi ulang baterai tercepat dengan nama Autonome. Autonome diklaim dapat
mengisi ulang baterai dengan waktu 30 detik.
Cara
kerja alat ini tergolong sangat sederhana, yakni hanya dengan memasukkan
baterai ponsel ke dalam sebuah modul atau perangkat dengan konektor built-in. Modul pengisian tetap
menggunakan kabel listrik, dan perangkat modul tersebut akan mensuplai baterai
lainnya (memiliki sejenis baterai cadangan), sehingga baterai cadangan tersebut
dapat digunakan untuk mensuplai baterai utama.
Seperti
dilansir dari Mashable, walaupun masih sebagai konsep, tampaknya ini
bisa dijadikan sebagai sebuah temuan terbaru sekaligus inovasi dalam pengisian
energi baterai. Sumber menyebutkan, beberapa teknologi baru dalam pengisian
baterai ponsel akan mengusung fitur fast charging di masa yang akan
datang. Konsep lain dalam fitur fast
charging ini juga sedang dicoba dalam socket USB yang dinamakan
“U-Socket”, yang membutuhkan dua USB charging ports ekstra (http://www.tnol.co.id/rekomendasi/12702-wow-isi-ulang-baterai-ponsel-cuma-30-detik.html).
Jika
temuan Rybarczyk ini bisa dibuktikan lebih lanjut, boleh jadi supercapacitor bikinan Eesha memiliki
sejumlah keunggulan. Misalnya saja dalam hal ukuran dan kecepatannya yang bisa
10 detik lebih cepat, memiliki cycle life
10.000 kali, selain juga karena diciptakan oleh gadis remaja 18 tahun. Dan yang
lebih penting, temuannya ini telah dibuktikan di satu ajang bergengsi yang
diselenggarakan perusahaan software
kelas dunia, Intel.**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar