"Morfin saja sekarang sudah tidak
dipakai, diganti analgesik (penghilang rasa sakit) yang tidak membuat kecanduan”
Gabungan aktivis anti narkoba menggelar
aksi teatrikal di depan Istana Negara, Jakarta, Jumat (10/5), dalam rangka bulan
keprihatinan korban narkoba. Aksi tersebut digelar sebagai kepedulian atas
meningkatnya penyalahgunaan serta peredaran gelap narkoba di kalangan remaja
dan pemuda. Pada kesempatan itu, mereka juga menyerukan penolakan terhadap legalisasi
ganja (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/05/10/mml9gy-aktivis-gelar-aksi-keprihatinan-narkoba).
Daun ganja |
Sementara itu April lalu, Menteri Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, dikejutkan adanya usulan dari salah
satu ahli farmasi untuk membuat obat kanker dan jantung dari daun dan biji
ganja. "Saya terkaget-kaget mendengar itu karena unik. Saya dikasih
referensi itu dari farmasi, saya harus pelajari dahulu," katanya, Selasa
(23/4/13). (http://economy.okezone.com/read/2013/04/23/320/795967/dahlan-bumn-farmasi-diusulkan-buat-obat-kanker-dari-ganja).
Profesor
Dr. dr. Dadang Hawari, Psikiater yang kerap merawat pemakai psikotropika, mengungkapkan,
ganja sangat berbahaya bagi kesehatan psikis. "Memang tidak membunuh, tapi
membuat orang sakit jiwa," kata Dadang. Efek mengonsumsi ganja kata Dadang
adalah euphoria; yaitu rasa senang tanpa sebab, serta delusi; yaitu merasa percaya bahwa
sesuatu itu benar, padahal tidak. Efek ini, kata dia, berdampak jangka panjang
berupa gangguan mental dan perilaku.
Pengguna
ganja, lanjut Dadang, akan mengalami keadaan mal-adaptif, yakni tidak bisa
beradaptasi dengan kenyataan. Dadang sering merawat pasien yang mengalami
gangguan akibat ganja. "Yang awalnya baik-baik saja, setelah memakai ganja
berubah 180 derajat, jadi sering bolos, produktivitasnya menurun. Ini mau jadi
apa?" ujar Dadang yang menolak tegas gagasan legalisasi ganja di
Indonesia.
Ia juga mengatakan tidak pernah mendengar ada pemakaian ganja untuk keperluan medis, seperti kemoterapi untuk penderita kanker atau pengobatan bagi pengidap HIV/AIDS. Dunia kedokteran, kata Dadang, saat ini sudah mulai meninggalkan zat yang bersifat adiktif untuk keperluan medis. "Morfin saja sekarang sudah tidak dipakai, diganti analgesik (penghilang rasa sakit) yang tidak membuat kecanduan," ujar Dadang.
Wacana legalisasi ganja di Indonesia, mencuat pada Mei 2011, ketika sekitar 50 orang yang tergabung dalam Lingkar Ganja Nusantara (LGN) melakukan aksi long march di Patung Tugu Tani, Jakarta Pusat. Mereka beralasan ganja memiliki berbagai manfaat, misalnya untuk kemoterapi bagi penderita kanker, atau sebagai bahan baku kertas. Juru bicara LGN, Dhira Narayana, mengatakan, bila ganja dilegalisasi, peredarannya justru lebih mudah diawasi.
Ia juga mengatakan tidak pernah mendengar ada pemakaian ganja untuk keperluan medis, seperti kemoterapi untuk penderita kanker atau pengobatan bagi pengidap HIV/AIDS. Dunia kedokteran, kata Dadang, saat ini sudah mulai meninggalkan zat yang bersifat adiktif untuk keperluan medis. "Morfin saja sekarang sudah tidak dipakai, diganti analgesik (penghilang rasa sakit) yang tidak membuat kecanduan," ujar Dadang.
Wacana legalisasi ganja di Indonesia, mencuat pada Mei 2011, ketika sekitar 50 orang yang tergabung dalam Lingkar Ganja Nusantara (LGN) melakukan aksi long march di Patung Tugu Tani, Jakarta Pusat. Mereka beralasan ganja memiliki berbagai manfaat, misalnya untuk kemoterapi bagi penderita kanker, atau sebagai bahan baku kertas. Juru bicara LGN, Dhira Narayana, mengatakan, bila ganja dilegalisasi, peredarannya justru lebih mudah diawasi.
Namun
Badan Narkotika Nasional melalui Humasnya ketika itu, Sumirat Dwiyanto, tidak sependapat. "Bila ganja dilegalisasi,
semua orang malah lebih mudah mendapatkannya, sehingga risiko penyalahgunaannya
meningkat," ujarnya. Sumirat mengatakan, mayoritas negara di dunia tetap
menganggap ganja golongan narkotik. Belanda melegalkan ganja, tapi kata Sumirat
pola pikir masyarakatnya berbeda. Belanda pun kata dia, saat ini akan mengkaji
ulang legalisasi ganja (http://www.tempo.co/read/news/2011/05/08/063332925/Legalisasi-Ganja-Dinilai-Berbahaya).
Jerry
De Gray, penulis buku “Rasulullah
is My Doctor”, termasuk tidak setuju legalisasi ganja yang berpotensi
meningkatkan angka konsumsi ganja di Indonesia. Namun menurutnya, larangan itu jangan
berpengaruh terhadap upaya pemanfaatan tumbuhan bernama latin Cannabis sativa syn. Cannabis indica ini
sebagai penyembuh sejumlah penyakit. Jerry
menceritakan, kerabatnya di Aceh yang hendak membawa ganja ke Jakarta guna
penelitian, membatalkannya karena takut ditangkap. Jerry menyarankan pemerintah
Indonesia menyiapkan regulasi khusus agar peneliti atau masyarakat awam yang
hendak menggunakan ganja untuk pengobatan, tidak was-was.
Hasil
riset di Kanada tahun 2008, ungkap Jerry, menyebutkan bahwa ganja bisa
dimanfaatkan untuk obat mata, perut, dan kanker. Hebatnya, kata Jerry, tidak
ada efek samping. “Beda kasus kalau ganjanya dibakar dan dihisap,” ujar dia. Efek
negatif ganja papar Jerry, berasal dari kandungan tetrahidrokanabinol (THC)
yang bila dihilangkan akan menjadi minyak. Namun minyak tersebut bila
dioleskan bisa menyembuhkan kanker kulit. Selain itu, bila ganja dimakan
atau sebagai bahan campuran masakan seperti yang dilakukan masyarakat di
Sumatera, nafsu makan akan meningkat. Tapi kata dia, memang butuh aturan ketat
untuk menghindari modus penyalahgunaan. Apalagi
perdagangan ganja Indonesia beromzet miliaran rupiah.
Di
negara lain ada yang penanamannya dibolehkan untuk diambil seratnya. Syaratnya
adalah varietas yang ditanam harus mengandung bahan narkotika yang sangat
rendah atau tidak ada sama sekali. Sebelum ada larangan ketat terhadap
penanaman ganja, daun ganja di Aceh menjadi komponen sayur dan umum disajikan (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/06/13/lmqlbd-ganja-memang-dilarang-tapi-pemanfaatan-untuk-kesehatan-dinilai-sebaiknya-boleh).
Negara yang Melegalkan Ganja
Dengan
menerapkan berbagai aturan ketat, sejumlah negara telah melegalkan ganja,
misalnya Belanda. Di sini ganja bisa
dibeli dan dikonsumsi di coffeeshop, di
luar coffeshop, ilegal. Sejak 1976, Belanda telah menjadi negara terdepan dalam
mereformasi UU Narkotika dengan menarik garis perbedaan yang jelas antara
narkoba ringan (soft drugs) dan
narkoba berat (hard drugs).
Ganja masuk kedalam golongan narkotika ringan dan legal dalam jumlah terbatas.
Di
Jerman, kepemilikan ganja sampai 6 gram adalah legal. Di beberapa kota sepeti
Berlin, batas kepemilikan bisa sampai 10 gram. Negara-negara yang juga
melegalisasi ganja dengan tetap menerapkan aturan seperti jumlah maksimal yang
dimiliki/ditanam adalah Argentina, Siprus, Ekuador, Meksiko (bahkan jenis narkoba lain
pun), Peru, Swiss, Spanyol, Belgia, Republik Ceko, Brasil, Chili, Uruguay,
-araguay, Kolombia, Australia (di negara bagian Capital Territory, Northern
Territory, Australia Selatan dan Australia Barat), dan Amerika Serikat (di
negara bagian Colorado dan Washington).(http://www.legalisasiganja.com/negara-negara-di-dunia-yang-sudah-melegalkan-ganja/).
Legalisasi
ini tampaknya juga berkaitan dengan jumlah maksimal yang dapat ditoleransi
untuk alasan pengobatan. Peneliti di Cannabis Research Center, San Francisco, menyebutkan,
takaran tepat ganja yang dibuat menjadi rokok untuk tujuan medis adalah 10-20
gram ganja per minggu atau sekitar 1-3 gram per hari. Ini pun tetap dengan pantauan
pihak medis, karena salah-salah dapat mengakibatkan masalah kesehatan seperti
paru-paru hingga terganggunya fungsi memori (http://www.herbal.web.id/2012/11/inilah-manfaat-ganja-marijuana-untuk.html).
Dan
meskipun mariyuana—nama lain ganja—dilegalkan di Washington dan Colorado, baik dengan
alasan pengobatan maupun rekreasi, di tingkat hukum federal Amerika Serikat, barang
ini tetap dianggap ilegal. Karenanya negara ini tetap memberi perhatian khusus dengan
mempersiapkan kerangka hukum berbeda untuk mariyuana rekreasional (http://www.voaindonesia.com/media/video/1646837.html).
Ganja
adalah obat terlarang yang paling sering disalahgunakan di berbagai negara.
Penyalahgunaannya bisa dengan menjadikan batang, daun, bunga, dan biji tumbuhan
ini menjadi rokok, atau juga dikonsumsi dalam berbagai cara. Ulasan ilmiah oleh
Institute of Medicine National Academy of
Sciences, Yayasan Addiction
Canada Research, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seperti dilansir
Livestrong, menetapkan bahwa ganja
memiliki banyak efek akut dan kronis pada kesehatan pengguna (http://health.okezone.com/read/2013/01/28/482/752910/sejuta-bahaya-penggunaan-ganja).
Cannabis sativa merupakan tanaman semusim yang mudah tumbuh tanpa perawatan dan
pemeliharaan istimewa. Tanaman ini bisa tumbuh di daerah beriklim sedang hingga
tropis (http://forum.detik.com/manfaat-daun-ganja-bagi-kesehatan-t407074.html).
Jika
ditinjau sisi manfaatnya, zat THC pada ganja ketika
dikonsumsi manusia akan diserap melalui paru-paru atau perut ke dalam aliran
darah, hingga sampai ke otak. THC lalu akan membanjiri reseptor sehingga membangkitkan
rasa senang di otak dan karenanya akan memberikan efek santai pada pengguna. Klaim ganja berguna untuk pengobatan
dinyatakan Drug Enforcement Administration (DEA) and the Drug Policy Alliance
(DPA). Menurut lembaga ini, ganja bisa untuk pengobatan kanker karena zat
aktifnya seperti cannabinoid receptor,
akan mengaktifkan molekul-molekul dalam tubuh yang akan menghentikan pengiriman
sinyal rasa sakit ke otak.
Dilansir Dailymail, ekstrak daun ganja juga bisa digunakan dalan penyembuhan penyakit multiple sclerosis. Multiple sclerosis menyerang sistem saraf yang mengalami kerusakan myelin; pelindung yang mengelilingi serabut pada sistem saraf pusat. Saat myelin rusak, penyampaian pesan dari otak ke seluruh organ tubuh menjadi terganggu. Senyawa cannabidiol juga efektif meredakan nyeri yang terjadi di otak, yang biasanya menjadi pemicu kejang pada pasien epilepsi. Senyawa dalam ganja juga disebutkan mampu membantu menyingkirkan penyakit arthritis, sakit kepala, parkinson, glaukoma, hipertensi, hingga alzheimer (http://www.herbal.web.id/2012/11/inilah-manfaat-ganja-marijuana-untuk.html).**
Dilansir Dailymail, ekstrak daun ganja juga bisa digunakan dalan penyembuhan penyakit multiple sclerosis. Multiple sclerosis menyerang sistem saraf yang mengalami kerusakan myelin; pelindung yang mengelilingi serabut pada sistem saraf pusat. Saat myelin rusak, penyampaian pesan dari otak ke seluruh organ tubuh menjadi terganggu. Senyawa cannabidiol juga efektif meredakan nyeri yang terjadi di otak, yang biasanya menjadi pemicu kejang pada pasien epilepsi. Senyawa dalam ganja juga disebutkan mampu membantu menyingkirkan penyakit arthritis, sakit kepala, parkinson, glaukoma, hipertensi, hingga alzheimer (http://www.herbal.web.id/2012/11/inilah-manfaat-ganja-marijuana-untuk.html).**
Ceritaku .
BalasHapusSebagai skeptis lahir alami, saya menghabiskan waktu yang tak terhitung jumlahnya dan energi meneliti semua pilihan pengobatan yang tersedia selain dari apa yang onkologi saya direkomendasikan. Saya bertekad untuk menyembuhkan kanker saya, dan tahu ada sesuatu di luar sana setelah menyaksikan sejumlah orang yang tidak hanya bertahan, tapi berkembang dan melanjutkan untuk hidup memenuhi bebas kanker. Selain membaca tentang Rick Simpson Oil, dan menonton Run Dari video Cure, saya juga berbicara dengan orang-orang yang telah benar-benar digunakan minyak, dan itu mengejutkan mendengar satu demi satu seberapa efektif obat ini benar-benar. Aku hanya tidak bisa percaya ada obat luar sana dan bagaimana salah itu adalah bahwa informasi ini tidak dibagi dengan publik! Pengobatan reginae: Saya memiliki toleransi yang cukup besar untuk ganja, jadi saya mulai dengan sebutir penuh beras jumlah berukuran minyak bukannya setengah butir. Saya secara bertahap meningkat dosis setiap malam sampai aku mencapai gram penuh setiap malam. Protokol standar untuk Rick Simpson Minyak menelan total 60 gram selama 90days yang 3 bulan, tapi aku punya 80 gram total untuk mengukur aman. Saya menggunakan kelebihannya sebagai perawatan kulit topikal, menyerang bintik-bintik cokelat terlihat pada wajah dan leher saya. 3 bulan kemudian, kanker saya dalam remisi penuh. Dalam waktu 4 bulan, saya bebas kanker dan secara resmi menerima tagihan bersih kesehatan dari dokter saya. Apa yang mereka tidak tahu adalah bahwa mayoritas pengobatan saya menggunakan Simpson Oil Rick. Saya menggunakan beberapa obat mereka diresepkan, tapi itu dalam kombinasi dengan minyak. Saya gembira saya ingin terus berbagi dengan orang-orang yang mengalami apa yang saya pergi melalui bahwa ada benar-benar berharap dan obat di luar sana. Mereka hanya perlu proaktif dan agresif dengan pengobatan, tidak menunggu sampai terlambat. Dapatkan obat di pusat obat Rick Simpson via Email: ricksimpsoncannabisoils@outlook.com Selain menjadi seorang pejuang kanker yang efektif, ada beberapa efek samping yang bagus yang datang dari menggunakan minyak Rick Simpson, misalnya, saya tidak perlu lagi mengambil pembunuh rasa sakit. Hanya satu atau dua tetes minyak akan mengurangi rasa sakit dan membantu Anda tidur seperti bayi. Terbaik dari semua, yang alami, Terima kasih kepada semua staf di Amsterdam Taman yang membimbing saya sepanjang perjalanan ini. Kalian mengagumkan! A
Hallo Bossku ^^
BalasHapusDaripada dirumah diem-diem aja gaada penghasilan, Yuk Gabung bersama kami di IstanaGoal.
Agen Betting Online Terpercaya ya boss ^_^
Bonus yang kami berikan untuk bosku :
- Bonus new member 10%
- Bonus Deposit Harian 5%
- Bonus cashback Sportbook 5%
- Bonus rolingan 0.8%
- Bonus cashback Slot Up To 15%
"www.istanagoal88,info" (tanda koma diganti jadi tanda titik
Ayoo, tunggu apalagi. Gabung sekarang dan Dapatkan Kemenangannya ^_^. Cara daftar nya Gampang kok ^_^ Bisa Salwa Bantu daftarkan juga ya (:
Kami online 24 Jam ya untuk bosku ^^
Salwa tunggu ya kehadirannya di IstanaGoal ^_^
#love #instagood #me #cute #tbt #photooftheday #instamood #iphonesia #tweegram #picoftheday #igers #girl #beautiful #instadaily #summer #instagramhub #iphoneonly #follow #igdaily #bestoftheday