“Sirip hiu dari Hongkong mengandung logam
berat beracun 42 kali lebih tinggi dari batas aman logam berat yang boleh
dikonsumsi manusia”
Apakah anda termasuk yang percaya bahwa
sirip ikan hiu dapat menyehatkan badan dan membuat awet muda? Hati-hati, karena
alih-alih badan sehat dan muka awet muda, penyakit kanker lah yang bakal
menghampiri anda. Praktisi kesehatan, Erikar Lebang, mengatakan, untuk membuat
tampilannya lebih menarik, sirip hiu sering ditambahkan Hidrogen peroksida
(H2O2).
Sadis |
Karena merupakan bahan kimia anorganik,
H2O2 sudah pasti berbahaya untuk tubuh manusia, dan dapat meningkatkan radikal
bebas sebagai pencetus kanker (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/13/05/10/mml8c3-sirip-hiu-justru-bahaya-untuk-tubuh).
Dikutip dari Wikipedia, H2O2 adalah oksidator
kuat. Saking kuatnya, senyawa yang larut dalam air ini seling digunakan dalam
produk pemutih, desinfektan, hingga bahan bakar roket. Senyawa ini ramah
lingkungan, namun tentunya tak ramah pada tubuh manusia (http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrogen_peroksida).
Mitos menyehatkan tubuh itu muncul karena
sirip hiu dianggap mengandung protein yang tinggi, dan kandungan kolagennya
membuat kulit awet muda. Padahal ada fakta yang jstru mengerikan dari ikan
predator ini. Informasi dari produser film dan praktisi kesehatan, Vera Lasut,
penting juga diketahui. Vera mengatakan bahwa hiu merupakan predator yang hidup
lama di laut. Hewan laut yang usianya panjang seperti ini berpotensi menyerap
polusi laut seperti logam berat dan zat kimia lainnya seperti merkuri.
Selain itu cara memasak sirip dan daging
ikan hiu harus dengan panas yang tinggi dan waktu yang lama. Maka kemungkinan
besar protein yang dibangga-banggakan dari hiu itu sudah hilang. Erikar lantas
menyebutkan bahwa kandungan kolagen pada ceker
ayam lebih tinggi dibanding sirip ikan hiu. Karena itu, para
praktisi kesehatan dan pakar kuliner justru mengimbau masyarakat tidak
mengonsumsi produk dari ikan hiu. Karena selain membahayakan kesehatan,
perburuan ikan hiu untuk diambil siripnya ini telah secara signifikan
mengganggu ekosistem laut dan mengancam kepuhanan ikan hiu (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/13/05/10/mml8c3-sirip-hiu-justru-bahaya-untuk-tubuh).
Salah
satu yang mengklaim bahwa tulang rawan sirip ikan hiu dapat menyembuhkan kanker
adalah American Cancer Society. Lembaga ini melaporkan obat anti-kanker yang dikembangkan
pada Juni 2010 menggunakan tulang rawan sirip hiu. Peneliti menulis, tulang
rawan sirip hiu ini bisa mencegah atau memperlambat pertumbuhan pembuluh darah
baru dalam tubuh manusia (http://health.detik.com/read/2011/02/02/104602/1558732/763/sirip-ikan-hiu-yang-berkhasiat-tapi-bikin-punah-hiu).
Padahal lembaga Food and Nutrition
Information Center Amerika Serikat (AS) menyatakan, sirip hiu yang sebagian
besar terbentuk dari tulang rawan justru merupakan bagian yang minim vitamin.
Kalau vitamin saja minim, bagaimana sirip hiu bisa menyembuhkan kanker? National
Cancer Institute AS menyebutkan satu penelitian klinis acak. "Saat itu
kami menguji apakah pengobatan dengan ekstrak tulang rawan hiu akan
meningkatkan kelangsungan hidup pasien kanker paru-paru," kata Charles Lu,
seorang ahli onkologi di MD Anderson Cancer Center, Houston, AS, yang memimpin
penelitian pada tahun 2010 ini. Hasilnya, mereka tak melihat ekstrak sirip hiu
dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien kanker.
Fakta lain tentang sirip hiu juga datang
dari kelompok pemerhati hewan liar. Mereka menyatakan, sirip hiu dari Hongkong
yang mereka teliti mengandung logam berat beracun 42 kali lebih tinggi dari
batas aman logam berat yang boleh dikonsumsi manusia. Ini jelas karena
pencemaran di laut yang sudah tak terkendali. Hasil kajian ini telah membuat
pemerintah AS berpikir ulang meloloskan sirip hiu menjadi hidangan utama di
restoran-restoran (http://bangka.tribunnews.com/2011/03/12/sirip-hiu-tak-bermanfaat-bagi-kesehatan).
Mengonsumsi sup sirip ikan hiu telah
menjadi tradisi dalam budaya Cina. Sirip ikan hiu telah menjadi industri yang
bernilai miliaran rupiah di sana karena supnya dianggap sebagai makanan mewah,
berkelas dan menjadi menu kehormatan dalam acara pernikahan, ulang tahun, atau
acara penting lainnya (http://health.detik.com/read/2011/02/02/104602/1558732/763/sirip-ikan-hiu-yang-berkhasiat-tapi-bikin-punah-hiu).
Gary Stokes, koordinator kelompok
konservasi alam Sea Shepherd kepada AFP, mengungkapkan, dia pernah menemukan 15-20
ribu sirip hiu yang sedang dikeringkan di atap satu pabrik di Hongkong beberapa
minggu sebelum perayaan Tahun Baru Imlek. Membayangkan hiu-hiu itu dilempar
kembali ke laut setelah siripnya dipotong, Gary menilai ini sebagai sesuatu
yang keji, brutal, dan tidak berperikehiuan (http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-01-04/ribuan-sirip-ikan-hiu-ditemukan-di-hong-kong/1069792).
Nilai sirip hiu menjadi bertambah karena selain
menjadi hidangan eksklusif di atas meja, juga karena dipercaya dapat menyembuhkan
beberapa penyakit. Buku-buku kesehatan di negeri tirai bambu menyebutkan, seperti
dikutip dari FAO.org,
sirip ikan hiu dapat meremajakan kulit, meningkatkan nafsu makan dan energi, baik
untuk ginjal; paru-paru; tulang; dan beberapa bagian tubuh lainnya.
Peneliti dari University of Maryland
Medical Center menuturkan, salah satu sumber chondroitin dari non-manusia
adalah dari sirip hiu. Chondroitin di dalam tubuh bekerja merangsang
pertumbuhan tulang rawan untuk meredakan gejala yang berhubungan dengan
osteoarthritis. Para peneliti Italia pada 1995 juga melakukan studi terhadap
tulang rawan sirip hiu. Hasilnya, asam aktif (asam eicosapentaenoic) pada tulang
rawan sirip hiu bertindak sebagai anti-radang.
Mungkin saja sirip hiu memiliki kegunaan
bagi kesehatan, namun dampak negatif perburuannya ternyata lebih signifikan
ketimbang sisi manfaatnya untuk kesehatan yang bisa diperoleh dari bahan lain. WildAid
pada 2009 mengungkapkan, kepunahan ikan hiu akan menimbulkan gangguan ekologi
yang luas serta berpengaruh terhadap kerugian ekonomi dan penurunan ketahanan
pangan.
Meningkatnya permintaan sirip hiu kini
telah membuat lebih dari 100 juta hiu dibunuh setiap tahunnya, kebanyakan diambli
siripnya saja. Tak heran karena sirip hiu adalah salah satu produk laut paling
mahal di dunia. Satu mangkuk sup sirip hiu bisa dihargai 50-1.000 dolar AS. Sebagian
besar konsumennya adalah Cina dan Jepang. Populasi hiu pun seperti dilansir China Daily, menurun 80
persen dalam 50 tahun terakhir (http://health.detik.com/read/2011/02/02/104602/1558732/763/sirip-ikan-hiu-yang-berkhasiat-tapi-bikin-punah-hiu).
Keuntungannya yang menggiurkan itu, rupanya
telah menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat pertama penangkap hiu.
Dengan harga 1-3 juta rupiah per paket sirip (tergantung ukuran sirip), nelayan
Indonesia mana yang tak tergiur. Sirip hiu dari perairan Indonesia misalnya bebas
diperjualbelikan di kios-kios di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi (http://www.tempo.co/read/beritafoto/6609/Perdagangan-Sirip-Hiu-di-Muncar).
Berdasarkan
data yang dilansir Food and Agriculture Organisation (FAO), dari sekitar 20
negara penangkap hiu, Indonesia masuk
dalam peringkat pertama dengan jumlah tangkapan 109.248 ekor hiu. Peringkat
kedua diduduki India dengan tangkapan 74.050 ekor. Urutan berikutnya antara
lain adalah Spanyol 59.777 ekor, Taiwan 47.635 ekor, Meksiko 33.971 ekor, dan
AS 30.866 ekor (http://news.detik.com/read/2013/05/10/181444/2242901/10/alert-stop-konsumsi-sirip-ikan-hiu?9922022).
Dari beberapa negara Asia yang ada dalam daftar 20 negara tersebut, Taiwan menjadi negara Asia pertama yang mengeluarkan
larangan praktik perburuan sirip hiu (http://indonesiasharklovers.blogspot.com/2013/01/taiwan-negara-asia-pertama-larang-sirip.html).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar