"Belum jelas peningkatan kekuatan apa yang
dipersiapkan menyangkut diterapkannya status darurat ini"
Tingkat kekerasan yang dilakukan kelompok
Boko Haram, telah menuntut Presiden
Nigeria, Goodluck Jonathan, memberlakukan "langkah-langkah
luar biasa", yakni dengan menetapkan keadaan darurat di tiga negara
bagian yang berbahaya di Nigeria, Selasa (14/5/13). “Dengan ini saya menyatakan
keadaan darurat di Negara Bagian Borno, Yobe, dan Adamawa," kata Jonathan
dalam pidato yang disampaikannya melalui televisi, seperti dilansir AFP, Rabu (15/5).
Aksi kekerasan di Nigeria terus menuai korban |
Pada
Januari 2012, Jonathan pernah melakukan langkah yang sama setelah terjadinya
gelombang serangan oleh kelompok ini. Namun waktu itu, keadaan darurat hanya
diberlakukan di wilayah-wilayah pemerintahan daerah tertentu di empat negara
bagian. Untuk dapat menerapkan langkah tersebut di seluruh wilayah, Jonathan
harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari parlemen Nigeria. Ia
berjanji untuk mengupayakannya. Belum jelas peningkatan kekuatan apa yang
dipersiapkan menyangkut diterapkannya status keadaan darurat ini.
Ketika
mantan presiden Olusegun Obasanjo menerapkan status keadaan darurat dua kali
pada tahun 2004 dan 2006, ia menyingkirkan gubernur-gubernur yang terpilih
secara demokratis dan melantik para pejabat pemerintah yang ditunjuk untuk
memimpin negara-negara bagian, yaitu para mantan pejabat militer. NamunJonathan
bertekad tidak akan melakukan langkah serupa (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/15/mmtknc-presiden-nigeria-tetapkan-keadaan-darurat-di-3-wilayah).
Aksi perlawanan Boko Haram, disebut sebagai gerakan yang ditujukan untuk
membentuk negara Islam di wilayah utara Nigeria yang ditinggali mayoritas
Muslim. Aksi mereka telah menewaskan sekitar
3.600 orang sejak tahun 2009. Jumlah tersebut termasuk warga yang tewas orang
pasukan keamanan pemerintah. Namun, serangkaian serangan hebat baru-baru ini
telah meningkatkan kekhawatiran bahwa aksi perlawanan telah semakin parah. Jonathan,
sebut AFP, mengatakan bahwa kekerasan
terbaru telah mengarah kepada "pernyataan perang" (http://www.antaranews.com/berita/374756/presiden-nigeria-nyatakan-keadaan-darurat-di-tiga-wilayah).
Sebelumnya, dalam peristiwa kontak
senjata antara pasukan keamanan Nigeria dengan pihak yang disebut kelompok pemberontak,
pertengahan April lalu, 228 orang dikabarkan tewas. Jumlah ini enam kali lipat jumlah
korban tewas yang diperkirakan pemerintah. Meskipun meningkatnya jumlah
korban ini diduga akan menambah tuduhan terhadap militer, namun adanya tuduhan
kegagalan militer dalam melindungi para pengamat diperkirakan akan meningkatkan
tekanan agar pemerintah melakukan negosiasi dengan kelompok pemberontak Boko
Haram.
Namun juru bicara pertahanan, Chris
Olukolade, mengatakan, hanya ada 37 orang yang terbunuh. Militer juga melarang
bantuan masuk ke daerah konflik, Baga, selama beberapa hari setelah
penyerangan. Palang Merah dan beberapa lembaga yang diberikan akses masuk tetap
tidak bisa memperkirakan berapa jumlah pasti korban tewas. "Secara
pribadi, saya mengunjungi tiga kuburan massal di Baga dan menghitung 228
kuburan korban," kata Senator Maina Maaji Lawan yang mewakili wilayah utara
negara bagian Borno yang menjadi lokasi serangan.
Lawan menyampaikan, 4000 rumah juga telah
dihancurkan. Diperkirakan mungkin akan ada bencana kemanusian jika tidak ada
bantuan yang masuk. Presiden Goodluck Jonathan pun telah membuka
penyelidikan. Termasuk investigasi terhadap aksi yang dilakukan militer, yang
berujung pada pernyataan darurat tersebut (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/04/27/mlx8wv-bentrok-dengan-pemberontak-228-orang-tewas).
Anggota terkemuka Komisi Boko Haram Nigeria,
Barrister Solomon Dalong, mengatakan, pemberian amnesti kepada anggota-anggota
kelompok pemberontak itu merupakan cara untuk mengakhiri kekerasan yang semakin
meningkat, dan menjamin persatuan serta kestabilan negara itu. “Pemberian
amnesti ini merupakan pemecahan yang diajukan untuk membantu masalah yang terus
menerus meningkat. Singkatnya, kami berupaya menyelesaikan masalah ini dengan
cara kami,” ujarnya.
Berbicara dari Abuja, Dalong mengatakan, Nigeria telah memberi amnesti kepada beberapa kelompok sebagai bagian dari upaya oleh pemerintahan-pemerintahan sebelumnya untuk mengakhiri kekerasan. Ia menampik pernyataan pemberian amnesti kepada anggota-anggota Boko Haram merupakan contoh buruk yang bisa mendorong orang untuk angkat senjata menentang pemerintah, meneror warga, dan mengancam kemungkinan investasi di negara itu. Sebagian pengamat mengatakan pemerintah seharusnya tidak memberi amnesti kepada kelompok pemberontak “yang tidak punya perasaan” yang telah membunuh dan memotong anggota tubuh ribuan warga Nigeria untuk memaksa negara itu menerima hukum syariah (http://www.voaindonesia.com/content/komisi-boko-haram-nigeria-akan-kaji-pemberian-amnesti/1636679.html).
Boko
Haram adalah sebuah kelompok sempalan Islam yang kini telah menjadi kambing
hitam berbagai kekerasan di Nigeria. Kelompok yang berdiri sejak tahun 2002 ini
awalnya dikenal damai, hingga pada 2009,
pemimpin mereka ulama muda Muhammad Yusuf, tewas dalam tahanan polisi (http://www.hidayatullah.com/read/20717/18/01/2012/hidayatullah.com).
Kekerasan
di Nigeria, kian meningkat sejak serangan-serangan yang menewaskan puluhan
orang selama perayaan Natal 2011 yang diklaim oleh kelompok muslim garis keras
tersebut. Kano, kota berpenduduk sekitar 10 juta orang di Nigeria utara,
merupakan wilayah yang terpukul paling parah dalam kekerasan itu.
Rangkaian
pemboman dan penembakan melanda Kano setelah salat Jumat pada 20 Januari 2012, yang
menewaskan 185 orang. Serangan-serangan bersenjata
yang diklaim oleh Boko Haram itu, ditujukan ke kantor imigrasi, markas polisi, sebuah
bangunan kepolisian, serta ke kantor-kantor polisi lainnya. Serangan-serangan itu disebutkan merupakan operasi paling mematikan oleh
kelompok tersebut. Boko Haram juga mengklaim puluhan serangan lainnya di
Nigeria, termasuk pemboman bunuh diri pada Agustus 2012 di markas PBB di Abuja,
yang menewaskan sedikitnya 24 orang. Serangkaian serangan bom di kota Jos,
Nigeria tengah, pada Malam Natal 2010, juga diklaim oleh Boko Haram.
Boko
Haram meluncurkan aksi kekerasan pada 2009 yang ditumpas secara brutal oleh
militer yang menewaskan sekitar 800 orang dan menghancurkan masjid serta markas
mereka di kota Maiduguri, Nigeria timurlaut. Kelompok itu pernah tidak aktif
selama sekitar satu tahun, namun kemudian muncul lagi pada 2010 dengan
serangkaian pembunuhan. Penduduk Nigeria yang berjumlah lebih dari 160 juta
orang terpecah di wilayah utara yang sebagian besar Muslim, dan wilayah selatan
yang umumnya Kristen (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/03/04/mj3kxi-serang-barak-militer-20-anggota-boko-haram-tewas-ditembak).
Dalam
wawancara dengan CNN, Rabu (23/1/13),
Presiden Nigeria Goodluck Jonathan membantah bahwa korupsi di Nigeria turut
membakar kekerasan. Ia juga membantah tuduhan bahwa tentara Nigeria telah
melakukan pelanggaran hak azasi manusia terhadap kaum sipil dengan kedok
memerangi terorisme. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton,
menyebut Boko Haram merupakan bagian dari gerakan jihadis global yang sama dengan
al-Qaida dan Ansar al-Sharia (http://www.voaindonesia.com/content/presiden-nigeria-boko-haram-ancaman-bagi-afrika-barat-utara-dan-tengah/1589966.html).
Newspeg:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar