Pernahkan
anda merasakan gejala tidak merasa sehat justru ketika menyimak informasi dari
media mengenai hal-hal yang membahayakan kesehatan tubuh? Satu studi di Jerman mengungkapkan,
alih-alih bersiap menghindarkan diri dari gangguan kesehatan seperti yang
disajikan media, justru malah tersugesti mengembangkan gejala gangguan
kesehatan yang diinformasikan itu.
Nocebo dan Placebo (wikipedia) |
Studi
ini menunjukkan, bagaimana antisipasi yang berlebihan terhadap kemungkinan
cedera/sakit akibat meyimak laporan yang tersaji di media, misalnya mengenai
zat tertentu yang membahayakan kesehatan, dapat memicu atau memperkuat efek “nocebo”. “Ini adalah kebalikan dari efek
analgesik (placebo)," kata salah seorang peneliti, Dr Michael Witthyft,
dari Universitas Johannes Gutenberg, Jerman, seperti dilansir Daily Mail.
Para
peneliti dalam studi tersebut menyebutkan hal ini sebagai gejala hipersensitivitas
elektromagnetik. Witthyft mengatakan, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa hipersensitivitas
elektromagnetik ini bisa jadi disebabkan oleh apa yang disebut sebagai efek “nocebo”.
Misalnya, orang yang sensitif terhadap
medan elektromagnetik mengaku mengalami gejala seperti sakit kepala, pusing,
terbakar atau kesemutan pada kulit mereka, setelah mereka menonton atau
membaca laporan tentang suatu zat yang berbahaya bagi tubuh manusia (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/13/05/28/mnhkbp-membaca-artikel-tentang-penyakit-bisa-picu-gejala-serupa).
Dalam
dunia kedokteran, efek nocebo
adalah suatu keadaan ketika substansi yang sebenarnya tak menyebabkan rasa
sakit, membuat seseorang mengalami rasa sakit akibat kepercayaan atau persepsi
mengenai suatu hal. Ini merupakan
kebalikan dari efek placebo, yakni suatu keadaan ketika substansi yang
sebenarnya tak berpengaruh apa-apa membuat orang merasa lebih baik. Baik efek
nocebo maupun placebo sepenuhnya bersifat psikogenik. Keduanya tidak
diakibatkan oleh senyawa yang aktif secara biologis, tetapi merupakan dampak
dari kepercayaan seseorang akan pengaruh suatu substansi terhadap dirinya (http://id.wikipedia.org/wiki/Nocebo).
Nocebo
ataupun placebo, sesungguhnya suatu gejala yang bisa dijelaskan secara
sederhana. Situs www.terapinyeri.com menyebutkan,
nocebo sering disebut pula sebagai
negatif placebo. Boleh jadi efek nocebo ini
adalah sesuatu yang antara sadar dan tidak, sering dihindari orang; yakni yang
membuat orang pada umumnya segan memeriksakan diri ke dokter.
Misalnya saja, seseorang yang semula
sehat-sehat saja sebelum bertemu dokter, saat kembali dia menjadi depresi.
Rupanya si dokter mendiagnosis dia terkena satu penyakit berat. Maka
berkembanglah pikiran negatif, yang membuat semua organ, kelenjar, dan sistem
tubuh, bekerja sama mewujudkan kondisi sakit tersebut. Inilah buruknya nocebo. Sebaliknya,
pikiran positif bahwa sesuatu akan menyembuhkan, membuat semua organ, kelenjar,
dan sistem tubuh kita, bekerja sama mewujudkan kondisi sembuh tersebut. Inilah
indahnya placebo. Intinya, pikiran adalah pemimipin tubuh kita. Apa yang kita
pikirkan akan selalu diikuti oleh sistem tubuh kita (http://www.terapinyeri.com/2011/09/placebo-dan-nocebo-bukti-hubungan.html).
Menurut
penelitian Dr. Doris K. Cope, ahli rasa sakit dari University of Pittsburgh
Medical Center, bila kamu diberitahu sesuatu akan terasa sakit, tanpa sadar
terbayang rasa sakit itu terlebih dahulu. Kalau imajinasi kita tentang sakit
sudah berlebihan, tubuh akan menciptakan gejala nyata terhadap rasa itu. Inilah
yang disebut efek “nocebo” (http://pernikilmu.com/2008/04/imajinasi-berlebihan-menyebabkan-efek-%E2%80%9Cnocebo%E2%80%9D-2/).
Dokter
spesialis saraf, Yuda Turana, seperti dilansir situs Mediaholistik, mengungkapkan satu penelitian 10 tahun lalu yang menunjukkan
besarnya pengaruh psikis terhadap fisik. Penelitian itu menyebutkan, wanita
yang percaya mempunyai bakat sakit jantung, mempunyai kemungkinan kematian 4
kali lebih besar dibandingkan wanita lain yang mempunyai faktor risiko yang
sama. Jadinya risiko kematian karena serangan jantung bukan karena semata-mata
tekanan darah, kolesterol, kelebihan berat badan, namun lebih pada faktor
pikiran. Berpikir sakit, maka akan sakit!
Namun efek
nocebo paling dramatis menurut staf pengajar neurologi di Kedokteran
Universitas Atma Jaya ini, adalah kematian karena “voodoo”. Dikatakan Yuda, perkataan
yang mengutuk dapat dikategorikan seperti voodoo. Yuda menceritakan tentang seorang
pasien remaja yang tidak mempunyai semangat hidup dan tidak ada motivasi apapun.
Saat ditelusuri, ternyata suatu saat lalu ibunya pernah marah besar dan
mengeluarkan kata-kata: anak yang tidak berguna! “Kata -kata tersebut rupanya masuk
ke dalam pikiran anak tersebut dan sangat memengaruhi perilakunya.”
Yuda juga mengungkapkan
hasil penelitian penggunaan aspirin sebagai pengencer darah untuk pencegahan
serangan jantung. Namun penelitian akhirnya lebih banyak terfokus bukan pada
peyakit jantung, namun pada pengaruh psikis. Pada penelitian itu, pasien-pasien
yang diberitahu bahwa aspirin dapat menimbulkan gangguan lambung, ternyata 3
kali lebih banyak menderita gangguan lambung dibandingkan yang tidak diberi
tahu. “Otak kita tersusun dari begitu banyak zat kimia otak, dan akan membuat
fisik kita terkondisi sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Kita adalah apa
yang kita pikirkan,” sebut Yuda.
Yuda menuliskan
kasus nocebo lainnya yang “lucu”. Suatu saat, seorang pembantu rumah tangga
(PRT) kebingungan melihat sang nyonya pingsan setelah melihat sms warna merah.
Sang PRT sempat juga melihat sms warna merah tersebut, dan kebingungan mengapa
sms merah saja bisa membuat nyonyanya pingsan. Sang PRT rupanya tidak tahu bahwa
majikannya itu sebelumnya mendapatkan informasi tentang teror sms “radiasi
merah” (http://www.medikaholistik.com/medika.html?xmodule=document_detail&xid=198&ts=1369757929&qs=health).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar