“Syarkawi: kita belum punya teknologi untuk memanfaatkan uranium”
Sejumlah negara saat ini sedang mengincar
uranium yang terdapat di wilayah pertambangan di Kabupaten Mamuju, Sulawesi
Barat (Sulbar). Pakar ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi
Selatan, Syarkawi Rauf, mengatakan, Amerika Serikat (AS), Rusia, Cina, dan
banyak negara besar lainnya, telah mengetahui adanya kandungan uranium di tanah
Sulbar tersebut.
Nuklir |
Syarkawi mengatakan, tambang di Mamuju tersebut
mempunyai potensi uranium terbaik di Indonesia. Karena itu lata dia, pemerintah
tidak boleh gegabah jika memiliki rencana mengelola sumber energi tersebut. "Harus
dikelola untuk kemakmuran rakyat, bukan menguntungkan pihak luar," kata Syarkawi,
di Makassar, Senin (13/5).
Pemanfaatan uranium, jelas dia, bukan
hanya untuk menghasilkan tenaga nuklir untuk kepentingan pertahanan, tapi juga
untuk kebaikan ekonomi. "Misalnya, sebagai PLTN (pembangkit listrik tenaga
nuklir) dalam mendukung ketersediaan listrik di sini," katanya. "Kalau
kita bisa memanfaatkan uranium sebagai sumber energi listrik, daerah ini akan
maju dan tidak akan pernah kekurangan listrik. Hanya saja kita belum punya
teknologi untuk memanfaatkan uranium," katanya (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/05/13/mmpvo0-as-rusia-dan-cina-incar-uranium-mamuju).
Uranium adalah mineral yang memancarkan
radiasi nuklir atau bersifat radioaktif, digunakan dalam berbagai bidang, salah
satunya adalah sebagai bahan baku nuklir. Uranium merupakan suatu unsur kimia
dalam tabel periodik yang memiliki lambang U dan nomor atom 92—suatu logam berat, beracun, berwarna putih keperakan,
dan radioaktif alami. Uranium biasanya terdapat dalam jumlah kecil di bebatuan,
tanah, air, tumbuhan, dan hewan, termasuk manusia (http://nurrany-duniapendidikanfisika.blogspot.com/2011/12/apa-itu-uranium.html).
Ditemukan pada tahun 1789 oleh Martin
Klaproth, ilmuwan Jerman. Nama Uranium diambil dari nama planet Uranus yang
ditemukan 8 tahun sebelumnya. Uranium terbentuk bersamaan dengan terjadinya Bumi,
karena itu uranium dapat ditemukan di setiap batuan dan juga di air laut. Saat
ini dan di masa depan, uranium merupakan sumber energi penting mengingat jumlahnya
yang berlimpah di Bumi. Namun uranium tergolong sumber energi tak-terbarukan,
sama dengan bahan tambang fosil seperti minyak Bumi.
Dalam tabel skala unsur-unsur yang
diurutkan berdasarkan kenaikan massa inti atom, uranium adalah unsur terberat
dari seluruh unsur alamiah (hidrogen adalah yang paling ringan) dan
diklasifikasikan sebagai logam. Uranium memiliki kerapatan atau masa jenis yang
besar, sekitar 18,7 kali lipat dibanding air, dengan titik leleh yang relatif
tinggi yaitu 1132 oC (http://www.infonuklir.com/read/detail/91/uranium#.UZDnR0qzauI\).
Pada 2010, Deputi
Pengembangan Teknologi Daur Bahan Nuklir dan Rekayasa Badan Tenaga Nuklir
Nasional (Batan), Dr Djarot S Wisnubroto, mengungkapkan, saat ini cadangan uranium yang dimiliki Indonesia
mencapai 53 ribu ton. Sebanyak 29 ribu ton terdapat di Kalimantan Barat
(Kalbar), dan 24 ribu ton ada di Bangka Belitung. Djarot memperkirakan, untuk cadangan
uranium yang terdapat di Kalbar saja yang sebanyak 29 ribu ton, jika suatu PLTN
seukuran 1.000 MW membutuhkan 200 ton uranium per tahun, maka cadangan ini bisa
memasok uranium selama 145 tahun.
Meskipun kandungan
uranium Indonesia melimpah, Djarot mengatakan, tidak berarti Indonesia akan
memproduksi uranium sendiri untuk PLTN. Dalam kondisi harga uranium cukup
murah, sebut Djarot, mengimpor masih lebih efisien. “Cadangan uranium bisa
digunakan untuk kebutuhan masa depan," katanya. Misalnya bahan baku uranium
untuk reaktor nuklir riset di Serpong, ternyata masih membeli dari luar. “Tapi kita
memfabrikasi uranium itu sendiri di dalam negeri," katanya.
Dijelaskan Djarot,
untuk menjadi bahan baku PLTN, uranium masih harus dimurnikan dulu hingga
berderajat nuklir, dan bebas dari unsur-unsur pengotor lainnya. Untuk
meningkatkan kadar 235U sehingga menjadi 2-4 persen, harus dilakukan pengayaan.
Lalu dalam proses fabrikasi, akan dibentuk sesuai kebutuhan reaktor nuklir,
misalnya berbentuk pelet berdiameter 10 mm.
Suatu PLTN kata
Djarot, membutuhkan teknologi pengolahan limbah dan tempat pembuangan lestari
karena tingkat radioaktivitas limbah nuklir tidak mungkin dilepas atau dibuang
langsung ke lingkungan. Lokasi pembuangan ini, urainya, haruslah di lokasi yang
bebas gempa dan memiliki lokasi jebakan limbah sehingga tidak akan lari ke
lingkungan. "Selama ini kamilah yang mengolah limbah radioaktif dari
industri dan rumah sakit. Sedangkan limbah akhirnya misalnya dari reaktor yang
ada di Serpong, kita kembalikan ke negara asal," katanya.
Djarot juga
mengatakan, Papua juga diindikasikan memiliki cadangan uranium yang cukup
besar. “Tapi soal ini masih akan diteliti dulu," kata Djarot. Perkiraan Papua
menyimpan cadangan uranium didasarkan pada kesamaan jenis batuan Papua dengan
batuan Australia yang telah diketahui menyimpan cadangan uranium terbesar di
dunia (http://www.antaranews.com/berita/1283271561/indonesia-punya-cadangan-uranium-minimal-53000-ton).
Ihwal kandungan uranium di Papua ini, pada Agustus 2010 sempat ramai isu tuduhan
PT Freeport telah pula menambang uranium di Papua.
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten)
mengatakan, PT Freeport tidak melakukan penambangan uranium di Papua. Hasil
penelitian terhadap sampel yang diambil di empat titik pertambangan Freeport,
menurut Bapeten, tidak menunjukkan adanya kandungan uranium yang memiliki nilai
ekonomis. "Bapeten menjamin tidak ada penambangan uranium di Freeport, dan
kami terus memantau dengan citra satelit," ujar Kepala Bapeten ketika itu,
As Natio Lasman.
Kadar uranium di empat titik penambangan
Freeport menurut uji laboratorium hanya sekitar 8 ppm atau 8 molekul per sejuta
molekul yang ada di galaksi. Kadar tersebut sangat rendah dan tidak mencukupi
batasan minimum nilai ekonomis uranium yang angkanya di atas 500 ppm. Penelitian
tersebut kata As, tanpa tekanan pihak mana pun. "Ini inisiatif Bapeten.
Kami akan menjaga seluruh nuklir material agar tidak keluar dari negeri ini
tanpa pengawasan Bapeten karena ini kekayaan negara," ujarnya. Penelitian
Bapeten ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan masyarakat mengenai isu
pengambilan uranium oleh Freeport. (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/08/04/17162476/Bapeten.Freeport.Tak.Menambang.Uranium).
Pada pertengahan 2010, anggota DPRD Papua
Yan Mandenas menuding Freeport diam-diam telah melakukan penambangan bijih
uranium. Menurut informan dari dalam, kata dia, penambangan itu sudah dilakukan
sejak akhir 2009. PT Freeport Indonesia sendiri selama ini secara resmi telah melakukan
penambangan bijih tembaga, emas, dan perak, di daerah dataran tinggi di Mimika.
Kompleks tambang di Grasberg merupakan salah satu penghasil tunggal tembaga dan emas terbesar di dunia, selain juga cadangan tunggal emas terbesar di dunia
(http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/164791-dirjen-mineral--tidak-ada-uranium-di-freeport).
Atas tuduhan itu, Humas PT Freeport saat
itu, Budiman Moerdijat, mengatakan, PT Freeport adalah perusahaan tambang umum
dengan produk akhir berupa konsentrat tembaga, emas dan perak. Menurut Budiman,
Freeport terikat dengan kontrak karya. Mereka mengaku tidak berani menambang di
luar kontrak (http://news.detik.com/read/2010/07/15/144725/1399910/10/freeport-bantah-tambang-uranium-siap-klarifikasi-ke-dpr).
Melimpah, murah, namun mematikan. Tak
heran jika AS telah menggunakan senjata uranium sejak perang di Irak dan
Afghanistan. "Ini murah dan berlimpah,” kata Lawrence Davidson, Profesor
di West Chester University, sebagaimana dikutip Press TV. Pemerintah AS telah menggunakan senjata depleted uranium
pada manusia dalam dua perang terakhir itu. Setidaknya 1.000 ton digunakan saat
invasi di Afghanistan tahun 2001, dan 2.400 saat menginvasi Irak 2003. Apa yang
dilakukan AS ini sebenarnya merupakan pelanggaran terhadap ketetapan Komisi Hak
Asasi Manusia. Komisi ini telah melarang penggunaan uranium pada manusia,
termasuk selama konflik militer, karena menyebabkan cacat bawaan dan kanker (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/02/02/lyqnvf-murah-mematikan-alasan-as-gunakan-senjata-uranium).**
Kami minta pemetintah pusat berkebijakn dlm hl kekayaan alam indonesia ini,agr tetap trjaga tanpa Ãϑά campurtangan dari pihak luar,yng ingin menambang atau membelia,sebab kitajuga sebenarnya sangt membutuhkn nya,priport adalah contoh kelemahan kita krna kita †̥Ïd̶̲̥̅̊Ω̴̩̩̩̥K̶̲̥̅̊ bisa kelolah sendiri,maka untunglah pihaluar kita cuman dpt beberap prsennya saja,
BalasHapusNuklir itu bisa kita kelolah dn bisa kita jadikan tenaga pengerak kapal,terutamanya kapl perang RI sangat baik utk ptroli prbatasan kpal itu bisa brlayar sepanjang usia kpl itu,
BalasHapusHarusnya rizal ramli yg jadi wakil jokowi.. itu baru sangat cocok.. indonesia sejahtera..!
BalasHapusHarusnya rizal ramli yg jadi wakil jokowi.. itu baru sangat cocok.. indonesia sejahtera..!
BalasHapus