Demi
menyelamatkan negerinya yang diambang kebangkrutan, Presiden Malawi, Joyce
Banda, menjual pesawat jet mewah jenis Dassault Falcon 900EX, yang dibeli
presiden pendahulunya, Bingu wa Mutharika. Jet tersebut dijual seharga 15 juta
dolar AS, demi memeroleh uang tunai untuk mempertahankan negara di selatan Afrika ini. Jet
tersebut dilaporkan menghabiskan biaya 300 ribu dolar AS setahun untuk
pemeliharaan dan asuransi.
Joyce Banda |
Dalam keadaan
ekonomi negeri yang hampir runtuh, Presiden Bingu wa Mutharika malah membeli
pesawat jet seharga 22 juta dolar AS, atau hampir 40 persen dari anggaran
negara pada 2009. Dia mengatakan—dengan alasan klasik para pemimpin di banyak negara
miskin/berkembang—pesawat tersebut lebih murah daripada jika harus bepergian
menggunakan pesawat komersial. Donor utama Malawi, Inggris, ketika itu mengritik
pembelian pesawat tersebut, lalu memberi hukuman dengan mengurangi bantuan ke pemerintah
Mutharika sebesar 3 juta pounsterling.
Malawi bagai
diselamatkan dari perilaku boros dan korup pemerintahnya itu, ketika pada 5 April 2012 Mutharika terkena serangan jantung dan
meninggal di usia 78. Joyce Banda yang ketika itu adalah Wakil Presiden, lalu mengambil
alih tugas kepresidenan sesuai konstitusi negara itu. Sejak memangku
jabatannya, wanita kelahiran 12 April 1950 ini telah memotong gajinya sebesar
30 persen. Dia juga berjanji menjual 35 mobil Mercedes Benz yang digunakan kabinet,
serta memperkenalkan sejumlah langkah penghematan lainnya.
Sekretaris Utama
di Kantor Presiden, Chintu Phiri, mengatakan, saat ini jet berkapasitas 14
penumpang itu telah dimenangkan penawaran pembeliannya oleh Bohnox Ltd,
mengalahkan tiga penawar lainnya. "Kami menerima tawarannya dan kami
menunggu kabar dari mereka," ujar Phiri, dilansir Reuters (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/22/mn74zn-presiden-malawi-jual-jet-demi-selamatkan-ekonomi-negara).
Bingu wa
Mutharika adalah mantan pejabat/ekonom Bank Dunia yang pernah dianggap bertanggung jawab
terhadap negara-negara miskin di wilayah selatan Afrika
selama dia menjabat di lembaga pengutang kelas dunia itu. Mutharika pertama kali
menjabat sebagai Presiden Malawi pada Pemilu 2004. Ia terpilih kembali lima
tahun kemudian dengan suara mayoritas. Dalam beberapa tahun terakhir, ia
dituduh melakukan pelanggaran demokrasi di negerinya (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/04/05/m20bn3-presiden-malawi-kena-serangan-jantung).
Joyce Banda saat
ini tidak hanya menjadi presiden pertama perempuan di negara itu, tetapi juga
di kawasan Afrika bagian selatan. Banda diambil sumpahnya sebagai presiden pada
7 April 2012, ketika kematian Mutharika belum lagi diumumkan secara resmi oleh
pemerintah. Berbagai laporan menyebutkan, terpilihnya Banda disambut meriah
rakyat Malawi. Tepukan tangan dan sorak-sorai terlihat menjelang dan sesudah
pengambilan sumpah Banda di gedung parlemen Malawi.
Lambatnya pengumuman
kematian Mutharika sempat memunculkan spekulasi di berbagai kalangan bahwa ada
upaya memajukan saudara lelaki Mutharika sebagai presiden. Hal ini diperkuat
pernyataan juru bicara pemerintah Malawi yang menyebut Banda tidak otomatis
bisa menjadi presiden karena dia berasal dari partai oposisi. Pernyataan ini
dikritik keras Uni Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat, yang meminta Malawi
mematuhi konstitusi.
Ketika menjabat
wakil presiden, Banda kerap mengritik tajam kebijakan sang presiden. Beberapa kali
Mutharika berupaya menggeser Banda dari posisi wakil presiden, tapi selalu
gagal (http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120408_malawibanda.shtml).
Ketika Banda dikeluarkan dari partainya,
dia lalu membentuk partai sendiri, namun tetap menjabat sebagai wakil presiden.
Sebelumnya,
Mutharika juga mengalami hal yang hampir sama dengan presiden pendahulunya,
Bakili Muluzi. Muluzi pada awalnya mendukung Mutharika sebagai presiden, namun
permusuhan terjadi di antara mereka ketika Muluzi dituduh korupsi dan penipuan.
Mutharika keluar dari partai yang saat itu berkuasa dan mendirikan partai
sendiri.
Perselisihan
politik di antara keduanya berimbas pada pemerintahan. Isu kudeta dan rencana
pembunuhan menyeruak. Timbul kekacauan dimana-mana di negeri itu (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/04/07/m23x6e-presiden-malawi-tutup-usia). Selain itu,
banyak orang Malawi menyalahkan Mutharika karena kesengsaraan ekonomi yang
dialami negara itu akibat pertikaian diplomatik dengan bekas penjajahnya,
Inggris, tahun lalu (http://www.tempo.co/read/news/2012/04/06/119395257/Presiden-Malawi-Meninggal-Akibat-Serangan-Jantung).
|
Republik Malawi
adalah sebuah negara yang terkurung daratan di Afrika bagian selatan. Malawi
berbatasan dengan Tanzania di sebelah utara, Zambia di barat laut, dan Mozambik
di timur, selatan dan barat (http://www.mapnall.com/id/Peta-Malawi_233509.html).
Warisan rezim koruptif, membuat Malawi tercatat sebagai salah satu negara
termiskin di dunia. Sebanyak 78 persen
warganya (dari populasi sekitar 10-13 juta jiwa) hidup dengan rata-rata
pendapatan kurang dari 1 dolar per hari. Malawi saat ini juga dihadapkan pada
persoalan kurangnya ketersediaan bahan bakar dan mata uang asing akibat
penghentian bantuan dari Inggris dan sejumlah negara donor lain (http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120408_malawibanda.shtml).
Sumber perekonomian Malawi sebagian
besar bergantung pada pertanian subsisten, yakni pertanian yang seluruh
hasilnya digunakan untuk keperluan sendiri. Demi mendongkrak penghasilan
negara, mereka mengeksploitasi cadangan uraniumnya. Namun kondisi pasokan
makanan yang tidak stabil, ditambah dengan negara yang rentan terhadap bencana
alam, memperburuk kondisi negeri ini. Malawi juga termasuk rentan penyakit
AIDS. Setiap tahun, puluhan ribu penduduk Malawi meninggal karena penyakit ini.
Sempat dijalankan program untuk mengatasinya di tahun 2004, namun belum ada
kemajuan yang berarti.
Demokratisasi
tidak membuat negeri ini keluar dari masalah, bahkan mungkin semakin parah.
Sejak merdeka dari Inggris pada 1964, negeri ini dipimpin Presiden Kamuzu Banda.
Ketika pada 1990-an lembaga demokratis memegang kendali, Presiden Kamuzu Banda
kalah pada pemilu 1994. Bakili Muluzi menggantikan posisinya, namun
pemerintahan di bawah Muluzi diwarnai skandal korupsi, kolusi, dan nepotisme
yang gila-gilaan (http://carapedia.com/10_negara_termiskin_dunia_info890.html).
Akibatnya, Muluzi
pada November 2000 mengatakan telah membubarkan kabinetnya menyusul kecaman
terhadap para menteri dan pejabat pemerintah yang terlibat skandal suap. Namun Muluzi
dikecam kelompok-kelompok oposisi dan negara-negara donor Barat karena tidak
menghukum para pejabat pemerintah yang sibuk berselisih kepentingan, curang,
korupsi, dan menyalahgunakan jabatan. Pada
September 2000, komite parlemen menyatakan bahwa ada satu sindikat terdiri atas
para menteri kabinet dan para pejabat senior sipil yang menyelewengkan dana
pemerintah jutaan dolar dalam pembayaran kontrak-kontrak fiktif atau yang tidak
selesai.
Kelompok oposisi
utama Malawi, Partai Kongres Malawi (MCP), tak puas dengan sekadar pembubaran kabinet.
Mereka menuntut agar para menteri dan pejabat senior pemerintah lainnya yang
dituduh terlibat korupsi dituntut secara hukum. Para musuh Muluzi ini semakin
marah ketika pemerintah memutuskan membeli 39 mobil Mercedez Benz untuk para
menteri senilai 2,5 juta dolar AS.
Pembelian mobil
ini sudah tidak disetujui anggaran negara tahun 2000, dan juga dikecam para pendonor asing. Menteri Keuangan,
Matthews Chikaonda, sempat memerintahkan agar mobil-mobil itu dijual dan
uangnya digunakan untuk proyek-proyek pembangunan. Namun tampaknya sampai
sekarang hal ini belum dilakukan. Skandal korupsi memicu para pendonor asing
lainnya menahan bantuan hampir 120 juta dolar AS (http://arsip.gatra.com//artikel.php?id=869).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar