Pada
10 Juni 2013, tersiar kabar bahwa harian The Guardian—dengan mengutip
dari sejumlah dokumen rahasia yang tidak disebutkan asal muasalnya—melaporkan
ada empat nama negara yang disebutkan dalam dokumen tersebut sebagai negara-negara
yang secara ketat diawasai intelijen
Amerika Serikat (AS). Negara-negara tersebut adalah Iran, Yordania, Pakistan,
dan Mesir. The Guardian hanya menyebut bahwa dukumen-dokumen itu menunjukkan
alat rekaman data dan analisis intelijen. Alat tersebut disebut sebagai informan
tanpa batas yang mengumpulkan data dari jaringan komputer dan telepon.
"Alat ini memungkinkan pengguna untuk memilih negara pada peta dan melihat
volume metadata dan memilih rincian koleksi tentang negara tersebut," ujar
laporan tersebut seperti dilansir Al Arabiya.
Dalam laporan itu, Iran merupakan negara utama yang datanya dikumpulkan
intelijen. Setidaknya ada 14 miliar laporan selama 30 hari periode yang
berakhir Maret 2013. Negara kedua yang diawasi adalah Pakistan dengan 13,5
miliar laporan, diikuti Yordania dengan 12,7 miliar laporan.
Media Cina dukung Snowden (ROL) |
Mesir
dan India adalah dua negara terakhir yang mendapat pengawasan. Laporan tersebut
muncul di tengah tuduhan Kongres bahwa intelijen memata-matai warga AS. Maret lalu,
lembaga intelijen AS membantah memiliki alat yang bisa melacak dan mengumpulkan
data warga AS (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/10/mo5u17-empat-negara-yang-paling-diawasi-as).
Informasi ini mengemuka sebelum diketahui bahwa program rahasia AS bernama PRISM
besutan National Security Agency (NSA), bocor ke media. PRISM adalah program spionase
AS lewat lembaga NSA, untuk memata-matai warganya sendiri, bahkan dunia.
Identitas
pembocornya sendiri, Edward J.Snowden, baru disiarkan The Guardian dan Washington Post pada hari Minggu
(9/6). The Guardian dan Washington Post adalah dua media yang
dipilih Snowden, seorang mantan karyawan CIA (lembaga pusat intelijen AS),
untuk mengabarkan pada dunia ihwal program spionase AS tersebut. Snowden
terakhir diketahui berada di Hongkong. Namun ketika berita ini tersebar, dia dikabarkan
sudah meninggalkan Hongkong. Keberadaannya
hingga tulisan ini diturunkan masih belum diketahui.
AS
pun gerah. Dunia gempar. Apalagi dokumen
rahasia PRISM itu mengungkap keterlibatan sejumlah perusahaan teknologi informasi
(Microsoft, Yahoo, Google, Facebook, PalTalk,
AOL, Skype, YouTube, dan Apple), yang diduga memberi jalan pada PRISM untuk
dapat mengakses aktivitas warga dunia lewat server-server milik
perusahaan-perusahaan tersebut. Kadung malu, Presiden AS, Barrack Obama,
berdalih bahwa program tersebut dilakukan untuk mengantisipasi aksi terorisme
(selengkapnya lihat: http://selasarselusur.blogspot.com/2013/06/kasus-snowden-kecoboran-keamanan.html).
AS Mata-matai Cinda dan
Hongkong
Snowden sendiri
mengatakan bahwa negara (dan kota) yang dimata-matai AS dalam program tersebut
adalah (juga) Cina dan Hongkong. Dia mengatakan hal tersebut saat masih
bersembunyi di Hongkong, kepada media
setempat. Dia menyebutkan, pemerintah AS telah meretas komputer Hongkong dan
Cina selama bertahun-tahun. Snowden berada di Hongkong sejak 20 Mei 2013
lalu untuk mencari perlindungan. Langkah tersebut dipertanyakan banyak orang
yang percaya kota tersebut tidak bisa melindunginya. Apalagi Hong Kong memiliki
perjanjian ekstradisi dengan AS, meskipun sebenarnya tak berlaku untuk kasus
politik atau kemanusiaan (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/13/mobnz9-as-retas-komputer-cina-dan-hongkong-bertahuntahun).
Inilah mungkin
sebabnya pihak AS mencoba mengkriminalisasi Snowden. Direktur Biro Investigasi
Federal AS, Robert Mueller, mengatakan, Snowden merupakan target investigasi
kriminal. Perbuatannya mengungkapkan dokumen tersebut telah membahayakan
keamanan negara. Sementara itu Kementerian Luar Negeri Cina masih bersikap
hati-hati. Juru bicara kementerian, Hua Chunying, Kamis (13/6). “Kami tidak
memiliki informasi relevan untuk disampaikan. Tapi Cina juga merupakan korban
serangan siber (oleh AS),” ujar Chunying.
Sementara itu surat
kabar pendukung Partai Komunis Cina, The Global Times, meminta agar
pemimpin Cina menggali informasi dari Snowden alih-alih mengirimkannya pulang
ke AS. Dalam editorialnya, Jumat (14/6), harian yang terbit dua bahasa ini (Cina
dan Inggris), menilai Snowden dapat memberikan data intelijen kepada Cina.
Informasi itu bisa membantu negara Tiongkok ini untuk memahami dunia siber dan
meningkatkan posisi tawarnya kepada Washington.
“Snowden mengambil inisiatif untuk memublikasikan serangan siber Pemerintah AS kepada Hongkong dan Cina. Persoalan ini menjadi bagian kepentingan Cina,” tulis The Global Times. “Pemerintah Cina harus membiarkannya buka suara.” Pertimbangan Beijing, menurut editorial tersebut, seharusnya tidak hanya memikirkan hubungan kedua negara, tapi juga bagaimana pendapat publik di dalam negeri yang sepertinya tidak senang Snowden diekstradisi. “Kita menyadari bagaimana agresifnya AS di dunia siber. Kita juga menyadari bagaimanan sembilan perusahaan internet besar dunia telah membantu AS dalam intelijen,” tulis koran nasionalis ini.
Masalah serangan siber telah menjadi isu hangat bagi kedua negara. Dalam pertemuan antara Barack Obama dan Presiden Cina, Xi Jinping, pekan lalu, persoalan ini turut menjadi pembahasan. Bahkan, Obama menyindir langsung serangan siber Cina kepada AS dan meminta segera menindak persoalan ini segera. Washington Post dalam laporannnya pernah mengabarkan serangan siber Cina telah mengakses puluhan sistem persenjataan milik AS. Cina telah membantah dan balik menuding AS (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/14/moe4wn-dukungan-media-cina-untuk-snowden).
“Snowden mengambil inisiatif untuk memublikasikan serangan siber Pemerintah AS kepada Hongkong dan Cina. Persoalan ini menjadi bagian kepentingan Cina,” tulis The Global Times. “Pemerintah Cina harus membiarkannya buka suara.” Pertimbangan Beijing, menurut editorial tersebut, seharusnya tidak hanya memikirkan hubungan kedua negara, tapi juga bagaimana pendapat publik di dalam negeri yang sepertinya tidak senang Snowden diekstradisi. “Kita menyadari bagaimana agresifnya AS di dunia siber. Kita juga menyadari bagaimanan sembilan perusahaan internet besar dunia telah membantu AS dalam intelijen,” tulis koran nasionalis ini.
Masalah serangan siber telah menjadi isu hangat bagi kedua negara. Dalam pertemuan antara Barack Obama dan Presiden Cina, Xi Jinping, pekan lalu, persoalan ini turut menjadi pembahasan. Bahkan, Obama menyindir langsung serangan siber Cina kepada AS dan meminta segera menindak persoalan ini segera. Washington Post dalam laporannnya pernah mengabarkan serangan siber Cina telah mengakses puluhan sistem persenjataan milik AS. Cina telah membantah dan balik menuding AS (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/14/moe4wn-dukungan-media-cina-untuk-snowden).
"Orang-orang
yang berpikir saya melakukan kesalahan memiliki Hongkong sebagai lokasi, telah salah
paham terhadap niat saya. Saya di sini bukan untuk bersembunyi dari keadilan,
saya di sini untuk mengungkapkan kriminalitas," katanya seperti dikutip South China Morning Post, Kamis
(13/6). Snowden mengatakan, berdasarkan dokumen yang belum diverifikasi,
NSA telah meretas komputer di Hongkong dan Cina sejak 2009. Tidak ada satupun
dokumen yang mengungkapkan sistem militer Cina. Salah satu target
peretasan tersebut adalah universitas Cina dan pejabat publik serta pebisnis
dan mahasiswa. Dokumen juga menunjukkan aktivitas peretasan melawan pemerintah
Cina.
Snowden percaya
lebih dari 61 ribu operasi peretasan NSA global dengan ratusan target di
Hongkong dan Cina. "Kami meretas jaringan tulang punggung (backbone) seperti rute raksasa internet
yang memberikan kami akses komunikasi ke ratusan ribu komputer tanpa harus
meretas satu per satu," ujar Snowden yang mengatakan sengaja merilis
informasi untuk menunjukkan kemunafikan pemerintah AS ketika mengklaim mereka
tidak menarget infrastruktur sipil (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/13/mobnz9-as-retas-komputer-cina-dan-hongkong-bertahuntahun).
Facebook dan Microsoft Ngaku
Sementara itu, Facebook
dan Microsoft dilaporkan (mengaku) telah membuat kesepakatan dengan Pemerintah
AS untuk merilis informasi terbatas mengenai jumlah permintaan data yang
diawasi intelijen. Pada Jumat (14/6), Facebook menjadi perusahaan pertama yang
merilis angka permintaan pengumpulan data rahasia pemerintah negeri Paman Sam
itu. Mereka memposting di dalam blognya bahwa perusahaan telah menerima
permintaan antara 9-10 ribu data pengguna pada semester kedua 2012. Permintaan
itu juga meliputi 18-19 ribu data pengguna. Facebook diketahui memiliki 1,1
miliar pengguna di seluruh dunia.
Menurut sumber
yang dekat dengan Facebook, kesepakatan dengan Departemen Kehakiman tersebut
melarang Facebook mengatakan berapa banyak perintah rahasia yang dikeluarkan di
bawah Undang-Undang Pengawasan Intelijen Asing. Hingga kini, semua informasi
tentang permintaan di bawah aturan itu, termasuk keberadaannya, dianggap
rahasia.
Sedangkan Microsoft
mengaku menerima permintaan dari semua jenis informasi mengenai 31 ribu akun
pengguna di semester kedua 2012. Dalam sebuah laporan yang dikeluarkan
Microsoft, mereka menerima permintaan mengenai kriminalitas yang melibatkan
24.565 akun di keseluruhan pada 2012. Sementara Google mengatakan sedang
bernegosiasi dengan pemerintah AS untuk bisa menerbitkan informasi permintaan
data.
Facebook,
Google, dan Microsof secara terbuka mendesak pemerintah AS memberi izin
perusahaan mengungkap jumlah dan ruang lingkup permintaan pengumpulan data
rahasia, setelah dokumen bocor ke Washington Post dan The Guardian.
Pemerintah AS sebelumnya dituding memiliki akses langsung ke komputer
perusahaan sebagai bagian dari program NSA (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/15/mofc6x-facebook-dan-microsoft-ungkap-permintaan-data-pemerintah-as).
Siapa Edward Snowden?
Menurut sumber
yang dilansir Reuters, Snowden mengaku kepada bosnya mengambil kelas
komputer di Universitas Johns Hopkins di Baltimore, AS. Dia juga mendapat
sertifikat dari kampus Universitas Maryland di Tokyo. Pada 2013, dia mengejar
gelar master di bidang keamanan komputer dari Universitas Liverpool di
Inggris. Namun seorang juru bicara John Hopkins mengatakan, dia tidak bisa
menemukan catatan kehadiran Snowden. Tampaknya Snowden mengambil kursus
korespondensi sehingga tidak tercatat.
Seorang pejabat
Maryland mengonfirmasi, Snowden menghadiri setidaknya satu kelas musim panas.
Seorang juru bicara Liverpool mengatakan, Snowden terdaftar mengambil gelar
master online di bidang keamanan
komputer pada 2011 tetapi tidak menyelesaikannya (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/14/modjis-perjalanan-edward-snowden-sebelum-jadi-pembocor-rahasia-cia).
Sebelum melakukan aksi pembocoran dokumen tersebut, Snowden adalah asisten
teknisi komputer kontrak di Booz Allen Hamilton, perusahaan rekanan NSA. Ia
berhenti dan meninggalkan rumahnya di Hawai, Mei lalu (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/13/mobwyr-snowden-saya-tidak-bersembunyi-atau-berkelit-dari-hukum).
Snowden lahir
pada 1983 di North Carolina, AS. Dia dibesarkan di pinggiran kota Maryland
dekat markas NSA. Dia meninggalkan SMA di kelas 10. Pada usia 18 tahun, dia
bekerja sebagai webmaster di Ryuhana
Press yang mempromosikan seniman anime Jepang. Snowden mulai memposting
komentar di forum Ars Technica pada 29 Desember 2001. Di forum tentang
keserakahan korporasi dan pengawasan warga di Ars Technica itu, dia mengeluhkan
biaya hidup tinggi dan repotnya komuter di Washington. “Kita semua berada
di kapal gila ini bersama. Semoga beruntung, kamerad," ujarnya di forum
tersebut (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/14/modjis-perjalanan-edward-snowden-sebelum-jadi-pembocor-rahasia-cia).
Yang menarik
adalah, di forum tersebut Snowden yang saat itu masih bekerja di CIA, menjadi
komentator online dengan menggunakan identitas samaran. Delapan tahun
Snowden bekerja untuk badan intelijen AS (CIA) dan kontraktor NSA. Menurut
sumber, Snowden dipekerjakan agen rahasia di Washington dari 2005 sampai
pertengahan 2006. Kemudian oleh CIA dari 2006 sampai 2009. Lalu Dell Inc
2009-2013 ketika bekerja di AS dan Jepang sebagai kontraktor NSA.
Dia juga menjadi
komentator produktif pada forum teknologi dengan 750 pesan menggunakan nama “The
Tru Hooha” dari akhir 2001-2012. Sebagian besar posting tidak bersifat politis.
Dia mengaku memiliki senjata seperti James Bond. Pada 4 Februari 2010
ketika Snowden bekerja untuk Dell, dia mengomentari diskusi tentang sebuah
perusahaan teknologi besar yang diduga memberikan akses bagi pemerintah AS
untuk server komputernya (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/14/modgv0-pembocor-rahasia-intelijen-as-pernah-menyamar-jadi-komentator-anonim).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar