Para
pengungsi Syiah asal Sampang, Madura, ini, dengan beralaskan matras biru, duduk
bersila sambil mengunyah nasi bungkus yang diberikan Pemerintah Provinsi Jawa
Timur (Pemprov Jatim). Jumlahnya 157 orang. Tergambar kesedihan di mata mereka yang
sembab kemerahan. Tanpa sepengetahuan mereka mengenai tujuannya, mereka diangkut
ke Sidoarjo, Jatim, lalu dikumpulkan di ruang tengah lantai dasar satu rumah susun
(rusun di kota tersebut. Sempat timbul isu adanya pemaksaan relokasi terhadap
mereka. Relokasi dipicu adanya kesepakatan antar lembaga terkait di Jatim, yang
akan merelokasi mereka keluar dari Madura.
Pengungsi Syiah Sampang. Kasihan anak-anak (ROL) |
Namun
para pengungsi dari komunitas Syiah Sampang ini mengaku tidak mengetahui soal (rencana)
pemindahan (relokasi) mereka ke rusun tersebut. Setiba di lokasi, Kamis (20/6)
malam, mereka sempat menuntut dipulangkan ke desanya masing-masing. “Kami lebih
baik pulang daripada tidur di sini,” kata Ayu (15), seorang remaja yang sejak
tadi tertunduk sedih sambil memangku adiknya (http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-timur/13/06/21/mopydo-pengungsi-syiah-tidak-tahu-dipindahkan-ke-rusun).
Seorang
pengungsi, Muhammad Zaini, juga sempat berorasi. Dia tiba-tiba berdiri di
tengah kerumunan tersebut dan berteriak, “Kami terpaksa pindah ke sini,"
kata Zaini. Menurutnya, dia bersama ratusan warga lain saat akan dipindahkan
dari GOR Sampang, diperlakukan secara kasar oleh Satuan Polisi Pamong Praja
(Satpol PP). Dia menambahkan, meski tempat tinggal yang disediakan Pemprov
Jatim sangat memadai, namun mereka lebih memilih pulang ke Sampang, Madura. "Kita
ini bagian dari masyarakat Indonesia," ujarnya (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/20/moozy7-pengungsi-syiah-sampang-sudah-direlokasi-ke-sidoarjo).
Karena
relokasi tampaknya dilakukan mendadak, atau pihak berwenang sengaja tidak
memberitahu mereka ihwal kesepakatan tersebut, maka mereka juga tidak tahu
bahwa pemindahan mereka ke rusun akan difasilitasi dengan tempat tinggal yang
layak. Awalnya mereka berpikir hanya akan dibiarkan menumpuk di ruang tengah
rusun tersebut seperti halnya tempat pengungsian mereka sebelumnya di GOR
Sampang.
Namun,
saat petugas memanggil nama mereka satu per satu dan diminta masuk ke ruangan,
seyuman mulai menghiasi raut wajah mereka. Hamim, salah seorang pengungsi, mengatakan,
tidak tahu bahwa mereka akan mendapat fasilitas rusun, dsb. Ketika dikeluarkan
dari GOR Sampang, dia sempat berpikir akan dipulangkan ke kampung halamannya. Hamim
yang hidup bersama isteri dan tiga anak, dua masih balita, saat diberitahu akan
ada pemberian susu kepada anak-anak, wajahnya semakin semringah. Saat proses
relokasi dilakukan malam itu, lima pengungsi rupanya tidak berada di tempat. Rencananya
kelima pengungsi ini akan menyusul diantar ke rusun.
Mengenai
pemindahan ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) rencananya akan
memberikan pendampingan ke para pengungsi selama sepekan ke depan. Kepala Dinas
Pekerjaan Umum dan Cipta Karya Jatim, Gentur Prihantomo, mengatakan, warga sama
sekali tidak dikenakan biaya untuk tinggal di rusun tersebut. Selain kamar,
mereka juga akan mendapatkan kasur dan selimut.
Dalam
satu hari, mereka akan mendapatkan makan sebanyak tiga kali, dan untuk warga
yang memiliki balita akan diberikan susu. Rusun Jemundo memiliki dua bangunan yakni
bangunan blok A dan B, dengan masing-masing bangunan memiliki enam lantai. Para
pengungsi Syiah ini menempati 76 kamar di blok A, lantai 3-6.
Kehadiran
mereka di rusun tersebut sempat tidak mendapat sambutan hangat dari para
penghuni lama. Pasalnya, sebelumnya secara sepihak pengelola rusun meminta
mereka pindah dari bangunan blok A ke blok B. Seorang penghuni lama, Robert,
mengatakan, dia bersama puluhan penghuni lama tidak keberatan dengan relokasi
pengungsi ke rusun. Hanya saja dia mempertanyakan mengapa mereka yang harus pindah
ke blok B. “Kalau seperti ini, kami yang justru menjadi pengungsi,”
ujarnya (http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-timur/13/06/21/mopydo-pengungsi-syiah-tidak-tahu-dipindahkan-ke-rusun).
Isu Pemaksaan
Mendengar
isu adanya pemaksaan relokasi terhadap pengungsi Syiah Sampang, Ketua Umum Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj, di Jakarta, Jumat (21/6), mengatakan, jika
memang terjadi pemaksaan pihaknya mengecam. “Itu wujud kegagalan pemerintah
dalam melindungi warganya yang memiliki hak untuk hidup di tanah
kelahirannya," kata Said. Namun Said mengaku sudah mendapat informasi informasi
dari Wakil Gubernur Jatim , Saifullah Yusuf, bahwa relokasi dilakukan atas
keinginan pengikut Syiah, yang dibuktikan dengan surat pernyataan bermeterai.
"Mas
Saiful (Saifullah Yusuf, red) mengatakan ke saya, Pemprov Jatim meminta
relokasi itu tidak disebut sebagai pengusiran, karena dilakukan atas permintaan
pengikut Syiah sendiri. Kalau memang demikian ya tidak apa-apa, karena justru
itu bagian dari upaya pemerintah melindungi warganya," ucap Said. Said
Aqil meminta aparat terkait agar bisa memberikan jaminan keselamatan kepada mereka,
termasuk jika suatu saat mereka ingin kembali ke kampung halamannya.
"Mereka
warga negara yang sama, memiliki hak hidup yang sama juga. Pemerintah harus
bisa menjamin aset yang mereka tinggalkan, dan mengabulkan jika suatu saat
mereka ingin kembali ke kampung halamannya," tuturnya, seraya menegaskan
bahwa NU secara lembaga dengan tegas mengecam jika relokasi dilakukan dengan
pemaksaan (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/21/moq7pr-warga-syiah-sampang-direlokasi-ini-sikap-pbnu).
Sunni Ingin Syiah Pergi
dari Madura
Sebelumnya,
bagai tidak ada kata maaf dalam kamus mereka, ribuan ulama dan santri
se-Madura, melakukan istighasah pada Kamis (20/6), menuntut pengungsi Syiah di
Kabupaten Sampang, segera direlokasi ke luar Madura (http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-timur/13/06/20/moow8k-ribuan-santri-dan-ulama-semadura-dukung-relokasi-warga-syiah-sampang).
Petugas gabungan dari jajaran Polres Sampang dan Polda Jatim menghalau ribuan
pengikut aliran Sunni yang memaksa memasuki lokasi pengungsian Syiah di Gedung
Olah Raga (GOR) Wijaya Kusuma, Sampang, Kamis (20/6). Mereka ingin agar pengungsi
Syiah secepatnya meninggalkan Sampang.
Para
pengikut Sunni ini merangsek ke GOR, karena sempat terpancing pernyataan salah
satu tokoh ulama yang meneriakan kata-kata bahwa “hanya ahlus sunnah waljamaah aliran yang paling benar”. Waktu itu, sejumlah tokoh ulama Sunni datang ke
lokasi pengungsian Syiah hendak menyampaikan hasil kesepakatan bersama antara
Pemerintah Kabupaten (Pemkab), DPRD Sampang, dan Pemprov Jatim. Isi kesepakatantersebut,
pengikut Syiah akan dipindahkan ke Sidoarjo (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/20/moouds-polisi-sampang-halau-ribuan-massa-masuki-pengungsian-syiah).
Ahlus sunnah
waljamaah adalah nama lain dari pengikut
Sunni. Mereka senantiasa merasa paling tegak di atas Islam berdasarkan Al
Qur'an dan hadits yang sahih dengan pemahaman para sahabat rasul, tabi'in,dan tabi'ut tabi'in. Sekitar 90% umat Muslim sedunia
merupakan kaum Sunni, dan 10% menganut aliran Syiah. (diinterpretasi dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Sunni).
Wakapolres
Sampang, Kompol Alfian Nurrizal, berusaha menenangkan mereka dengan mengatakan
bahwa mereka memang akan direloksai. "Kami harap saudara-saudara sekalian
jangan masuk, karena berdasarkan kesepakatan mereka memang hendak
dipindah," kata Alfian. Saat itu juga ribuan pengikut aliran Sunni ini
bergerak mundur. Pimpinan Syiah, Iklil Almilal, sempat terkejut dengan adanya
ribuan pengikut Sunni yang hendak masuk ke GOR. Saking terkejutnya, Iklil sempat
pingsan dan dibawa ke rumah sakit Sampang (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/20/moouds-polisi-sampang-halau-ribuan-massa-masuki-pengungsian-syiah).
Fatwa MUI Sampang
Menyimpang dari Pusat
Konflik
antara pengikut Syiah dan Sunni di Sampang, pada awalnya hanya dipicu konflik
pribadi bahkan masih keluarga, yakni antara pimpinan Syiah, Tajul Muluk, dengan
saudaranya sendiri, KH Rois, yang beraliran Sunni. Konflik keluarga itu lalu
meluas menjadi konflik SARA setelah di kalangan pengikut Sunni tersiar kabar bahwa
Syiah sesat. Pengikut Sunni pun beramai-ramai mengusir pengikut Syiah yang ada
di wilayah Kecamatan Omben dan Kecamatan Karangpenang, Sampang.
Puncaknya,
29 Desember 2011 terjadi pembakaran rumah, madrasah, mushala, dan pesantren
kelompok Syiah. Sebanyak 335 orang pengikut aliran Syiah dari total 351 orang
lebih, dievakuasi ke GOR Wijaya Kusuma depan kantor Bupati Sampang. Konflik ini
sudah terjadi sejak 2006, namun hingga kini belum bisa diredam hingga akhirnya
terjadi aksi anarkis berupa pembakaran.
Direktur Central
for Religion and Political Studies (Centries) Madura, Sulaisi Abdurrazak, menilai,
konflik bernuansa SARA antar aliran agama merupakan bentuk kegagalan pendidikan
keagamaan di wilayah itu. "Perbedaan itu kan sebenarnya 'fitrah' baik
perbedaan agama itu sendiri, maupun perbedaan dalam hal pemahaman
keagamaan," katanya dalam satu diskusi tak lama setelah konflik meletus. Persoalan
perbedaan agama dan pemahaman keagamaan kata dia, memang merupakan urusan
masing-masing dengan Tuhannya.
Akan
tetapi ketika persoalan ini mengembang menjadi persoalan dalam lingkup sosial,
maka kemudian bisa menjadi persoalan bangsa dan negara. Sulaisi juga menilai, ada
fatwa MUI Sampang yang menurut kajiannya tidak bertanggung jawab, yakni yang
menyatakan bahwa Syiah sesat. Fatwa MUI Sampang ini kata Sulaisi, berbeda
dengan fatwa MUI pusat yang menyatakan bahwa Syiah tidak sesat (http://www.republika.co.id/berita/regional/nusantara/12/01/06/lxdn9t-konflik-di-sampang-bukti-gagalnya-pendidikan-agama).
Diungkapkan
Sulaisi, aliran Syiah yang ada di Indonesia menurut kajian Centries sebenarnya
merupakan aliran Islam dengan tokoh sentralnya adalah Djalaluddin Rahmat, cendikiawam
Muslim asal Bandung. Berbeda dengan kelompok Islam lainnya, kelompok ini, kata Sulaisi,
memang cenderung menokohkan Khalifah Ali Bin Abi Tholib dibanding ketiga
Khalifah lainnya, semisal Abu Bakar, Umar, dan Usman. Sebab lanjut Sulaisi,
yang menjadi landasan pijakan mereka adalah hadits Nabi Muhammad yang
menyatakan “Aku ini adalah gudang ilmu dan Ali adalah pintunya”. "Syiah di
Sampang ini menurut kajian kami sementara afiliasinya ke sana (Djalaluddin
Rahmat). Makanya, kami heran, ketika tiba-tiba ada pernyataan itu sesat hanya
karena perbedaan cara pandang saja atau sebagian tradisi yang berbeda,"
kata Sulaisi (http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/01/06/lxdoub-syiah-di-indonesia-adalah-aliran-islam).**
===Agens128 bagi uang Tunai===
Pakai Pulsa Tanpa Potongan
Juga Pakai(OVO, Dana, LinkAja, GoPay)
Support Semua Bank Lokal & Daerah Indonesia
Game Populer:
=>>Sabung Ayam S1288, SV388
=>>Sportsbook,
=>>Casino Online,
=>>Togel Online,
=>>Bola Tangkas
=>>Slots Games, Tembak Ikan
Permainan Judi online yang menggunakan uang asli dan mendapatkan uang Tunai
|| Online Membantu 24 Jam
|| 100% Bebas dari BOT
|| Kemudahan Melakukan Transaksi di Bank Besar Suluruh INDONESIA
WhastApp : 0852-2255-5128
Agens128Agens128