Perang
Suriah yang masih awet sejak Maret 2011, telah membuat Austria ketar-ketir.
Satu pertempuran yang sangat dekat dengan satu markas pasukan perdamaian PBB, membuat
Austria mengumumkan pihaknya akan menarik pasukannya dari negeri itu. Alasan
resminya, situasi keamanan Suriah makin buruk. Seorang juru bicara pasukan
perdamaian PBB mengatakan, dua personel pasukan perdamaian PBB dari India dan
Filipina mengalami "cedera ringan" akibat pertempuran itu.
Dataran Tinggi Golan memanas (ROL) |
Pertempuran
antara pasukan pemerintah Suriah yang didukung Rusia dan Iran,dengan oposisi/pemberontak
yang didukung negara-negara Barat yang terjadi Kamis (6/6) ini, menyebabkan satu-satunya
perlintasan Dataran Tinggi Golan di garis gencatan senjata dengan Israel, yakni
Quneitra, bisa direbut kembali pasukan pemerintah Suriah. Ini menjadi kemunduran
bagi pasukan oposisi/pemberontak, sehari setelah mereka dihalau dari kota
strategis Qusayr. Tentara mengejar pemberontak yang melarikan diri dari Qusayr
dengan menembakkan rudal-rudal ke Bweida Timur, sekitar 14 km jauhnya (http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/13/06/07/mo0hma-suriah-rebut-kembali-perlintasan-golan).
Tempat perlintasan
Quneitra, adalah satu-satunya rute langsung antara Israel dan Suriah, yang
digunakan oleh penduduk Druze dari Golan yang ingin melintas untuk keperluan
kehidupan sehari-hari seperti belajar, bekerja, atau menikah. Israel merebut
sebagian besar daerah dataran tinggi itu dari Suriah dalam Perang Enam Hari
tahun 1967 dan menganeksasinya tahun 1981, satu tindakan yang tidak pernah
diakui internasional (http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/13/06/07/mo0hma-suriah-rebut-kembali-perlintasan-golan).
Israel yang ketar-ketir
pun lalu bagai memiliki alasan untuk memperkuat kehadiran militernya di dataran
tinggi itu, seperti dikutip radio publik Israel. Pengerahan pasukan ke kawasan
ini menambah buruk situasi keamanan di kawasan tersebut. Di Wina, Ibukota
Austria, pemerintah Austria menyebutkan alasan penarikan mundur pasukannya
karena ancaman terhadap tentara Austria telah mencapai tingkat yang “tidak
dapat diterima”.
Menteri
Pertahanan Austria, Gerald Klug, mengatakan, penarikan pasukan itu akan
dilakukan antara dua sampai empat pekan dan akan dimulai Selasa. Austria
termasuk salah satu dari penyumbang personil terbesar, yakni 380 tentara. Austria
yang netral adalah bagian dari Pasukan Pemantau Gencatan Senjata PBB (UNDOF) di
Golan sejak lembaga ini dibentuk tahun 1974. (http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/13/06/07/mo0hma-suriah-rebut-kembali-perlintasan-golan).
Pembentukan
pasukan UNDOF dilakukan atas kesepakatan gencatan senjata Israel dan Suriah
yang memperebutkan Dataran Tinggi Golan pada Perang Yom Kippur 1973. Tujuan UNDOF
adalah memastikan gencatan senjata yang sudah berjalan puluhan tahun itu tetap
dipatuhi. Mereka pun terus meninjau ulang kesepakatan dua pihak itu lewat
badan-badan PBB (http://international.okezone.com/read/2012/12/11/413/730476/krisis-suriah-makin-parah-jepang-tarik-pasukan).
Sekretaris
Jenderal PBB, Ban Ki-Moon, Kamis (6/6), menyampaikan penyesalannya atas
keputusan Austria tersebut. Ban menyoroti sumbangan Austria "yang berharga
dan lama" bagi UNDOF, dan menyampaikan penghargaannya kepada semua negara
yang terus menyediakan tentara serta pengamat militer dalam misi itu (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/07/mo03g4-sekjen-pbb-sesalkan-austria-tarik-prajurit-perdamaian).
Para pemimpin
PBB segera menyelenggarakan perundingan mendadak menyangkut penggantian pasukan
Austria itu. Ban melalui juru bicaranya, menyatakan kekhawatirannya menghadapi kemungkinan
yang akan terjadi akibat penarikan pasukan seperti itu, terhadap operasi pemeliharaan
perdamaian dan juga keamanan regional kawasan tersebut. Sebelumnya, jumlah
pasukan perdamaian PBB di Dataran Tingggi Golan juga berkurang menjadi sekitar
900 personil, setelah pada Maret lalu Kroasia menarik pasukannya, menyusul Kanada
dan Jepang (http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/13/06/07/mo0hma-suriah-rebut-kembali-perlintasan-golan).
Selain keempat
negara tersebut, Filipina juga sedang mempertimbangkan untuk menarik pasukan perdamaiannya
di bawah UNDOF tersebut. Terlebih sejak empat tentaranya juga diculik oposisi
Suriah. PBB pun menarik penjaga perdamaiannya dari markas pengamatan di wilayah
gencatan senjata Dataran Tinggi Golan, tempat penculikan tersebut. Keputusan
ini diambil karena keprihatinan atas keamanan di wilayah perbatasan
Israel-Suriah ini.
Atas penculikan
itu, Filipina menyeru Dewan Keamanan (DK) PBB mengerahkan semua pengaruhnya
untuk membebaskan tentaranya. Keempat tentara itu diculik pemberontak Suriah
pada Selasa, hanya dua bulan sesudah 21 tentara Filipina diciduk kelompok sama
selama empat hari. Keempatnya berada di pos pengamatan di daerah Al Jamlah di
Dataran Tinggi Golan. Kelompok oposisi yang menamakan diri Brigade Martir
Yarmuk, menyatakan menculik penjaga perdamaian itu demi keselamatan mereka.
UNDOF, yang
memantau gencatan senjata antara Israel dengan Suriah sejak 1974, memiliki
sekitar 1.000 tentara penjaga perdamaian dan petugas sipil dari Austria,
Filipina, India, Maroko, dan Moldova (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/10/mmk3op-pbb-tarik-penjaga-perdamaiannya-di-golan).
Pernyataan pemerintah Filipina untuk mempertimbangkan penarikan mundur
pasukannya itu diungkapkan Jumat (7/6), menyusul satu prajuritnya yang terluka
akibat pertempuran di perbatasan Quneitra.
Pukulan untuk PBB
Kementerian Luar
Negeri Filipina sebenarnya sudah merekomendasikan penarikan mundur ini kepada
Presiden Benigno Aquino, pada bulan lalu. Namun juru bicara kepresidenan,
Abigail Valte, mengatakan, rekomendasi tersebut masih dipelajari. Sementara itu
juru bicara Kemenlu Filipina menegaskan pihaknya bersikukuh bahwa 341 prajurit
Filipina harus ditarik pulang.
Panglima
Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Emmanuel Batista, mengatakan, keputusan
penarikan mundur pasukan adalah wewenang pemerintah. Satu hal yang pasti, kata
Bautista, prajurit Filipina sudah disiapkan untuk menghadapi berbagai risiko. Jika
Filipina ikut menarik mundur pasukannya, ini akan menjadi pukulan besar untuk UNDOF,
menyusul Kroasia, Kanada, Jepang, dan Austria (http://internasional.kompas.com/read/2013/06/07/15501474/Filipina.Kembali.Pertimbangkan.Tarik.Pasukannya.di.Golan).
Akhir Desember lalu,
Jepang menarik pasukannya dari Dataran Tinggi Golan karena eskalasi konflik di kawasan
itu dianggap kian mencemaskan. Padahal keputusan Jepang ini bersamaan dengan
rencana PBB yang akan meningkatkan kehadiran pasukan UNDOF di sana. Seperti
diberitakan Yomiuri Shimbun, Selasa (11/12/12), Pemerintah Jepang
memilih melindungi keselamatan pasukannya. Oleh karena itulah, ke-47 pasukan beladiri
Jepang akan dipulangkan (http://international.okezone.com/read/2012/12/11/413/730476/krisis-suriah-makin-parah-jepang-tarik-pasukan).
Sedangkan pada
Maret lalu, pemerintah Kroasia menarik 100 personel pasukannya menyusul adanya laporan
media bahwa Arab Saudi telah membeli senjata dari Zagreb (ibukota Kroasia) untuk
dipasok ke pihak pemberontak. Perdana Menteri Kroasia, Zoran Milanovic, dalam
pertemuan kabinet di ibukota, Zagreb, mengatakan setelah adanya pemberitaan
itu, kehidupan tentara Kroasia di Dataran Tinggi Golan tidak dapat dijamin.
Pada 26 Februari
2013, The New York Times melaporkan, Arab
Saudi baru-baru ini membeli kargo besar infanteri dan senjata berat dari
Kroasia dan melalui Jordan, kemudian menyalurkannya ke pihak oposisi. Zagreb
telah membantah laporan itu. "Kita bisa menyangkal lagi dan lagi, tapi
semua orang sudah membaca laporannya, dan tentara kami tidak lagi aman,"
kata Milanovic, seperti dikutip The New
York Times. Para pejabat yang akrab dengan transfer men-transfer senjata,
mengatakan kepada surat kabar Amerika bahwa, "Senjata-senjata adalah
bagian dari surplus yang dideklarasikan di Kroasia yang tersisa dari perang
Balkan tahun 1990-an." (http://www.wartanews.com/timur-tengah/833710c6-a841-2c12-5df8-fcc3427d9318/kroasia-tarik-pasukan-dari-golan-setelah-kirim-senjata-ke-pemberontak-suriah).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar