Dalam ajang
Paris Air Show, Selasa (18/6/13), perusahaan pesawat Boeing, meluncurkan versi
baru 787 Dreamliner yang lebih besar dari generasi sebelumnya, yakni 787-10.
Belum apa-apa, raksasa dirgantara AS ini diberitakan sudah kebanjiran pesanan
pesawat ini. Setidaknya, sudah ada 100 permintaan dari berbagai maskapai dan
perusahaan penyewaan pesawat di seluruh dunia, antara lain United Airlines dan
Singapore Airlines.
chicagotribune.com |
Pesawat 787-10 Dreamliner, merupakan anggota ketiga
dari keluarga 787 Dreamliner. Kelebihan keluarga tipe ini adalah hemat bahan
bakar (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis-global/13/06/19/moma01-dreamliner-terbaru-boeing-kebanjiran-permintaan).
Sebelumnya, Dreamliner telah memiliki
dua model, yakni 787-8 dan 787-9, dengan dua jenis mesin, yakni RR Trent 1000
buatan Rolls Royce, dan GEnx1B buatan General Electric. Peluncuran resmi 787-8
adalah pada tanggal 8 Juni 2007 (7. 8 .0 7). (http://id.wikipedia.org/wiki/Boeing_Everett_Factory).
CEO Boeing, Ray
Conner, mengatakan, 787-10 Dreamliner akan menjadi pesawat komersial paling
efisien dalam sejarah. “Operasional pesawat ini secara ekonomis tidak
tertandingi dan memiliki kenyamanan luar biasa bagi penumpang. Hal tersebut
membuat pesawat dari keluarga 787 ini menjadi pesawat yang sangat spesial,”
kata Coner. Boeing 787-10, lanjut Corner, lebih efisien 25% dibandingkan pesawat tipe lainnya yang ada saat
ini, serta lebih efisien 10% dari pesawat yang ditawarkan kompetitor di masa
depan.
Semula, pihak
Boeing masih menamakannya proyek Boeing 787-10X. Proyek ini baru akan
diluncurkan bila sudah ada pemesanan, yang ditandai dengan penanggalan huruf
“X”-nya sebagai simbol bahwa proyek ini pasti dilaksanakan. Akhirnya, tak ada
alasan alasan untuk tidak menanggalkan huruf “X itu, karena Boeing kemudian meluncurkan pesawat ini pada hari kedua pameran dirgantara bergengsi ini.
Sebanyak 102
unit pesanan datang dari maskapai penerbangan dan perusahaan penyewaan pesawat:
British Airways (12 unit), Singapore Airline (30 unit), United Airlines (20
unit), Air Lease Corporation/ALC (30 unit), dan GECAS (10 unit). Sementara itu ALC
juga memesan tiga unit 787-9 (http://www.runway-aviation.com/paris-airshow-2013-boeing-resmi-luncurkan-proyek-787-10-dreamliner/).
Perusahaan leasing pesawat yang berbasis di Los Angeles ini diperkirakan akan
menerima pesawat ini pada tahun 2019. Perakitan 787-9 akan dilakukan di
Everett, Washington, dan dijadwalkan melakukan penerbangan perdana akhir tahun
ini (http://indo-aviation.com/2013/06/19/boeing-dan-air-lease-corporation-umumkan-komitmen-untuk-30-787-10-dreamliner/).
Dengan adanya
kepastian pemesanan, Boeing pun akan menggenjot produksi pesawat ini sebanyak 10
unit per bulan mulai jelang akhir tahun 2013. Boeing juga harus segera memutuskan
tempat mana yang akan dilakukan perakitan akhir 787-10, memilih antara
fasilitas perakitan Boeing di Charleston, South Carolina, atau Everett,
Washington.
Boeing 787-10 ditujukan
sebagai pengganti Airbus A330, A340, dan 777-200. Karena diperuntukkan bagi rute
gemuk dengan lalu lintas penerbangan tinggi, maka 787-10 didesain hanya dapat
menjelajah sejauh 7.000 nautical mile (12.964 km), lebih pendek daripada
kemampuan jelajah tipe pertama dan kedua Dreamliner: 787-8 (8.000 nm/15.000 km)
dan 787-9 (8.400nm/15.600 km). Karena itu juga ukurannya dikatakan lebih besar
ketimbang dua pendahulunya itu, yakni dengan kapasitas 300-330 penumpang, tergantung
konfigurasi yang diinginkan pemesan. Selain itu 787-10 didesain untuk mengisi
kelas antara 787-9 dan 777-300ER/777X. Seperti dua “kakaknya” itu, 787-10 juga
ditawarkan dalam dua tipe mesin yakni General Electric GEnx-1B dan Rolls-Royce
Trent 1000-10 (http://www.runway-aviation.com/paris-airshow-2013-boeing-resmi-luncurkan-proyek-787-10-dreamliner//http://indo-aviation.com/2013/06/19/boeing-dan-air-lease-corporation-umumkan-komitmen-untuk-30-787-10-dreamliner/).
Boeing dan Airbus Bersaing
Peluncuran Dreamliner
terbaru ini membuat kepercayaan diri Boeing pulih terhadap rivalnya, Airbus.
Terlebih setelah Dreamliner tipe sebelumnya mengalami insiden beruntun. Masalah
teknis baterai yang gampang panas, sempat membuat Dreamliner dilarang terbang
di seluruh dunia selama kurang lebih 4 bulan sejak awal 2013, untuk
diinvestigasi.
Belum lagi pada
Agustus 2012 lalu, Boeing kehilangan 8,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS)
setelah Qantas membatalkan pesanan sebanyak 35 pesawat 787-9 karena
keterlambatan pengiriman armada, sehingga maskapai Australia tersebut
kehilangan beberapa rute internasionalnya.
Dengan
pembatalan tersebut, Boeing juga harus membayar kompensasi sebesar 433 juta dolar
AS kepada Qantas, termasuk diantaranya sekitar 300 juta dolar AS akibat
keterlambatan serta pengembalian uang muka yang sudah dibayar. Salah satu
alasan keterlambatan tersebut karena Boeing
memproduksi pesawat dari material yang jauh lebih baik dari sebelumnya, yang
membutuhkan proses produksi yang lama. Masih di tahun 2012, Boeing juga
kehilangan pesanan sebanyak 25 Dreamliner, 24 diantaranya pembatalan dari China
Eastern.
Paris Air Show ke-50
yang digelar 17-23 Juni 2013 ini, menjadi kesempatan bagi Boeing untuk
menunjukkan gigi lagi. Di pameran dirgantara tersebut, Airbus dan Boeing bertarung
untuk memperebutkan pembeli. Sebelumnya, Airbus bisa tepuk dada dengan adanya pesanan
135 unit pesawat tipe A320 dari maskapai penerbangan easyJet asal Inggris; 100
unit di antaranya adalah generasi terbaru A320. Nilai pemesanan ini mencapai
US$ 11,9 miliar atau sekitar Rp 113 triliun.
Namun kemudian
Boeing boleh merasa lega, setelah maskapai penerbangan Ryanair asal Irlandia, menyatakan
pembelian 175 unit Boeing 737-800 dengan nilai sekitar US$ 15,6 miliar atau Rp
148 triliun. Ke-175 pesawat pesanannya ini akan dikirim mulai 2014 hingga 2018.
(http://finance.detik.com/read/2013/06/18/170953/2277110/1036/luncurkan-versi-baru-787-dreamliner-boeing-kebanjiran-order/http://the-marketeers.com/archives/pesanan-qantas-batal-boeing-kehilangan-us85-miliar.html).
Sebelum pameran
berlangsung, Airbus sempat mencoba menarik perhatian dulu dengan melakukan
penerbangan perdana A350 yang berakhir sukses. Lewat A350 ini, Airbus ingin
menguasai sektor pesawat berbadan panjang, setelah sebelumnya menguasai pesawat
sedang, dan juga pesawat berkapasitas 150 penumpang. Saat hari pertama Paris Air
Show 2013, A350 sudah dipesan Qatar Airways, British Airways, dan Cathay
Pacific.
Sedangkan
Boeing, selain telah meluncurkan 787-10, juga diberitakan segera mengumumkan
versi baru pesawat 777 pada bulan depan, dengan sayap yang dibuat lebih irit
bahan bakar. Boss Boeing, Conner, mengatakan, akan terjadi kompetisi hebat
antara Boeing dan Airbus di dunia penerbangan (http://vibiznews.com/2013-06-17/industri-aviasi-masih-dikuasai-airbus-dan-boeing-bagaimana-dengan-indonesia).
William Edward Boeing
Boeing adalah
perusahaan yang didirikan oleh William Edward Boeing, seorang yang awalnya
adalah pebisnis dan penebang kayu yang sukses. Bersama rekannya George Conrad
Westervelt pada tahun 1916, Boeing mendirikan perusahaan pabrik pesawat terbang
yang saat itu bernama Pacific Aero Products
Setahun
kemudian, begitu AS terlibat dalam Perang Dunia (PD) I, Boeing mengganti nama
perusahaannya menjadi Boeing Airplane Company yang dikenal sebagai Boeing Company.
Meski masih tergolong awal dalam industri tersebut, perang memungkinkan Boeing
sebagai perusahaan mendapatkan tender pengadaan 50 pesawat dari Korps
Penerbangan AS. Bisnisnya kemudian berkembang pesat menjadi salah satu
perusahaan raksasa di Seattle, AS. Di tahun-tahun menjelang PD II, industri ini
mampu menarik puluhan ribu pendatang.
Boeing kemudian
berkonstentrasi pada industri pesawat terbang komersial yang kemudian sukses
pula membangun jasa pelayanan surat yang cepat dan efisien. Karena Boeing
dianggap merajai dunia penerbangan AS saat itu, pada tahun 1934 pemerintah AS
menudingnya melakukan praktik monopoli. Pada tahun 1934, Boeing pensiun, meski
tidak lepas berbisnis. Di kemudian hari Boeing malah dikenal sebagai seorang
usahawan di bidang properti.
Boeing lahir di
Detroit, AS, pada 1 Oktober 1881. Meninggal di Puget Sound, AS, pada 28
September 1956 di usia 74 tahun. Boeing lahir dari keluarga kaya keturunan
Jerman. Keluarganya merupakan pemilik perusahaan pertambangan dan perkayuan
yang sukses. Setamat kuliah di Universitas Yale pada 1903, Boeing terjun
kedalam bisnis keluarga, menjadi pengusaha dalam usaha penebangan kayu. Usaha
ini membuat dirinya menjadi kaya raya, apalagi setelah ia membangun perusahaan
perkayuannya sendiri.
Namun, meski
kaya raya, Boeing tidak serta merta cepat puas. Karena itu, saat dirinya
menjadi direktur utama Greenwood Logging Company, Boeing yang sudah sekian lama
bereksperimen dalam desain kapal-kapalnya pindah ke Seatlle. Disinilah minatnya
akan pesawat terbang mulai tumbuh, terutama dari sisi bisnis (http://id.wikipedia.org/wiki/William_Edward_Boeing).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar