Meski
hidup sebagai minoritas di negara Barat, para pemain Muslim tak kendor iman.
Terlebih lagi di tengah meruyaknya caci maki terhadap Muslim akibat berbagai
peristiwa yang menyudutkan Muslim, seperti peristiwa Bom Boston dan terakhir
kasus pembunuhan polisi Inggris oleh seorang mualaf. Pappis Cisse misalnya enggan
mengenakan seragam (jersey) klubnya pada musim laga yang akan datang dengan alasan sponsornya adalah lembaga keuangan riba. Franck
Ribery marah besar ketika diguyur bir. Dan Samir Nasri menulis sesuatu yang
inspiratif dalam akun Instagram-nya, @sn8_official: "Islam is perfect,
Muslims are not. Don't get confused!”
Diguyur bir, Ribery sempat marah pada Boateng (ROL) |
Pernyataan Samir
Nasri di akunnya tersebut, diduga berkaitan dengan rasa tersudutnya sebagai
minoritas. Lebih lanjut di akunnya tersebut, Gelandang Manchester City ini juga
menulis, "If you want to learn about Islam, go study Islam, don't study
the Muslims!” Meski dikenal sebagai pemain bertemperamen, Nasri dikenal sebagai
pribadi religius.
Dalam setiap
aksinya di lapangan rumput, mantan pemain Arsenal ini selalu menghadirkan
sentuhan Islam, misalnya “menadahkan kedua tangan” sebelum memulai laga,
mengucapkan takbir ketika klubnya juara Liga Primer Inggris musim 2011/2013,
dan melakukan selebrasi dengan menunjukkan pesan “Ied Mubarak” di balik jersey-nya
usai mencetak gol pada pertandingan yang bertepatan dengan Idul Fitri 2012 lalu,
meski kemudian diganjar kartu kuning (http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/freekick/13/06/06/mnycs5-samir-nasri-islam-agama-sempurna).
Sementara itu
penyerang Newcastle United, Pappis Cisse, mengambil risiko berkonflik dengan
manajemen klubnya, Newcastle United, ketika keukeuh
menolak mengenakan seragam (jersey) klub itu pada musim depan.
Alasan Cisse, pada jersey klub tersebut nanti akan tertera nama perusahaan
sponsor yang dianggapnya riba. Oktober tahun lalu, Newcastle United mencapai
kesepakatan sponsorship dengan Wonga.com, perusahaan pemberi pinjaman jangka
pendek dengan bunga cukup tinggi, 4,214 persen.
Dalam salah satu
kesepakatan tersebut, logo Wonga akan menempel di bagian depan seragam The
Magpies pada musim depan. Logo tersebut akan menggantikan sponsor The
Magpies sebelumnya, Virgin Money. Angka kesepakatan sponsorship itu cukup
tinggi. Paling tidak dalam empat tahun durasi kontrak, Newcastle United akan
menerima dana segar sebesar 24 juta pound (Rp 366 miliar). Penolakan dan protes
pun berhamburan dari supporter hingga pemain-pemain muslim yang ada di skuat The
Magpies.
Seperti dilansir
Dailymail, Manajer Umum Newcastle United, Derek Llambias, berencana
akan membahas permasalahan ini dengan penyerang asal Senegal tersebut.
Pertemuan ini akan digelar usai Cisse memperkuat negaranya di fase kualifikasi
Piala Dunia 2014 zona Afrika. Sementara itu, pemain muslim Newcatle United lainnya seperti
Hatem Ben Arfa dan Cheick Tiote, belum memberikan pendapat terkait sponsorship tersebut
(http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/liga-inggris/13/06/10/mo5zwn-tolak-pakai-jersey-cisse-didepak-newcastle).
Mengenai sikap
Cisse ini, Daily Mirorr menulis, seperti dikutip Onislam.net,
Senin (10/6/13), “Ia seorang Muslim, menolak untuk mempromosikan Wonga,
lantaran memberikan pinjaman uang dengan bunga tinggi sehingga banyak orang menjadi
miskin karena itu." Cisse tak sendiri dalam mepertahankan prinsipnya ini.
Pemain Muslim lainnya yang pernah di Newcastle United, Demba Ba (sekarang
pemain Chelsea), juga menolak mengenakan jersey dengan sponsor Wonga. Hal
sama pernah dilakukan pesepakbola asal Mali, Federick Kanoute. Ia menolak
mengenakan jersey klubnya Sevilla yang menampilkan sponsor perusahaan judi
888.com.
Masuknya
perusahaan judi dan peminjam uang berbunga tinggi, tengah menjadi tren di klub
medioker Inggris. Tak lama lagi, Bolton juga akan menandatangi kontrak
sponsorship dengan QuickQuid. Kerjasama itu diprotes keras oleh fans klub tersebut (http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/liga-inggris/13/06/10/mo5vbe-alasan-pappis-cisse-tolak-kenakan-jersey-bersponsor-perusahaan-riba).
Orang Barat
(baca: Eropa) mungkin tak memahami berbagai hukum dalam Islam yang begitu
dipegang teguh para penganutnya. Bahkan Franck Ribery yang semula bukan Islam
pun, begitu masuk Islam (mualaf) menjadi begitu teguh memegang prinsipnya,
seperti tidak mau minum bir saat klubnya memenangkan laga. Bahkan mantan
gelandang Marseille itu pernah menolak untuk sekedar memegang gelas berisi bir
dalam sebuah sesi foto tim.
Misalnya saja
ketika para pemain Bayern Muenchen bersuka cita merayakan raihan gelar
Bundesliga Jerman, winger tim
berjuluk FC Hollywood itu, Franck Ribery, justru murka. Bek Bayern Muenchen,
Jerome Boateng, rupanya mengguyurkan bir ke tubuh pemain timnas Prancis itu. "Saya
tidak akan berbicara dengan Boateng lagi. Dia tahu saya Muslim. Saya
benar-benar marah," kata Ribery seperti dilansir Goal. Aksi Boateng yang
mengguyurkan bir ke kepala Ribery ini bisa diunduh di Youtube (http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/freekick/13/05/14/mms3b4-diguyur-bir-ribery-marah-besar-video).
Awal tahun 2012,
gelandang Bayern Muenchen ini membuka bar bebas alkohol di rumahnya, yang
diganti dengan jus buah. Rumahnya ini terletak di Kota Boulogne-sur-Mer,
Prancis Utara. Bar bernama O'Shahiz,
yang mengambil nama dari dua putrinya, Shahinez dan Hizya, ini, didedikasikan untuk Muslim Prancis yang merasa
tidak nyaman di bar yang menawarkan minuman beralkohol. Ribery sadar, cukup
sulit menemukan bar tanpa alkohol di Benua Biru tersebut.
Ribery berharap,
pemain Muslim yang merumput di liga Eropa mendapat bar alternatif dan tidak
lagi mabuk-mabukan. "Saya ingin sebuah konsep yang agak berbeda dari
biasanya," ujar pemain yang menjadi mualaf sejak 2006 ini. Kepada surat
kabar Prancis, La Voix du Nord, dia mengatakan Islam tak berkompromi
dalam melarang minuman keras. Meskipun jarang berbicara tentang imannya,
baru-baru ini Ribery mengatakan kepada majalah Le Paris Match bahwa
dia merasa "aman" dengan Islam (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/06/03/m50vqg-franck-ribery-minum-alkohol-berbahaya).
Pesepakbola
Muslim lainnya yang dikenal taat adalah Demba Ba. Ba dikenal mampu menjaga diri
di tengah gemerlapnya budaya Barat. Pada akhir laga Chelsea kontra Manchester
United (MU) di Stadion Stamford Bridge, London, April lalu, bisa dijadikan
ukuran untuk menilai kepribadian Ba sebagai Muslim. Ketika itu, gol tunggalnya
pada menit ke-49 di laga ulangan perempat final Piala FA, mampu melibas MU,
sehingga membuahkan penghargaan sebagai man of the match.
Sebagaimana tradisi
di Liga Primer Inggris, pemain terbaik dalam suatu laga akan mendapatkan satu
botol bir atau sampanye berukuran besar produksi Budweiser. Namun mantan ujung
tombak Newcastle United itu menolak menerima ataupun membuka minuman beralkohol
itu. Ia malah memberikan botol sebagai simbol penghargaan itu kepada sang
kiper, Petr Cech. Lolosnya The Blues ke semi final Piala FA tersebut,
memang terbantu aksi gemilang kiper timnas Republik Ceska itu.
Atas sikapnya
itu, pelatih The Magpies Alan Pardew, sempat berujar, "Ba layak menjadi
duta Islam di lapangan sepak bola." Tindakan penggawa timnas Senegal itu
mirip dengan yang dilakukan gelandang Manchester City, Yaya Toure. Usai menjadi
man of the match di lanjutan Liga Primer Inggris, Toure menolak dengan
halus meminum bir yang disodorkan Joleon Lescott. “Maaf, Saya tidak minum alcohol,
Saya Muslim," kata adik kandung Kolo Toure yang keduanya merupakan tulang
punggung Timnas Pantai Gading itu (http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/freekick/13/04/04/mkpaku-diberi-bir-demba-ba-tolak-meminumnya).
Selain mereka di
atas, masih banyak pesepakbola Muslim lainnya yang cukup teguh memegang prinsip
agamanya. Kehadiran mereka dengan prinsipnya itu bagaimanapun telag memberi
warna dalam industri sepak bola yang cenderung gemerlap karena melibatkan
seliweran uang yang super tinggi.**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar