Ketika Petualangan “Pig 05049” Berujung pada Sebatang Rokok

“Ada 185 produk yang dihasilkan dari ‘Pig 05049’: bubuk mesiu, sabun, obat, kertas foto, katup jantung, cat mobil, permen karet, porselen, yogurt, marshmellow, kosmetik, rokok, kondisioner, sampai biodiesel”

Memilih rokok berfilter bagi para perokok, adalah upaya meminimalisasi paparan racun kimia yang disebabkan asap rokok yang mereka hisap.  Namun tahukah, Indonesia ternyata tidak memroduksi sendiri bahan filter tersebut,  melainkan mengimpor. Dan ternyata, filter bikinan luar negeri itu dibuat dari darah babi. Tentu saja ini bukan sedang membicarakan sisi positif atau negatif produk berbahan babi, melainkan mengenai kepatuhan umatnya pada ajaran agama.

ROL

Ketua Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT), DR Hakim Sarimuda Pohan, mengungkapkan, karena masih diimpor tersebut, filter rokok yang banyak digunakan di Indonesia patut diduga mengandung bahan yang berasal dari darah babi. Dikatakan Hakim, hemoglobin atau protein darah babi yang digunakan sebagai filter rokok bertujuan untuk memblok racun kimia dari rokok sebelum masuk ke dalam paru-paru.

 “Filter rokok belum diproduksi di Indonesia, semuanya impor, sementara filter impor menggunakan darah babi,” ujar Hakim (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/26/mp0ant-filter-rokok-mengandung-hemoglobin-babi). Mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Kartono Muhammad, juga mengungkapkan hal sama. "Ini temuan baru di Belanda dan Australia. Sangat mungkin masuk di Indonesia, karena filter kita impor," kata Kartono.

Data yang diperoleh Kartono dari sebuah situs perdagangan menyebutkan, jumlah impor filter rokok Indonesia nilainya mencapai miliaran. Namun kata dia tidak disebutkan nama negara-negara pengekspornya."Nggak disebut negara mana saja, tapi kan kemungkinan negara maju seperti Australia dan Amerika," jelasnya.

Kepala Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3), Fuad Baradja menambahkan, tidak tertutup kemungkinan ada unsur (komposisi bahan) yang ditutupi oleh produsen rokok. "Filternya itu masih diimpor. Kalau bikin filter sendiri kan kita belum bisa. Masyarakat juga nggak tahu," ujar Fuad yang memiliki klinik penyembuhan ketergantungan rokok ini (http://news.detik.com/read/2010/04/02/114447/1330804/10/filter-rokok-impor-sangat-mungkin-ada-unsur-babi).

Secara umum, rokok yang ada di Indonesia ada dua jenis: dengan dan tanpa filter. Cara sederhana membedakan efek rokok dengan dan tanpa filter, meskipun perlu waktu, adalah, rokok tanpa filter cenderung lebih cepat mengubah warna gigi daripada rokok dengan filter (http://www.kedokterangigi.net/85/kaitan-antara-rokok-dengan-kesehatan-gigi-dan-mulut.html).

Hakim mengungkapkan, informasi mengenai produk filter rokok mengandung babi ini disampaikan Profesor Kesehatan Masyarakat dari University of Sydney, Simon Chapman. Chapman sendiri mengetahuinya dari hasil penelitian koleganya dari, Belanda, Christien Meindertsma, yang menemukan bahwa ada 185 produk yang dihasilkan dari seekor babi (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/26/mp0ant-filter-rokok-mengandung-hemoglobin-babi). Chapman mengungkapkan hal tersebut untuk memperingatkan kelompok agama tertentu terkait dugaan adanya kandungan sel darah babi pada filter rokok.

Penemuan ini, kata Chapman, seperti dilansir News.com.au, bisa berdampak pada kelompok Islam dan Yahudi. Chapman yang juga aktivis anti-rokok ini mengatakan, penemuan ini membuka bobrok industri rokok yang tidak mencantumkan komposisi dalam rokok. Mereka kata Chapman mengatakan, “ini bisnis kami dan sebuah rahasia dagang." Darah babi ini, kata Chapman, setidaknya ditemukan di satu produk rokok yang dijual di negara Yunani. Darah babi dipastikan dipakai dalam pembuatan rokoknya (http://dunia.news.viva.co.id/news/read/140507-ada_darah_babi_di_filter_rokok).

Saat berkunjung ke Indonesia pada Juni 2010, Chapman menyarankan pemerintah membuat regulasi ketat terhadap rokok. Pemerintah Indonesia kata dia harus memastikan bahwa rokok tersebut tidak beredar di Indonesia yang mayoritas Muslim. Editor Majalah Tobacco Control, Ruth E Malone, mengatakan, produsen rokok harus berhenti menipu konsumen, yakni dengan mencantumkan komposisi rokok buatannya. Dia mencontohkan, di AS pernah ada karyawan pabrik rokok yang mengungkapkan bahwa perusahaan rokok tempatnya bekerja menambahkan zat kimia khusus untuk mempercepat daya adiksi rokok (http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/10/06/30/122392-rokok-berfilter-dari-darah-babi-ada-di-indonesia-)

Perjalanan Si “Pig 05049"

Christien Meindertsma, satu waktu meneliti seekor babi berkode "Pig 05049" di sebuah peternakan di Belanda. Setelah meriset selama tiga tahun, di laman pribadinya dia mengungkapkan bahwa telah meriset mengenai semua produk yang dihasilkan dari seekor babi. Hasil riset itu kemudian dibukukan, lengkap dengan grafik dan gambar produk, kemudian dipamerkan dalam sebuah pameran.

Dalam risetnya itu, Meindertsma mengikuti perjalanan Pig 05049, dari mulai mati sampai badannya dikapalkan (diekspor) dalam bentuk beberapa bagian (misalnya daging, darah, tuang) ke beberapa penjuru dunia. Jasad babi itu melakukan perjalanan dari perusahaan yang menangani hewan mati sampai ke perusahaan kecil yang memproduksi sesuatu menggunakan bagian dari jasad babi itu.

Hasil risetnya menunjukkan, ada 185 produk berbeda yang bisa dihasilkan dari Pig 05049. Sebut saja bubuk mesiu, sabun, obat, kertas foto, katup jantung, cat mobil, permen karet, porselen, yogurt, marshmellow, kosmetik, rokok, kondisioner, sampai biodiesel. Tak lupa Meindertsma menampilkan foto-foto produk itu. Ketekunan Meindertsma ini membuahkan sebuah penghargaan: Index Award 2009. Namun tanpa dia duga, hasil penelitiannya ini menggelinding menjadi isu sensitif di kalangan umat Islam dan Yahudi.

"Banyak tahapan antara bahan mentah dan produk akhir di produksi komersil modern. Karena banyak tahapan, pengetahuan menghilang. Sebagai contoh, peternak babi tak tahu semua produk akhir yang terbuat dari babi mereka karena mereka tak tahu babi itu dibawa ke mana," kata perempuan 29 tahun lulusan Akademi Desain Eindhoven itu (http://dunia.news.viva.co.id/news/read/140571-kisah_seekor_babi_yang_jadi_185_produk).

Ulama Masih Ragu

Pengasuh Ponpes As'sidiqiyah, KH Anwar Mansyur (Gus War), yang juga menjabat sebagai penasehat Pengurus Caban Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Kediri, mengatakan, apabila temuan ilmuwan terkait filter rokok mengandung darah babi terbukti benar, NU yang sebelumnya menghukumi rokok secara makruh, siap melakukan perubahan dengan menjadikannya haram.

Saat NU menghukumi rokok makruh, kata Gus War, belum ada yang namanya filter pada rokok, melainkan hanya  tembakau yang dicampur cengkeh dan dibungkus kertas sek. Namun Gus War menyatakan para perokok tak perlu resah dulu karena penelitian ini belum benar-benar dibuktikan (http://news.detik.com/surabaya/read/2010/04/07/122932/1333753/475/kiai-nu-filter-rokok-mengandung-darah-babi-harus-dibuktikan).

Hal sama dikatakan KH Irfan Sholeh, Ketua Yayasan Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang. Dia mengatakan, secara dhohir  filter rokok masih halal. Alasannya, kandungan babi dalam rokok belum diteliti secara benar oleh lembaga terkait. “Apalagi secara dhohir (fisik) bentuknya masih berupa filter rokok,” kata Kiai yang juga pecandu rokok ini. Meski demikian, dia mencoba berbesar hati dengan mengharapkan pemerintah melalui MUI (Majelis Ulama Indonesia), tegas mengeluarkan fatwa. Namun, kata dia, fatwa tersebut harus sesuai dengan koridor hukum fiqih serta didahului dengan penelitian ilmiah dan akurat. “Jadi label halal haram itu bisa diterapkan secara benar,” ujarnya (http://www.tempo.co/read/news/2010/04/09/058239195/Isu-Kandungan-Babi-di-Filter-Rokok-Membuat-Pengusaha-Resah).

Pengusaha Rokok Resah

Menanggapi isu ini, sejumlah pengusaha rokok di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah (Jateng), telah membantahnya.  Mereka menegaskan bahwa  filter rokok yang mereka pakai merupakan produk dalam negeri. Salah satu yang membantah adalah Perusahaan Rokok (PR) Alam Karunia Parade Bintang, di Kudus. Direktur PR tersebut, Moch Gito S, mengatakan, filter rokok yang diteliti mengandung hemoglobin babi itu tentunya berasal dari luar negeri. “Jadi kami tidak perlu khawatir dengan isu tersebut. Terlebih lagi, produk filter yang kami pakai merupakan produk dalam negeri," kata Gito. Ia mengatakan, filter yang digunakan perusahaannya adalah produk dari daerah Jawa Timur (Jatim).

"Di Kudus juga ada yang memproduksi filter rokok tersebut," ujarnya. Hanya saja, lanjut dia, bahan baku untuk membuat filter rokok, seperti “asetat tow", memang masih impor. "Informasinya, bahan baku utama pembuat filter rokok itu, salah satunya dari sejenis rumput yang tumbuh pada musim salju di dataran Skandinavia," ujarnya.

Selain itu, kata dia, produsen filter rokok dari Jatim tersebut juga pernah menunjukkan sertifikat halal dari MUI. "Kami pernah ditunjukkan sertifikat tersebut. Hanya saja, untuk perusahaan serupa yang lain belum mengetahui," ujarnya. "Untuk menggunakan filter rokok impor, kami jelas tidak mampu karena harganya cukup mahal," ujarnya (http://nusantara.tvonenews.tv/berita/view/36033/2010/04/06/pengusaha_kudus_bantah_filter_rokok_mengandung_minyak_babi.tvOne).

Abdurrahim, Ketua Asosiasi Pengusaha Rokok Indonesia (ASPRI) Cabang Kabupaten Jombang, Jatim, mengeluhkan beredarnya informasi ini. Apalagi sebelumnya mereka dihantam kenaikkan harga pita cukai, yang kemudian disusul dengan adanya fatwa haram merokok. Bisa-bisa kata dia, 16 perusahaan rokok yang masih bertahan di Jombang, gulung tikar. Tahun 2010, saat informasi filter babi merebak, setiap perusahaan kata Abdurrahim, sudah mengurangi produksinya akibat sepi order. Jika biasanya produksi rokok mencapai puluhan bal dalam satu bulan, kini hanya belasan saja (http://www.tempo.co/read/news/2010/04/09/058239195/Isu-Kandungan-Babi-di-Filter-Rokok-Membuat-Pengusaha-Resah).**