“Tahun 2018 Aher
berjanji air sungai Citarum dapat diminum langsung (?)”
Kamis,
13 Juni 2013, pasangan Ahmad Heryawan
(Aher) dan Deddy Mizwar (Demiz), resmi dilantik menjadi Gubernur dan Wakil
Gubernur Jawa Barat (Jabar) masa jabatan 2013-2018. Pada acara pelantikan itu,
Aher menuturkan bahwa seluruh janji atau komitmen selama kampanye Pilkada Jabar
sudah masuk ke Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Bagi para
pemerhati lingkungan, ada satu janji yang keberhasilannya bisa dibuktikan
secara nyata, bukan hanya di atas kertas dalam bentuk angka-angka, yakni janji
membersihkan sungai Citarum hingga airnya bisa diminum langsung pada 2018,
tepat di tahun terakhir masa bakti sang gubernur. Jika tak terbukti, apakah
Aher akan melenggang begitu saja?
2018 air sungai ini bisa diminum langsung (ROL) |
Saat
prosesi pelantikan mereka di Gedung Merdeka, Bandung, Menteri Dalam Negeri,
Gamawan Fauzi, meminta Aher dan Deddy segera
menepati janji kampanyenya. Janji-janji politik sewaktu kampanye tersebut
diharapkan Gamawan segera dituangkan dalam RPJMD Jabar untuk lima tahun ke
depan (http://www.republika.co.id/berita/video/berita/13/06/14/modwol-jabar-menanti-janji-aher-dan-deddy-mizwar).
Sebelumnya, Aher mengaku janji-janji itu sudah masuk ke RPJMD. "Sudah
pasti, tentu hal tersebut akan menjadi prioritas," kata Aher di Gedung
Sate Bandung, Selasa (11/6). (http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-nasional/13/06/12/mo8mj3-usai-dilantik-aherdemiz-prioritaskan-janji-kampanye).
Pada
masa kampanye, Aher dan Demiz mengusung visi
“Jawa Barat Maju dan Sejahtera untuk Semua”. Saat menyampaikan visi misi keduanya dalam
Rapat Sidang Paripuna DPRD Jabar, mereka menyamaikan lima misi. Pertama, membangun masyarakat yang
berkualitas dan berdaya saing. Kedua,
membangun perekonomian yang kokoh dan berkeadilan. Ketiga, meningkatkan pemerintahan melalui profesionalisme tata
kelola dan perluasan partisipasi publik. Keempat,
mewujudkan Jawa Barat yang nyaman dengan pembangunan infrastruktur strategis
yang berkelanjutan. Kelima,
mengokohkan kehidupan sosial kemasyarakatan melalu peningkatan peran pemuda,
olah raga, seni dan budaya dalam kearifan lokal.
Selain itu, duet
ini juga menjanjikan delapan komitmen kepada Jabar. Pertama, Gratis SPP SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA, serta membangun
20.000 ruang kelas baru (RKB). Kedua,
beasiswa pendidikan untuk pemuda, tenaga medis, keluarga altet berprestasi, dan
guru. Ketiga, revitalisasi 50
ribu Posyandu dan dana insentif kader Posyandu. Keempat, mencetak 100 ribu wirausahawan baru dan membuka 2 juta
lapangan kerja baru, namun kata Aher angka ini sudah termasuk penyerapan tenaga
kerja 2008-2012, yakni saat masa kerjanya dengan Dede Yusuf, sebanyak 1,8 juta;
jadi angka sebenarnya hanya menambah 200 lapangan kerja saja.
Kelima, mengalokasikan Rp 4 triliun
untuk infrastruktur perdesaan. Keenam,
rehabilitasi 100 ribu rumah rakyat miskin. Ketujuh,
membangun pusat seni dan budaya di kabupaten/kota. Kedelapan, membangun stadion olah raga di kabupaten/kota. Sementara
Deddy berjanji mereka tidak akan berbohong kepada rakyat. "Kami
tidak akan berbohong, karena ini sesuatu yang terukur dan bisa kami lakukan."
(http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-nasional/13/02/07/mhujg4-jika-terpilih-aherdemiz-kami-tidak-akan-bohongi-rakyat-jabar).
Gratis Sampai SMA
Dalam
kesempatan terpisah, secara khusus Aher mengatakan, dia akan memastikan
penyelesaian seluruh persoalan pendidikan dan infrastruktur di Jabar pada 2013
ini, antara lain penggratisan biaya sekolah hingga tingkat SMA. Mulai Juli
2013, kata Aher, pihaknya telah mengalokasikan dana bantuan operasional sekolah
(BOS) untuk tingkat SMA dan sederajat. “Ini bukan janji, tapi memang sudah
teralokasikan pada APBD 2013,’’ kata Aher sewaktu berkampanye di Kecamatan
Banjaran, Kabupaten Bandung, Februari lalu. Selama hampir lima tahun sejak 2008
kata Aher, pihaknya telah menggulirkan program BOS, pembangunan 19 ribu ruang
kelas baru, buku gratis, dll. Melalui formula itu, papar dia, dipastikan
kendala pendidikan selama ini akan terselesaikan.
Begitu pun
masalah infrastruktur. Pada 2013 ini sebut Aher, telah dialokasikan dana untuk
meraih kemantapan infrastruktur jalan hingga 100 persen. Dia mengungkapkan,
hingga akhir 2012, tingkat kemantapan jalan Provinsi Jabar sudah mencapai 97,5 persen
dari 2.100 kilometer. "Jalan rusak hanya tinggal 2,5 persen. Kami
akan tuntaskan tahun ini juga," ujar Aher seraya mengatakan bahwa biaya
perbaikan jalan sangat besar (http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-nasional/13/02/10/mi093i-aher-singgung-soal-pendidikan-dan-infrastruktur-dalam-kampanye).
Untuk bidang
kesehatan, Aher-Demiz berjanji akan menambah anggaran kesehatan dan membangun
peningkatan Puskesmas serta pemberdayaan Posyandu. Selain itu mereka juga akan membangun
100 ribu rumah tinggal layak huni, hingga bantuan traktor untuk 6.000 gabungan
kelompok tani (gapoktan) di Jabar. Gedung Kesenian terbesar di Kota Bandung
juga akan dibangun (http://www.lensaindonesia.com/2013/02/20/kampanye-terakhir-di-gasibu-aher-demiz-umbar-janji.html).
Bisa Langsung Diminum atau Langsung BAB?
Meskipun Aher tidak menyebutkannya
sebagai janji saat berkampanye, namun selaku gubernur yang sedang menjabat saat
masa kampanye, Aher pada Februari lalu mencanangkan program “Citarum
Bersih pada 2018”. Target program tersebut adalah air Sungai Citarum bisa
diminum langsung. Entah kebetulan atau sengaja memilih tahun 2018, karena pada
tahun itu Aher akan resmi pensiun sebagai Gubernur Jabar. Jika gagal, bisakan
warga Jabar menuntutnya?
"Kami
ingin Sungai Citarum menjadi bersih, sehingga airnya bisa diminum
langsung," ujar Aher ketika itu. Demi itu, Pemprov Jabar lantas menggandeng
ratusan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang dinilai peduli pada keberadaan
sungai terpanjang di Jabar itu. Menurut Aher, harapan tersebut bukanlah mustahil.
Sejumlah sungai di negara-negara Benua Eropa pun bisa langsung diminum.
Untuk
mewujudkannya, pihaknya mengaku telah menyiapkan program khusus dengan
menggandeng seluruh pihak yang kerap turun tangan dalam menyelesaikan masalah
di Sungai Citarum. "Forum ini berisi satgas, pemerintah, pakar, masyarakat
umum, LSM, hingga pengusaha baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun
nasional," ujarnya, usai pengukuhan pengurus Forum DAS (Daerah Aliran
Sungai) Citarum, sekaligus pencanangan program tersebut di Gedung Sate, Bandung.
Melalui forum itu akan dibuat sebuah keputusan yang berisi operasional
normalisasi DAS Citarum. Aturan operasional yang disepakati itu berisi
kewajiban, hak, dan sanksi pelanggaran.
Sementara itu Kepala
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jabar, Setiawan Wangsaatmadja,
mengatakan, tingkat pencemaran Citarum sudah tergolong berat. Pencemarannya terjadi
dari hulu hingga hilir. Sedimentasi (pengendapan) Citarum pun terbilang tinggi
dengan kisaran 11 juta meter kubik per tahun. Kondisi tersebut kata Setiawan
adalah akibat alih fungsi lahan di hulu sungai yang dijadikan perkebunan atau
pertanian semusim. “Padahal seharusnya wilayah hulu sungai ditanami pohon
keras," tutur Setiawan. Kecenderungan yang sama juga ditunjukkan polutan
dari aktivitas industri dan rumah tangga. Setiawan mengaku pihaknya idak bisa
berbuat banyak karena BPLHD hanya memiliki kewenangan untuk memantau kualitas
Sungai Citarum (http://ahmadheryawan.com/lintas-jabar/lintas-jawa-barat/lingkungan-hidup/3734-sungai-citarum-ditargetkan-bisa-diminum-2018).
Mungkinkah hanya
dalam waktu 5 tahun “tersisa” Aher dapat mengawal sendiri janjinya itu? Belajar
dari kasus Sriyatun Djupri, penerima
penghargaan Kalpataru kategori perintis lingkungan, dia membutuhkan waktu 13
tahun untuk mengubah kebiasaan jorok warga yang suka buang air besar
(BAB) langsung ke Kali Surabaya. Kali tersebut melintas di di sekitar tempatnya
tinggal di kelurahan Jambangan, Surabaya, Jawa Timur. Padahal upaya yang
dilakukan Sriyatun ini hanya lingkup kelurahannya saja.
Apa yang dilakukan wanita asal
Trenggalek ini “sederhana” saja, yakni sepanjang 1973-1986 dia terus-menerus
melakukan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih ke warga sekitar. Yang menjadi
tidak sederhana bagi kebanyakan orang adalah kesabaran, ketulusan, dan
keikhlasannya bekerja hingga terjadinya perubahan perilaku tersebut (http://www.menlh.go.id/kalpataru/kalpa2008/sriyatun_djupri.htm
/ http://ruri-chronicle.blogspot.com/2012/10/2014-bebas-perilaku-bab-sembarangan.html).
Mungkinkah dibutuhkan jutaan Sriyatun untuk membuat air sungai Citarum yang
panjangnya mencapai sekitar 300 kilometer ini bersih? Padahal tak perlulah bisa
diminum, sekedar bebas sampah saja agak susah membayangkannya. Kita lihat saja
nanti.**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar