"Ahli
Gizi: tak perlu takut sepanjang Anda mengonsumsi makanan bakar secara
insidentil dan tidak menjadi bagian gaya hidup”
Mungkin
anda pernah mendengar, bahwa untuk mengindari minyak goreng yang berbahaya
karena ancaman kandungan LDL (kolesterol jahat)-nya bagi tubuh, maka lebih baik
jika bahan makanan itu dipanggang/dibakar. Namun seiring informasi yang
berkembang, ternyata makanan yang dibakar/dipanggang pun menitipkan bahaya pada
tubuh. Pasien dengan kasus penyumbatan pada pembuluh darah, seringkali
disarankan keras hanya makan makanan yang direbus, yang bebas minyak dan juga
kegosongan.
Hindari bagian yang gosongnya (ROL) |
Hal tersebut
memberikan pemahaman bahwa cara memasak dapat mengubah makanan menjadi senyawa
kimia yang berbahaya. Situs Apakabardunia
melansir, daging atau ikan yang dipanggang hingga gosong misalnya,
mengandung zat kimia seperti benzo-a-piren, amin heterosoklik, dioxin, dll (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/13/06/06/mnyzz3-sering-menyantap-makanan-dipanggang-ini-bahayanya).
Benzo-a-piren, amin heterosoklik, dan dioxin, adalah senyawa-senyawa bersifat
karsinogenik, yakni yang dapat memicu sel-sel abnormal dalam tubuh sebagai
penyebab penyakit kanker.
Dioksin misalnya, dampak keracunan senyawa ini untuk
jangka panjang adalah kanker dan aterosklerosis (epnyempitan pembuluh darah) sehingga
menaikkan angka kematian sampai 46% pada beberapa kasus. Karena sumber dioksin
bisa dari berbagai materi yang ada di sekitar kita, maka dioksin menjadi
ancaman serius bagi kesehatan manusia, karena pengaruh negatifnya sudah dapat
dicapai hanya pada dosis yang sangat rendah yaitu beberapa part per trillum
dalam lemak tubuh kita (http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/topik-kesehatan/51-tissue-dan-pembalut-dapat-menyebabkan-kanker).
Dalam ilmu
kesehatan, makanan yang gosong karena
dibakar/dipanggang akan mengandung zat karsinogen yang dapat memicu pertumbuhan
sel kanker karena kandungan radikal bebas-nya. Padahal kita tahu, kenikmatan
pada setusuk sate adalah juga pada bagiannya yang gosongnya. Terlebih lagi jika
aroma arangnya menempel pada makanan yang dipanggang itu (https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=227080327372014&id=217717374974976).
Kecuali anda bisa memilih bagian yang tidak gosong untuk dimakan?
Inayah
Budiastuti, Dokter Gizi Hang Lekiu Medical Centre, tak memungkiri juga bahwa penyajian
dengan cara dibakar masih lebih sehat dibandingkan dengan menggoreng, apalagi
jika dengan cara deep fry (lama).
Namun Saptawati Bardosono, Ahli Gizi Departemen Nutrisi, Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia (UI), menambahkan, bahwa proses pembakaran makanan sering
dibarengi pembentukan arang atau gosong. “Gosong pada makanan ini berbahaya
karena mengandung banyak atom karbon, yang dalam jumlah besar bisa memicu timbulnya
kanker (karsinogenik),” ujar Saptawati.
Menurut Ali
Khomsan, Ahli Gizi dari Departemen Gizi Masyarakat, penelitian di luar negeri
banyak mengungkapkan bahaya karsinogen dalam makanan yang mengalami proses
pembakaran, pemanggangan, atau pengasapan. Namun kata dia, penelitian serupa
belum pernah dilakukan di Indonesia yang cara memasaknya banyak memanfaatkan rempah
sebagai bumbu masakan. Artinya, sambung Ali, intensitas orang-orang di luar
negeri yang tak banyak mengenal rempah, menjadi banyak memakan makanan dengan
cara dibakar, dipanggang, atau diasap, demi mendapatkan cita rasa berbeda.
Tapi, menurut
Ali, baik tidaknya makanan bakar bagi tubuh adalah pilihan. "Tak perlu
takut sepanjang Anda mengkonsumsi makanan bakar secara insidentil dan tidak
menjadi bagian gaya hidup," ujarnya. Apalagi, belum ada bukti secara
langsung bahwa konsumsi makanan bakar bisa memicu timbulnya kanker.
"Kanker itu prosesnya lama, tidak instan dan lebih bersifat
kompleks," imbuh Ali (http://health.kompas.com/read/2008/11/19/11105042/Makanan.yang.Dibakar.Belum.Tentu.Lebih.Sehat.lo).
Buang Bagian yang Gosong
Dr Paul Brent,
kepala peneliti di Food Standards Australia and New Zealand (FSANZ), menyoroti
isu bahaya roti panggang, jenis penganan yang banyak dikonsumsi orang “barat”,
selai caranya yang biasanya juga dipanggang lagi pada oven toaster. Namun kata Brent seperti dikutip dari situs abc.net.au, tidak seorang pun dapat
mengatakanya dengan pasti. Brent mengatakan Januari lalu, belum ada yang
menyelidiki apakah orang yang sering makan roti panggang memiliki risiko kanker
lebih tinggi.
Meski begitu
Brent mengakui, bahan kimia acrylamide yang membahayakan tubuh, dihasilkan dari
proses pemanasan glukosa dan asam amino tertentu pada roti bakar. Namun kata
dia, roti mengandung acrylamide lebih sedikit dibanding keripik dan kentang
goreng. Selain itu membakar roti panggang juga mengandung sejumlah kecil
polycylic aromatic hydrocarbons (PAHs) yang juga ditemukan dalam polutan udara.
Beberapa dari jenis PAHs ini terbukti karsinogen (bahan kimia penyebab kanker).
Salah satu PAHs
yang paling terkenal adalah benzo-a-pyrene yang ditemukan pada tar batubara
serta asap rokok. Zat ini dihasilkan ketika bahan organik tidak terbakar secara
sempurna. Jika masuk ke dalam tubuh bisa memicu perubahan zat kimia dalam sel
yang mengakibatkan kerusakan DNA dan nantinya memicu kanker. Brent menyarankan
agar menghindari mengonsumsi roti (atau apa pun) yang dibakar hingga gosong.
Atau buang saja bagian makanan yang gosong tersebut (http://health.detik.com/read/2013/01/04/184629/2133626/763/sering-makan-roti-bakar-bisa-picu-kanker).
Cara memanggang
makanan yang bisa meminimalisasi kegosongan sebenarnya bisa dengan menggunakan microwave. Cara ini kata
Ali Khomsan, dapat memperkecil kemungkinan hilangnya kandungan gizi dari bahan
yang diolah, namun menyerap molekul air, lemak, dan gula. Akan tetapi Ali
mengakui, rasanya memang jadi tak senikmat bila dibakar langsung, selain juga butuh
biaya besar untuk membelinya.
Akhirnya
kuncinya adalah, selain tidak dijadikan kebiasaan, sebaiknya menghindari saja
bagian gosong pada makanan yang dibakar. Apalagi jika memakannya dengan
disertai makan sayuran dan minuman yang bisa menetralisir dampak buruknya.
Dikatakan Saptawati, sayuran memiliki antioksidan tinggi.
"Antioksidan dapat berfungsi sebagai antikarsinogenik yang bisa
jadi penetralisir," ujar dia. Jadi, sertakan sayuran seperti selada, kol,
timun, atau tomat jika anda menyukai makanan yang dibakar. Jangan lupa untuk
membasahi kerongkongan dengan air teh atau jeruk (http://health.kompas.com/read/2008/11/19/11323198/Lebih.Aman.Bakar.dengan.Microwave).
Untuk
meminimalisasi dampak buruk dari proses pembakaran makanan, Situs Shvoong dalam
lamannya menuliskan tip sebagai berikut: bersihkan dengan saksama alat yang
digunakan untuk membakar, terutama lemak-lemak sisa yang masih menempel. Sebisa
mungkin jangan menggunakan bensin atau minyak tanah saat membakar kayu/arang
pembakaran. Jangan membakar langsung daging yang masih beku; diamkan dulu hingga
daging kembali ke suhu ruangan agar tak cepat gosong saat dibakar.
Kenali suhu
kematangan masing-masing jenis daging, misalnya ayam 73,8 derajat Celsius,
hamburger 71,1 derajat Celsius, hotdog 60 derajat Celsius, steak 71,1 derajat
Celsius. Tipiskan lemak pada daging, sebab lemak lebih mudah terbakar dan
menjadi arang, bagian inilah yang banyak mengandung PAH (senyawa poliaromatik
hidrokarbon yang bersifat karsinogenik). (http://id.shvoong.com/how-to/health/2192501-tips-menghindari-bahaya-makanan-panggang/).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar