Foto seorang
bocah Suriah yang tewas dengan mengenakan jersey klub sepak bola
Barcelona menjadi perbincangan di media sosial. Foto tersebut mengundang kemarahan
pengguna media sosial. Sementara itu, Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) mengumumkan
dugaan serius adanya perekrutan anak-anak dalam Perang Sipil
Suriah. Mereka juga menjadi target penembak jarak jauh dan dijadikan perisai hidup, baik
oleh pasukan oposisi maupun pemerintah.
Ahmad Othman (ROL) |
Ahmad Othman (14
tahun), sang bocah, tewas pada 2 Mei 2013. Fotonya diterbitkan oleh akun Twitter dengan
hashtag #Tweet4SyrianChild. Hashtag
ini merupakan kampanye yang menyoroti penderitaan anak-anak Suriah. Othman
tewas bersama keluarganya setelah pasukan Bashar al-Assad menembaki kota
al-Baydah bulan lalu. Kerabat Othman mengatakan, bocah tersebut terbiasa
menggunakan jersey Barcelona setiap
hari dan tidak pernah melewatkan pertandingan klub asal Spanyol
tersebut. Dia bahkan bercita-cita menjadi pemain sepak bola terkenal
seperti Lionel Messi. Namun, perang menghentikan cita-citanya tersebut.
Al-Arabiya
melaporkan, foto tersebut menjadi lebih heboh setelah satu harian olahraga
Spanyol memuat ulang. Ribuan penggemar Barcelona kemudian mulai berbagi dan
mengomentari foto Othman (http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/13/06/13/moc8os-suporter-cilik-barcelona-tewas-di-suriah-hebohkan-media-sosial).
Ribuan penggemar Barcelona lantas mengecam serangan yang dilakukan pasukan
pemerintah Suriah tersebut (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/14/mocug9-fans-barcelona-kecam-serangan-militer-suriah).
Menyusul kabar
tewasnya Othman, Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) mengumumkan berbagai dugaan
serius mengenai anak-anak dalam perang di Suriah. PBB antara lain menduga adanya
perekrutan anak-anak dalam perang disipil Suriah. Mereka juga menurut PBB, menjadi
target penembak jarak jauh dan perisai hidup, baik pasukan oposisi maupun pemerintah.
Sekretaris
Jenderal PBB, Ban Ki Moon, mengatakan, ada tindakan biadab dan tak bisa
diterima selama perang sipil Suriah. Ia menyebutkan ribuan anak telah tewas
dalam perang yang telah berlangsung 26 bulan ini. Ia pun meminta Presiden Suriah,
Bashar al Assad, untuk mengakhiri segala bentuk kekerasan, baik penahanan,
penganiayaan, bahkan penyiksaan anak-anak. Anak-anak tersebut mendapat
perlakuan biadab, ujar Ban, karena dituduh berhubungan dengan oposisi. Ban juga
melaporkan bahwa Tentara Pembebasan Suriah dan pasukan utama oposisi, juga
merekrut anak-anak yang sebagian besar berusia 15-17 tahun.
Perwakilan PBB
untuk Anak-anak dalam Konflik, Leila Zerrougui, menambahkan, mereka menerima
laporan anak-anak Suriah yang tewas dan terluka akibat pemboman membabi buta
dalam konflik. Selain itu anak-anak juga banyak tewas oleh penembak jitu serta
digunakan sebagai perisai manusia. Pasukan Bashar al Assad juga melakukan
kekerasan seksual kepada anak laki-laki untuk mendapatkan pengakuan atau
informasi terkait oposisi.
''Anak-anak umur
14 tahun disiksa layaknya orang dewasa. Dipukuli, disengat listrik, diancam, dan
mengalami penyiksaan seksual,'' ucap dia dikutip dari Al Arabiya,
Kamis (14/6). Ribuan anak-anak ini juga melihat anggota keluarga mereka
terbunuh atau terluka. Zerrougui juga mempresentasikan laporan terkait
anak-anak umur 10 tahun yang digunakan oleh kelompok bersenjata sebagai pasukan
dan kuli angkut. Mereka ikut serta dalam pasukan Tentara Pembebasan Suriah (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/13/mobqt3-pbb-menduga-anakanak-jadi-perisai-hidup-di-suriah).
Pejabat PBB
lainnya, Navi Pillay, seperti dilansir Al-Arabiya, mengatakan, perang
Suriah telah menewaskan lebih dari 93 ribu orang. Sebanyak 6.500 orang di
antaranya merupakan anak-anak. "Sayangnya, studi mengindikasikan ini
merupakan figur minimal. Angka sebenarnya yang terbunuh berpotensi lebih
tinggi," ujar Pillay. Berdasarkan laporan Kantor HAM PBB, anak-anak
digunakan sebagai target sniper dan tameng manusia (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/13/mobwja-pbb-korban-tewas-perang-suriah-lebih-dari-93-ribu).
Dugaan anak-anak
digunakan sebagai tameng, dilaporkan Save the Children. Berdasarkan
laporan lembaga swadaya masyarakat ini, anak-anak tersebut digunakan sebagai
porter, pemandu, informan, bahkan dipersenjatai sebagai prajurit. Jumlahnya
anak-anak Suriah yang direkrut kelompok bersenjata pun selalu bertambah.
Menurut laporan
tersebut, dua tahun perang telah berpengaruh pada semua aspek kehidupan
anak-anak. Setidaknya, dua juta anak-anak Suriah membutuhkan pendampingan. Peneliti
dari Turki mengatakan, tiga dari empat anak-anak Suriah kehilangan seseorang
yang mereka cintai karena perang. Banyak dari anak-anak tersebut kehilangan
akses pada layanan kesehatan, dan hidup dengan sanitasi kurang. Keluarga mereka
juga berjuang mencari makanan karena minimnya pasokan.
BBC
melaporkan, pendidikan anak-anak terganggu karena 2.000 sekolah rusak akibat
pertempuran, atau menjadi tempat penampungan sementara bagi pengungsi. "Anak-anak
Suriah merupakan korban konflik yang dilupakan. Mereka menghadapi kematian,
trauma, dan penderitaan, serta kehilangan bantuan kemanusiaan dasar," kata
laporan tersebut. Save the Children mengaku telah meminta bantuan
internasional. Namun menurut mereka, satu-satunya cara untuk menghentikan
penderitaan mereka adalah mengakhiri perang.
Anak-anak di
bawah usia 18 tahun juga direkrut paksa dalam kegiatan militer. Dalam beberapa
kasus, anak-anak berumur delapan tahun digunakan sebagai perisai manusia. Satu
kelompok yang berafiliasi dengan oposisi mendokumentasikan kematian sedikitnya
17 anak. United Nations International Children's Emergency
Fund (Unicef), memperingatkan, Suriah akan mengalami kehilangan
generasi. Anak-anak di bawah usia 18 tahun hanya tahu kekerasan. Hak pendidikan
mereka dirampas. Mereka diperkirakan akan menderita trauma yang membekas
sepanjang hidup (http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/13/03/13/mjl0cj-anakanak-suriah-dipersenjatai).
Sementara itu, pertempuran
masih terus berlanjut. Oposisi berhasil merebut basis militer utama di provinsi
Hama setelah bentrokan dengan pasukan pemerintah yang didukung pejuang
Hizbullah. Basis militer di utara kota Morek merupakan kota strategis yang
menghubungkan dengan Aleppo, kota kedua terbesar di Suriah dan kota tertua di
dunia.
Rusia dan
Amerika Serikat (AS), dua negara yang masing-masing memiliki keberpihakan berbeda
dalam perang di Suriah, sudah sepakat untuk mengakhiri perang. Kedua negara adidaya
itupun lalu menggagas pembicaraan lanjutan di Jenewa, Swiss. Tujuannya untuk
membawa perwakilan pemerintah Suriah dan oposisi ke meja perundingan. Namun pembicaraan
ini batal dilakukan Mei ini. Menteri Luar Negeri Inggris, William Haque,
mengatakan, pihaknya khawatir dengan pembicaraan Jenewa yang tidak
terselenggara bulan ini (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/13/mobwja-pbb-korban-tewas-perang-suriah-lebih-dari-93-ribu
/ http://www.tempo.co/read/news/2013/05/08/115478868/Amerika-dan-Rusia-Sepakat-Akhiri-Perang-Suriah).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar