6/12/2013

Kasus Snowden: Kecoboran Keamanan Nasional AS Paling Eksplosif



“PRISM diduga memiliki akses ‘pintu belakang’ ke sembilan perusahaan besar server provider AS, yakni Microsoft, Yahoo, Google, Facebook, PalTalk, AOL, Skype, YouTube, dan Apple”

Surat kabar berpengaruh di Amerika Serikat, The Washington Post, kali ini mungkin tidak berniat kecolongan oleh Wikileaks dalam kasus pembocoran terbesar rahasia pemerintah dalam sejarah AS” yang dilakukan Bradley Manning. Kini, koran ini lagi-lagi “dipercaya” seorang pembocor rahasia, untuk menyiarkan kepada dunia mengenai tindakan negara adi daya ini dalam  “memata-matai” warga dunia. Kali ini, kasus ini disebut-sebut sebagai “kecoboran keamanan nasional (AS) paling eksplosif”.

Edward Snowden (ROL)
“Saya tak ingin hidup di dunia dimana segala yang saya lakukan dan katakan bisa tercatat.'' Demikian setidaknya salah satu alasan Edward J. Snowden (29), mantan pegawai CIA, yang pada Juni ini menghentakkan dunia karena telah membocorkan rahasia keamanan Amerika Serikat (AS) kepada dua media terkemuka, The Washington Post, dan The Guardian

Kepada dua media ini, Snowden mengungkapkan bagaimana AS memiliki program spionase canggih yang mampu mengakses e-mail hingga merekam telepon. Langkah intelijen AS itu, kata Snowden, telah melanggar hak privasi, khususnya warga AS (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/12/mo96kd-as-investigasi-snowden).

Akibatnya, terungkaplah bahwa AS memiliki program operasi mata-mata internet yang dibesut oleh National Security Agency (NSA) yang dinamakan PRISM. Program ini mampu mengawasi dan menyadap arus lalu lintas data pribadi dan percakapan via internet di AS dan dunia. Merasa negaranya sedang membangun infrastruktur kasat mata yang tak bertanggung jawab, Snowden  pun membocorkannya kepada kedua media tersebut. Pria yang juga pernah bekerja pada salah satu kontraktor di NSA ini, menyerahkan bocoran yang berisi rincian program PRISM itu dalam format Power Point sebanyak 41 slide.

Berdasarkan slide tersebut, PRISM diduga memiliki akses “pintu belakang” ke sembilan perusahaan besar server provider AS, yakni Microsoft, Yahoo, Google, Facebook, PalTalk, AOL, Skype, YouTube, dan Apple. Dengan akses tersebut, PRISM bisa mencegat lalu lintas data global yang melewati server itu untuk keperluan intelijen (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/12/mo8w03-terbongkarnya-aksi-amerika-serikat-merekam-dunia).

Twitter Menolak
Demi menjaga kredibilitas, Apple, Facebook, dan Google, langsung mengeluarkan bantahan di hari pertama laporan itu muncul di berita. Mereka mngatakantidak mengizinkan pemerintah memiliki “akses langsung” ke sistem mereka dan tak pernah mendengar program PRISM. Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, menyebut laporan wartawan mengenai PRISM sangat provokatif.

Tak ingin dianggap membual, The Guardian pun segera memublikasikan bocoran slide ke-8. Isinya memperjelas bahwa beberapa perusahaan teknologi tersebut, sekurangnya telah membuat langkah yang memudahkan badan intelijen AS mengakses informasi yang mereka inginkan. Perusahaan-perusahaan teknologi ini diminta secara hokum (oleh AS) untuk membagi informasi di bawa Undang-Undang Pengawasan Intelijen Asing (FISA). Permintaan itu dibuat lewat sidang FISA dan hampir tak satu pun dari sembilan penyedia layanan internet itu menolaknya. Padahal perusahaan tersebut tidak diwajibkan untuk memudahkan kerja NSA.

New York Times mengatakan perusahaan-perusahaan yang disebut dalam dokumen PRISM, dalam level tertentu, telah bekerja sama dengan otoritas AS. Twitter adalah perkecualian nyata dalam daftar, dan dilaporkan menolak untuk bekerja sama. Amazon, yang menawarkan layanan back office untuk sejumlah besar perusahaan web juga tak ada dalam daftar (http://www.republika.co.id/berita/trendtek/internet/13/06/12/mo9zbr-program-prism-nsa-pertaruhkan-kredibilitas-apple-google-dkk).

Kasus ini tentu saja menampar muka pemerintahan Presiden Barack Obama, baik di dalam negeri maupun internasional. The Guardian Selasa (11/6/13) melansir, para pejabat di Eropa meminta pertanggungjawaban langsung sekutu mereka ini. Politisi dan pejabat di Eropa mengecam AS. Mereka menyatakan, praktik pengumpulan informasi digital ini ilegal, tak bisa diterima, dan pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia. 

Anggota partai di AS terpecah antara yang mengecam Snowden dan meminta dia diekstradisi dari Hong Kong, dengan yang mempertanyakan praktik spionase negaranya ini yang dianggap sudah terlalu jauh. Kepala Komite Intelijen Nasional, Dianne Feinstein, mengatakan, apa yang dilakukan Snowden adalah pengkhianatan. Departemen Kehakiman mengatakan pengungkapan itu bernilai merusak segala hal, dan telah memerintahkan NSA meninjau kembali program itu. 

Di Eropa, Kanselir Jerman, Angela Merkel, berjanji akan menekan Obama pada pertemuan di Berlin pekan depan. Ia menyatakan perlindungan data pribadi meski bukan hal penting tapi adalah hak dasar setiap orang. Komisi Perlindungan Data Federal di Jerman, Peter Schaar, mengatakan kepada The Guardian, bahwa langkah AS tak bisa diterima. Apalagi jika melihat tingkat perlindungan warga Eropa lebih rendah dibandingkan dengan warga AS (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/12/mo8w03-terbongkarnya-aksi-amerika-serikat-merekam-dunia).

Sementara itu Gedung Putih berdalih, pengumpulan percakapan telepon itu penting untuk mencegah ancaman teroris. Seorang pejabat AS mengatakan, ini merupakan langkah kontraterorisme dan bertujuan mengetahui apakah para tersangka teroris melakukan kontak dengan pihak-pihak lain, terutama yang berada di dalam wilayah AS. Pernyataan ini merupakan tanggapan atas salah satu rahasia yang dibocorkan Snowden bahwa ada putusan pengadilan AS yang memerintahkan salah satu operator telepon terbesar di negara tersebut, Verizon, untuk menyerahkan informasi kepada NSA tentang semua data panggilan telepon pada sistemnya, baik domestik maupun internasional (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/07/mo14h5-as-sadap-internet-warga-asing).

Snowden, Pahlawan
Pengungkapan nama Snowden oleh The Guardian dalam beberapa menit saja telah menjadikannya pahlawan secara cepat. Sebuah petisi yang meminta agar Snowden mendapatkan pengampunan, telah diajukan ke website Gedung Putih. Hingga kini, sudah ada setidaknya 30 ribu yang menyetujuinya (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/12/mo96kd-as-investigasi-snowden). The Guardian lalu membandingkan dia dengan Bradley Manning, seorang prajurit AS, yang sekarang menghadapi peradilan karena membocorkan data rahasia ke Wikileaks.

belfasttelegraph.co.uk
Snowden, yang sempat bersembunyi di satu kamar hotel di Hong Kong, mengatakan, "NSA telah membangun infrastruktur yang mengizinkan untuk menyadap hampir segalanya. Jika saya ingin melihat surat elektronik Anda atau telepon istri Anda, apa yang saya lakukan adalah menyadap. Saya dapat surat elektronik Anda, kata sandi, catatan telepon, hingga kartu kredit."

Snowden mengatakan, demi memenangkan hati nuraninya, dia meninggalkan pacarnya di Hawaii tanpa memberitahu ke mana perginya. "Yang paling saya takutkan adalah mereka akan mendatangi keluarga saya, teman-teman saya, mitra saya. Siapa saja saya punya hubungan," katanya. "Saya harus siap menghadapi di sisa umur saya. Saya tidak bisa berkomunikasi dengan mereka. Mereka (penguasa) akan bertindak agresif terhadap siapa saja yang telah mengenal saya.”

Dia juga berbicara tentang keinginannya untuk tak hidup dalam kesenangan di Hawaii, tempat dia memperoleh penghasilan sekitar 200 ribu dolar AS setahun. "Saya ingin mengorbankan semua itu karena hati nurani saya mengatakan tak ingin pemerintah AS menghancurkan privasi, kebebasan internet dan kebebasan dasar bagi orang-orang di dunia dengan mesin pengawasan masif yang mereka bangun secara rahasia." (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/10/mo5in1-eks-karyawan-cia-bocorkan-program-rahasia-nsa-karena-hati-nurani).

Televisi Hong Kong, RTHK, mengabarkan, Snowden kini telah meninggalkan Hotel Mira pada Senin. Jurnalis The Guardian, Gleen Greenwald, yang mengaku telah berkomunikasi dengan Snowden, menolak menyebut keberadaannya. Dia juga tidak mengetahui tujuan Snowden ke depan. Namun kata dia, masih banyak data intelijen yang belum diungkap ke publik. Kaburnya Snowden ke Hong Kong akan menjadi ujian bagi hubungan Cina dengan AS. Hong Kong memang memiliki perjanjian ekstradisi dengan AS, namun pengamat mengatakan, akan butuh  berbulan-bulan untuk mengekstradisi Snowden karena Beijing mungkin akan menentangnya. Snowden pun sepertinya akan mencari suaka (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/12/mo96kd-as-investigasi-snowden).

Pendiri Wikileaks, Julian Assange, paham betul soal apa yang akan terjadi ketika rahasia negara bocor. Dia lantas menyarankan Snowden pergi ke Amerika Latin. "Amerika Latin menunjukkan dalam 10 tahun terakhir benar-benar mendorong ke penghormatan HAM. Ada tradisi panjang suaka politik di sana," ujarnya kepada CNN. Assange berbicara dari Kedutaan Besar Ekuador di London, di mana ia kini berlindung selama hampir setahun, khususnya setelah kasus dia memublikasikan rahasia yang dibocorkan Bradley Manning.

Assange pun memuji Snowden sebagai pahlawan. Dia menyebut rahasia yang diungkap Snowden sebagai "ancaman nyata terhadap demokrasi". Sementara itu dia menyebut The Guardian dan The Washington Post pengecut karena baru memublikasikan lima halaman (slide) dari sebanyak 36 halaman yang diberikan Snowden. Lewat akun Twitter-nya dia menulis, “Snowden menuntut seluruh 41 halaman dokumen tentang PRISM dipublikasikan, tapi WaPo dan Guardian tak memiliki keberanian untuk itu." (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/11/mo8d8e-julian-assange-puji-snowden-sebut-postguardian-penakut).

Sementara itu, investigator kontra-intelijen, terus mencari tahu bagaimana teknisi komputer perusahaan rekanan, Edward Snowden (29 tahun), dapat mengakes dokumen negara sangat rahasia. Sejumlah tuntutan kepada Snowden mulai disiapkan Departemen Kehakiman AS. Pejabat senior  intelijen AS, seperti dikutip Washington Post, Senin (10/6), menuturkan, tim penyidik sedang bekerja sama dengan NSA dan badan intelijen AS lainnya untuk mengusut informasi apa saja yang telah diakses Snowden dan bagaimana ia bisa membawa informasi itu keluar.
Salah satu hal yang mengherankan penyidik, bagaimana karyawan dari kantor rekanan NSA dapat mengopi data intelijen, seperti surat perintah dari Pengadilan Pengawasan Intelijen Asing (Fisa). Padahal, data itu sangat dijaga dari jangkauan pekerja, apalagi pegawai seperti Snowden. Mantan pejabat senior NSA mengatakan, hanya beberapa orang saja yang memiliki akses ke surat perintah pengadilan itu (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/12/mo96kd-as-investigasi-snowden).**


Tidak ada komentar:

Posting Komentar