“Kenali dirimu, kenali musuhmu, maka kita akan menang di semua pertempuran. “ Andai saja Tantowi Yahya mengatakan ilmu
strategi perang Sun Tzu tersebut sebagai alasannya pergi ke Israel, barangkali dia
akan lebih elegan menghadapi berbagai cibiran
dan kecaman sepulangnya ke tanah air. Sayangnya, dengan “polos” dia malah bilang bahwa Israel bukan musuh Islam, meskipun Tantowi
menolak interpretasi tersebut.
Tantowi Cs di Kantor Knesset (ROL) |
Seperti
ramai diberitakan Selasa lalu (11/6/13), anggota Komisi I DPR, Tantowi Yahya, diam-diam
bertemu dengan anggota Parlemen Israel, Knesset, di Tel Aviv, Israel. Kabar itu
terbongkar setelah media setempat, Israelhayom.com, Selasa (11/6),
mengumumkan pertemuan tersebut. Kunjungan dilakukan sepekan lalu. Padahal seperti
diketahui, Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik. Kebijakan
itu ditempuh Indonesia lantaran menghormati negara Palestina dan tidak mengakui
keberadaan Negara Zionis tersebut.
“Ini
mungkin pertama kalinya delegasi dari negara Asia Tenggara mengunjungi Israel
dan bertemu dengan anggota parlemen Israel,” demikian pernyataan yang dilansir
di Israelhayom. (http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/06/11/mo83li-diamdiam-tantowi-yahya-kunjungi-israel).
Delegasi dari Indonesia itu, tulis situs tersebut, dipimpin anggota
parlemen (Indonesia) Tantowi Yahya. “Indonesia adalah negara
berpenduduk Muslim terbesar dan tak punya hubungan diplomatik dengan
Israel," sebut Israelhayom (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/11/mo8aw6-tujuh-tokoh-indonesia-ke-israel-diundang-yahudi-australia-prozionis).
Bukti
kunjungan itu bisa didapatkan dari foto yang beredar dengan latar belakang
kantor anggota Knesset. Dalam foto tersebut, Tantowi Cs memasang tampang
semringah. Kunjungan politikus Partai Golkar itu difasilitasi organisasi
pro-Zionis Yahudi Australia, Australian-Jewish Association. Organisasi ini
selalu berusaha mempertahankan hubungan persahabatan dengan juru bicara Knesset
, Yuli Edelstein, dari Partai Likud, yang bertugas mengurusi diplomasi publik. Apakah
kunjungan Tantowi cs ini bentuk pengakuannya atas eksistensi Israel yang menginvasi
Palestina? (http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/06/11/mo83li-diamdiam-tantowi-yahya-kunjungi-israel).
Dalam
pesan singkat kepada Republika, Senin (11/6), Tantowi menyatakan, dia diundang
berkunjung ke Israel selama 4 hari. Tantowi mengungkapkan, ia dan lima orang
lainnya dari media, perguruan tinggi, dan lembaga think tank, diundang untuk dipertemukan dengan petinggi Israel. "Kami
bertemu parlemen, pemerintahan, kampus, dan media di sana," ujarnya. Tantowi
mengatakan, rombongan Indonesia diundang untuk mengetahui proses perdamaian
dengan Palestina yang sekarang sedang berlangsung.
Dari
dialog yang terjadi, Tantowi menyimpulkan, Israel belum berlaku adil terhadap
Palestina. "Mana ada perdamaian tanpa keadilan," katanya. Narasumber
dari Israel, ujar Tantowi, menyatakan bahwa mereka juga khawatir efek Arab Spring akan berlanjut
di Timur Tengah, seperti Yordania. "Acara selama 4 hari diisi dengan
seminar dan dialog," katanya (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/11/mo89cl-tantowi-saya-diundang-australianjewish-association).
Tantowi berdalih, kunjungan tersebut sebagai tambahan informasi baginya, serta
bagi Komisi I DPR yang sebelumnya telah melakukan kunjungan ke Palestina pada
2010 dan 2013 lalu (http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/06/11/mo8b5v-dpr-tak-tahu-kunjungan-tantowi-ke-israel).
“Saya
perlu mengetahui informasi dari pihak mereka sebagai tambahan dari informasi
yang saya terima dari pejabat Palestina ketika Komisi I berkunjung ke Palestina
thn 2010 dan 2013 lalu,” papar Tantowi. Dikatakan Tantowi, saat melakukan kunjungan
ke Israel itu, dia ditemani para pemimpin redaksi surat kabar nasional. “Saya
bersama dengan Wapemred Tempo, Kompas, Jakarta Post, ANTV, Dekan Fakultas politik
Universitas Paramadina, dan Eksekutif Director Habibie Centre,” ungkap Tantowi
(http://salam-online.com/2013/06/tantowi-puji-penjajah-israel-ada-agenda-apa.html).
Pengamat
Militer, Muhadjir Effendy, menilai, sebagai anggota DPR RI semestinya Tantowi menahan
diri untuk tidak melangkahi garis kebijakan luar negeri Indonesia. Apalagi,
kata Muhadjir, Tantowi duduk di komisi pertahanan yang membawahi kerja sama
militer antar-bangsa. Kecuali, dia sebagai warga negara bebas sekadar untuk
jalan-jalan atau akademisi dengan misi menjalankan keilmuannya. "Oleh
sebab itu, sebaiknya dia membuat pertanggungjawaban publik atas tindakannya
itu," kata rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini kepada Republika
di Jakarta, Rabu (12/6). (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/12/mo95dt-tantowi-harus-buat-pertanggungjawaban-atas-kunjungannya-ke-israel).
Marty Natalegawa pun Ditolak
Sementara
itu, Anggota Komisi IX DPR RI sekaligus politisi dari Fraksi Golkar, Poempida Hidayatulloh,
menyatakan, kepergian Tantowi ke Israel bukan mewakili Golkar. Sebagai partai, ujar
Poempida, Golkar tentu saja harus mengikuti ketentuan Indonesia yang tidak mau
mengakui Israel. "Paspor orang Indonesia itu tidak bisa masuk Israel,
tidak diterima di sana," katanya (http://www.republika.co.id/berita/nasional/politik/13/06/11/mo8ciy-golkar-tantowi-ke-israel-bukan-mewakili-partai).
Kekecewaan juga
dilontarkan Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (KISPA). Ketua KISPA,
Ferry Nur, menilai, anggota DPR tersebut telah memberikan contoh buruk terhadap
kepatuhan hukum di Indonesia. "Kita semua tahu Indonesia tak ada hubungan
diplomatik dengan Israel," ujarnya, Senin (11/6). Sebagai pejabat publik,
Ferry mengingatkan seharusnya anggota DPR bisa memberikan keteladanan yang baik
bagaimana hukum di Indonesia dipatuhi. Ferry juga meminta Badan Kehormatan (BK)
DPR mengusut anggota DPR yang melakukan kunjungan ke Israel. "Usut apa
motivasi di balik itu semua," ungkapnya.
Ferry mengaku
untuk masuk ke Israel bagi warga Indonesia tidak mudah. Dia menceritakan
bagaimana saat dia ditangkap pihak Israel kala ikut rombongan kapal kemanusiaan
Mavi Marmara. Khusus negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik, Israel
tidak memberikan cap ke paspor dan langsung mendeportasi. "Namun
sebelumnya kita diinterogasi terlebih dahulu," katanya (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/11/mo8a4g-kispa-sesalkan-kunjungan-tantowi-ke-israel).
Bahkan seorang
Marty Natalegawa pun ditolak masuk ke Ramallah, Palestina, karena Israel yang
menguasai otoritas wilayah tersebut. Waktu itu, Marty bersama menteri luar
negeri (menlu) dari 12 negara lain berencana berkunjung ke Ramallah, Ahad-Senin,
5-6 Agustus 2012. Marty dijadwalkan menghadiri pertemuan tingkat menteri
Gerakan Non Blok (GNB) tentang Palestina. Dari 13 negara, lima menlu termasuk
Marty, ditolak masuk. Alhasil, pertemuan GNB dibatalkan. Kelima menlu yang
ditolak masuk tersebut adalah yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan
Israel, yakni Indonesia, Malaysia, Bangladesh, Kuba, dan Aljazair ( http://www.republika.co.id/berita/internasional/palestina-israel/13/06/11/mo8558-tantowi-yahya-diterima-israel-menlu-marty-malah-ditolak).
Menanggapi hal
ini, Ketua Dewan Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly
Asshiddiqie, menyayangkan tindakan Tantowi. Apalagi kata Jimly, Tantowi
melontarkan pernyataan bahwa Israel bukan musuh Islam. ''Dia mungkin khilaf.
Minta maaf saja sudah cukuplah, sekaligus untuk pendidikan politik bahwa
seorang pejabat juga bisa khilaf,'' kata Jimly di Jakarta, Sabtu (15/6). Menurut
Jimly, Tantowi tampak seperti orang yang tidak pernah membaca sejarah politik
sehingga tidak mampu merasakan denyut perasaan dan gejolak sikap politik rakyat
Indonesia terhadap Israel.
Pada kesempatan terpisah,
Tantowi mengaku tidak pernah menyatakan Israel tidak memusuhi Islam.
Menurutnya, ia hanya menyatakan bahwa 30 persen penduduk Israel beragama Islam
dan Islam terwakili di parlemen. Dari 120 anggota parlemen, delapan di antaranya
representasi dari Islam (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/15/mofz8r-tantowi-yahya-disarankan-minta-maaf).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar