“PRISM diduga memiliki akses ‘pintu belakang’
ke sembilan perusahaan besar server
provider AS, yakni Microsoft, Yahoo, Google, Facebook, PalTalk, AOL, Skype,
YouTube, dan Apple”
Surat
kabar berpengaruh di Amerika Serikat, The Washington Post, kali ini mungkin tidak berniat kecolongan
oleh Wikileaks dalam kasus “pembocoran terbesar rahasia pemerintah dalam sejarah AS” yang dilakukan
Bradley Manning.
Kini, koran ini lagi-lagi “dipercaya” seorang pembocor rahasia, untuk
menyiarkan kepada dunia mengenai tindakan negara adi daya ini dalam “memata-matai” warga dunia. Kali ini, kasus
ini disebut-sebut sebagai “kecoboran keamanan nasional (AS) paling eksplosif”.
Edward Snowden (ROL) |
“Saya tak ingin
hidup di dunia dimana segala yang saya lakukan dan katakan bisa tercatat.'' Demikian
setidaknya salah satu alasan Edward J. Snowden (29), mantan pegawai CIA, yang pada
Juni ini menghentakkan dunia karena telah membocorkan rahasia keamanan Amerika Serikat
(AS) kepada dua media terkemuka, The
Washington Post, dan The Guardian.
Kepada dua media ini, Snowden mengungkapkan bagaimana AS memiliki program spionase
canggih yang mampu mengakses e-mail hingga merekam telepon. Langkah
intelijen AS itu, kata Snowden, telah melanggar hak privasi, khususnya warga AS
(http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/12/mo96kd-as-investigasi-snowden).
Akibatnya,
terungkaplah bahwa AS memiliki program operasi mata-mata internet yang dibesut
oleh National Security Agency (NSA) yang dinamakan PRISM. Program ini mampu
mengawasi dan menyadap arus lalu lintas data pribadi dan percakapan via
internet di AS dan dunia. Merasa negaranya sedang membangun infrastruktur kasat
mata yang tak bertanggung jawab, Snowden pun membocorkannya kepada kedua media
tersebut. Pria yang juga pernah bekerja pada salah satu kontraktor di NSA ini,
menyerahkan bocoran yang berisi rincian program PRISM itu dalam format Power
Point sebanyak 41 slide.
Berdasarkan slide tersebut, PRISM diduga memiliki
akses “pintu belakang” ke sembilan perusahaan besar server provider AS, yakni Microsoft, Yahoo, Google, Facebook,
PalTalk, AOL, Skype, YouTube, dan Apple. Dengan akses tersebut, PRISM bisa
mencegat lalu lintas data global yang melewati server itu untuk keperluan intelijen (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/12/mo8w03-terbongkarnya-aksi-amerika-serikat-merekam-dunia).
Twitter Menolak
Demi menjaga
kredibilitas, Apple, Facebook, dan Google, langsung mengeluarkan bantahan di
hari pertama laporan itu muncul di berita. Mereka mngatakantidak mengizinkan
pemerintah memiliki “akses langsung” ke sistem mereka dan tak pernah mendengar
program PRISM. Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, menyebut laporan wartawan
mengenai PRISM sangat provokatif.
Tak ingin
dianggap membual, The Guardian
pun segera memublikasikan bocoran slide ke-8. Isinya memperjelas bahwa beberapa
perusahaan teknologi tersebut, sekurangnya telah membuat langkah yang
memudahkan badan intelijen AS mengakses informasi yang mereka inginkan. Perusahaan-perusahaan
teknologi ini diminta secara hokum (oleh AS) untuk membagi informasi di bawa
Undang-Undang Pengawasan Intelijen Asing (FISA). Permintaan itu dibuat lewat
sidang FISA dan hampir tak satu pun dari sembilan penyedia layanan internet itu
menolaknya. Padahal perusahaan tersebut tidak diwajibkan untuk memudahkan kerja
NSA.
New York
Times mengatakan perusahaan-perusahaan yang disebut dalam dokumen PRISM,
dalam level tertentu, telah bekerja sama dengan otoritas AS. Twitter adalah
perkecualian nyata dalam daftar, dan dilaporkan menolak untuk bekerja sama.
Amazon, yang menawarkan layanan back office untuk sejumlah besar
perusahaan web juga tak ada dalam daftar (http://www.republika.co.id/berita/trendtek/internet/13/06/12/mo9zbr-program-prism-nsa-pertaruhkan-kredibilitas-apple-google-dkk).
Kasus ini tentu
saja menampar muka pemerintahan Presiden Barack Obama, baik di dalam negeri
maupun internasional. The Guardian Selasa
(11/6/13) melansir, para pejabat di Eropa meminta pertanggungjawaban langsung
sekutu mereka ini. Politisi dan pejabat di Eropa mengecam AS. Mereka menyatakan,
praktik pengumpulan informasi digital ini ilegal, tak bisa diterima, dan
pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia.
Anggota partai
di AS terpecah antara yang mengecam Snowden dan meminta dia diekstradisi dari
Hong Kong, dengan yang mempertanyakan praktik spionase negaranya ini yang
dianggap sudah terlalu jauh. Kepala Komite Intelijen Nasional, Dianne
Feinstein, mengatakan, apa yang dilakukan Snowden adalah pengkhianatan. Departemen
Kehakiman mengatakan pengungkapan itu bernilai merusak segala hal, dan telah
memerintahkan NSA meninjau kembali program itu.
Di Eropa,
Kanselir Jerman, Angela Merkel, berjanji akan menekan Obama pada pertemuan di
Berlin pekan depan. Ia menyatakan perlindungan data pribadi meski bukan hal
penting tapi adalah hak dasar setiap orang. Komisi Perlindungan Data Federal di
Jerman, Peter Schaar, mengatakan kepada The
Guardian, bahwa langkah AS tak bisa diterima. Apalagi jika melihat tingkat
perlindungan warga Eropa lebih rendah dibandingkan dengan warga AS (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/12/mo8w03-terbongkarnya-aksi-amerika-serikat-merekam-dunia).
Sementara itu
Gedung Putih berdalih, pengumpulan percakapan telepon itu penting untuk
mencegah ancaman teroris. Seorang pejabat AS mengatakan, ini merupakan langkah
kontraterorisme dan bertujuan mengetahui apakah para tersangka teroris
melakukan kontak dengan pihak-pihak lain, terutama yang berada di dalam wilayah
AS. Pernyataan ini merupakan tanggapan atas salah satu rahasia yang dibocorkan
Snowden bahwa ada putusan pengadilan AS yang memerintahkan salah satu operator
telepon terbesar di negara tersebut, Verizon, untuk menyerahkan informasi
kepada NSA tentang semua data panggilan telepon pada sistemnya, baik domestik
maupun internasional (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/07/mo14h5-as-sadap-internet-warga-asing).
Snowden, Pahlawan
Pengungkapan
nama Snowden oleh The Guardian dalam beberapa menit saja telah menjadikannya
pahlawan secara cepat. Sebuah petisi yang meminta agar Snowden mendapatkan
pengampunan, telah diajukan ke website Gedung Putih. Hingga kini,
sudah ada setidaknya 30 ribu yang menyetujuinya (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/12/mo96kd-as-investigasi-snowden).
The Guardian lalu membandingkan dia dengan Bradley Manning,
seorang prajurit AS, yang sekarang menghadapi peradilan karena membocorkan data
rahasia ke Wikileaks.
belfasttelegraph.co.uk |
Snowden, yang sempat
bersembunyi di satu kamar hotel di Hong Kong, mengatakan, "NSA telah
membangun infrastruktur yang mengizinkan untuk menyadap hampir segalanya. Jika
saya ingin melihat surat elektronik Anda atau telepon istri Anda, apa yang saya
lakukan adalah menyadap. Saya dapat surat elektronik Anda, kata sandi, catatan
telepon, hingga kartu kredit."
Snowden mengatakan,
demi memenangkan hati nuraninya, dia meninggalkan pacarnya di Hawaii tanpa
memberitahu ke mana perginya. "Yang paling saya takutkan adalah mereka
akan mendatangi keluarga saya, teman-teman saya, mitra saya. Siapa saja saya
punya hubungan," katanya. "Saya harus siap menghadapi di sisa umur
saya. Saya tidak bisa berkomunikasi dengan mereka. Mereka (penguasa) akan
bertindak agresif terhadap siapa saja yang telah mengenal saya.”
Dia juga berbicara
tentang keinginannya untuk tak hidup dalam kesenangan di Hawaii, tempat dia
memperoleh penghasilan sekitar 200 ribu dolar AS setahun. "Saya ingin
mengorbankan semua itu karena hati nurani saya mengatakan tak ingin pemerintah
AS menghancurkan privasi, kebebasan internet dan kebebasan dasar bagi
orang-orang di dunia dengan mesin pengawasan masif yang mereka bangun secara
rahasia." (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/10/mo5in1-eks-karyawan-cia-bocorkan-program-rahasia-nsa-karena-hati-nurani).
Televisi Hong
Kong, RTHK, mengabarkan, Snowden kini telah meninggalkan Hotel Mira
pada Senin. Jurnalis The Guardian, Gleen Greenwald, yang mengaku telah
berkomunikasi dengan Snowden, menolak menyebut keberadaannya. Dia juga tidak
mengetahui tujuan Snowden ke depan. Namun kata dia, masih banyak data intelijen
yang belum diungkap ke publik. Kaburnya Snowden ke Hong Kong akan menjadi ujian
bagi hubungan Cina dengan AS. Hong Kong memang memiliki perjanjian ekstradisi
dengan AS, namun pengamat mengatakan, akan butuh berbulan-bulan untuk mengekstradisi Snowden
karena Beijing mungkin akan menentangnya. Snowden pun sepertinya akan mencari
suaka (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/12/mo96kd-as-investigasi-snowden).
Pendiri
Wikileaks, Julian Assange, paham betul soal apa yang akan terjadi ketika
rahasia negara bocor. Dia lantas menyarankan Snowden pergi ke Amerika Latin.
"Amerika Latin menunjukkan dalam 10 tahun terakhir benar-benar mendorong
ke penghormatan HAM. Ada tradisi panjang suaka politik di sana," ujarnya
kepada CNN. Assange berbicara dari Kedutaan
Besar Ekuador di London, di mana ia kini berlindung selama hampir setahun,
khususnya setelah kasus dia memublikasikan rahasia yang dibocorkan Bradley
Manning.
Assange pun
memuji Snowden sebagai pahlawan. Dia menyebut rahasia yang diungkap Snowden
sebagai "ancaman nyata terhadap demokrasi". Sementara itu dia
menyebut The Guardian dan The Washington Post pengecut karena baru
memublikasikan lima halaman (slide) dari sebanyak 36 halaman yang diberikan Snowden. Lewat akun Twitter-nya dia
menulis, “Snowden menuntut seluruh 41 halaman dokumen tentang PRISM
dipublikasikan, tapi WaPo dan Guardian tak memiliki keberanian untuk
itu." (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/06/11/mo8d8e-julian-assange-puji-snowden-sebut-postguardian-penakut).
Sementara itu, investigator
kontra-intelijen, terus mencari tahu bagaimana teknisi komputer perusahaan
rekanan, Edward Snowden (29 tahun), dapat mengakes dokumen negara sangat
rahasia. Sejumlah tuntutan kepada Snowden mulai disiapkan Departemen Kehakiman
AS. Pejabat senior intelijen AS, seperti dikutip Washington Post,
Senin (10/6), menuturkan, tim penyidik sedang bekerja sama dengan NSA dan badan
intelijen AS lainnya untuk mengusut informasi apa saja yang telah diakses
Snowden dan bagaimana ia bisa membawa informasi itu keluar.
Salah satu hal yang mengherankan penyidik, bagaimana karyawan dari kantor rekanan NSA dapat mengopi data intelijen, seperti surat perintah dari Pengadilan Pengawasan Intelijen Asing (Fisa). Padahal, data itu sangat dijaga dari jangkauan pekerja, apalagi pegawai seperti Snowden. Mantan pejabat senior NSA mengatakan, hanya beberapa orang saja yang memiliki akses ke surat perintah pengadilan itu (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/12/mo96kd-as-investigasi-snowden).**
Salah satu hal yang mengherankan penyidik, bagaimana karyawan dari kantor rekanan NSA dapat mengopi data intelijen, seperti surat perintah dari Pengadilan Pengawasan Intelijen Asing (Fisa). Padahal, data itu sangat dijaga dari jangkauan pekerja, apalagi pegawai seperti Snowden. Mantan pejabat senior NSA mengatakan, hanya beberapa orang saja yang memiliki akses ke surat perintah pengadilan itu (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/06/12/mo96kd-as-investigasi-snowden).**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar