5/25/2013

Virus Novel Corona Diduga Bisa Menular Antarmanusia



“Margaret Chan: WHO yang beranggotakan 194 negara agar berbagi virus dan spesimen dengan WHO, tidak secara bilateral”

Arab Saudi mengumumkan kasus kematian ke-17 akibat infeksi virus novel corona (novel Corona virus/nCov) di kawasan tengah al-Qassim. Padahal Awal April lalu, baru lima orang yang dilaporkan meninggal akibat virus ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun merilis informasi baru bahwa nCov tampaknya dapat menular antarmanusia.

Virus Novel Corona
Seperti dikutip dari Reuters, Kementerian Kesehatan Saudi melaporkan, seorang warga non-Saudi yang umurnya tidak dijelaskan, meninggal pada Selasa (21/5/13). Pria tersebut dilaporkan sudah dirawat di rumah sakit di al-Qassim beberapa hari lalu dengan gejala sakit pernapasan akut. "Sebagian besar kasus sejauh ini dilaporkan terjadi pada orang tua dan orang dengan komplikasi penyakit kronis," ungkap Kementerian Kedehatan Arab Saudi di laman resminya.

Juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organisation/WHO), Glenn Thomas, mengonfirmasikan, pihaknya sudah diberi informasi mengenai kematian terbaru akibat penyakit yang oleh WHO akan dinamai Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS) ini. "Kasus terakhir ini terjadi di kawasan berbeda dan nampaknya tidak terkait dengan wabah terakhir serta kluster di kawasan timur negara ini," kata Glenn, di Jenewa.

Berdasarkan data WHO, sebanyak 18 orang dinyatakan meninggal akibat virus ini sejak gejala penyakit yang ditimbulkannya terdeteksi tahun lalu, termasuk pada seorang warga Inggris yang baru tiba dari Saudi.  Virus yang bisa menyebabkan batuk, demam, dan pneumonia ini, berasal dari keluarga yang sama dengan virus SARS (severe acute respiratory syndrome/sindrom saluran pernapasan akut dan parah), yang pernah menewaskan 775 orang di seluruh dunia pada 2003. Menurut WHO, kasus infeksi nCov tercatat 44 kasus, 22 diantaranya berakibat fatal. Dari jumlah tersebut 33 di antaranya terjadi di Arab Saudi.  

 WHO juga merilis informasi baru yang mengatakan bahwa virus baru tersebut tampaknya bisa menular antar-manusia, namun setelah melalui kontak yang lama dan cukup dekat  (http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/13/05/24/mna3tr-arab-saudi-laporkan-kematian-baru-akibat-virus-corona). Pernyataan ini diungkapkan setelah menteri kesehatan Prancis mengonfirmasi pria kedua yang terserang virus dengan kemungkinan penyebaran antar manusia. “Kelompok berbeda di beberapa negara semakin mendukung hipotesis, ketika mereka melakukan kontak erat, virus ini dapat menular dari manusia ke manusia," bunyi pernyataan WHO, seperti dilansir BBC (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/13/mmq6qc-who-virus-corona-baru-dapat-menular-antarmanusia).

Ancaman penularan nCov antarmanusia ini diperkuat kejadian yang menimpa dua pekerja medis di rumah sakit (RS) di Arab Saudi. Dua pekerja medis ini didiagnosis terinfeksi nCov dari pasien. Ini juga menjadi bukti pertama adanya penularan virus di rumah sakit (RS).  "Ini merupakan yang pertama terjadi dimana petugas kesehatan didiagnosis dengan infeksi virus novel corona setelah dekat dengan pasien," begitu laporan WHO, seperti dilansir Al-Arabiya, Kamis (16/5). 

Dua pekerja kesehatan tersebut termasuk ke dalam enam kasus yang diumumkan menteri kesehatan Saudi, Selasa lalu (14/5/13). Lembaga PBB tersebut mengatakan pekerja kesehatan lainnya juga terinfeksi penyakit mematikan tersebut di Yordania. Namun, sampai saat ini belum jelas apakah mereka tertular dari pasien. "Ini pertama kalinya kami memiliki bukti yang kuat dan cepat," kata juru bicara WHO lainnya, Gregory Hartl. 

Organisasi tersebut juga memperingatkan adanya pembatasan perjalanan dan pemeriksaan khusus untuk membatasi penyebaran virus. Sejak akhir September 2012 lalu, WHO menyatakan ada 40 kasus virus tersebut di seluruh dunia dengan korban tewas mencapai 20 orang. Kasus paling mematikan terjadi di Arab Saudi sebagai negara tempat pertama virus ini ditemukan, dengan 30 kasus infeksi, setengah diantaranya merupakan kasus fatal.

Infeksi lainnya dilaporkan di Yordania, Qatar, hingga Jerman, Inggris, dan Prancis (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/16/mmvldy-pasien-tularkan-virus-corona-ke-perawat). "Semua kasus di Eropa secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan Timur Tengah, termasuk dua kasus baru-baru ini yang memiliki rekaman perjalanan dari Uni Emirat Arab," ujar Hartl. 

Begitupun dengan kasus penyebaran pertama nCov hingga Afrika, diduga terjadi pada seorang pria Tunisia yang baru pulang dari Arab Saudi. Pria berusia 66 tahun yang memiliki masalah diabetes tersebut, dilaporkan mengeluh sulit bernapas sejak kembali dari Arab Saudi. Dia kemudian meninggal di rumah sakit kota Monastir. Dua anaknya juga terinfeksi virus tersebut namun telah mendapat pengobatan. “Kasus di Tunisia ini tidak mengubah cara kita mengurangi risiko, tapi itu memperlihatkan virus masih terus menyebar," kata Hartl seperti dilansir BBC (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/22/mn6d49-kasus-coronavirus-di-afrika-pertama-ditemukan).

Sementara itu, adanya dugaan kemandekan dalam diagnosis nCov membuat WHO mendesak negara-negara dengan kasus nCov membagi informasinya. Pernyataan itu dikeluarkan setelah Arab Saudi mengatakan pengembangan tes diagnostik tertunda karena hak paten virus nCov ada di laboratorium komersial. 

Wakil Menteri Kesehatan Saudi, Ziad Memish, mengatakan kekhawatirannya di Majelis Kesehatan Dunia di Jenewa. "Kami masih berjuang dengan diagnostik, dan mendengar alasan bahwa virus telah dipatenkan oleh para ilmuwan sehingga tidak boleh digunakan untuk investigasi ilmuwan lain," katanya seperti dilansir BBC, Jumat (24/5). Dia menilai penundaan prosedur diagnostik tersebut terjadi karena adanya upaya pematenan virus. 

Kepala WHO, Margaret Chan menyatakan kecewa pada informasi tersebut. "Setiap penyakit baru penuh ketidakpastian," ujarnya. Dia mendesak WHO yang beranggotakan 194 negara berbagi virus dan spesimen dengan WHO, tidak secara bilateral. Saya akan menindaklanjuti ini. Saya akan mencari implikasi hukum bersama dengan Arab Saudi. “Tidak ada istilah ‘kekayaan intelektual seperti kemauanmu’, kalau ini demi menyelamatkan warganya,” ujar Chan (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/24/mnamt4-garagara-hak-paten-diagnosis-coronavirus-telat).**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar