5/29/2013

Nocebo: Ketika Info Kesehatan Malah Bikin Tak Sehat


Pernahkan anda merasakan gejala tidak merasa sehat justru ketika menyimak informasi dari media mengenai hal-hal yang membahayakan kesehatan tubuh? Satu studi di Jerman mengungkapkan, alih-alih bersiap menghindarkan diri dari gangguan kesehatan seperti yang disajikan media, justru malah tersugesti mengembangkan gejala gangguan kesehatan yang diinformasikan itu.

Nocebo dan Placebo (wikipedia)
Studi ini menunjukkan, bagaimana antisipasi yang berlebihan terhadap kemungkinan cedera/sakit akibat meyimak laporan yang tersaji di media, misalnya mengenai zat tertentu yang membahayakan kesehatan, dapat memicu atau memperkuat  efek “nocebo”. “Ini adalah kebalikan dari efek analgesik (placebo)," kata salah seorang peneliti, Dr Michael Witthyft, dari Universitas Johannes Gutenberg, Jerman, seperti dilansir Daily Mail.

Para peneliti dalam studi tersebut menyebutkan hal ini sebagai gejala hipersensitivitas elektromagnetik. Witthyft mengatakan, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa hipersensitivitas elektromagnetik ini bisa jadi disebabkan oleh apa yang disebut sebagai efek “nocebo”.  Misalnya, orang yang sensitif terhadap medan elektromagnetik mengaku mengalami gejala seperti sakit kepala, pusing, terbakar atau kesemutan pada kulit mereka, setelah mereka  menonton atau membaca laporan tentang suatu zat yang berbahaya bagi tubuh manusia  (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/13/05/28/mnhkbp-membaca-artikel-tentang-penyakit-bisa-picu-gejala-serupa).

Dalam dunia kedokteran, efek nocebo adalah suatu keadaan ketika substansi yang sebenarnya tak menyebabkan rasa sakit, membuat seseorang mengalami rasa sakit akibat kepercayaan atau persepsi mengenai suatu hal.  Ini merupakan kebalikan dari efek placebo, yakni suatu keadaan ketika substansi yang sebenarnya tak berpengaruh apa-apa membuat orang merasa lebih baik. Baik efek nocebo maupun placebo sepenuhnya bersifat psikogenik. Keduanya tidak diakibatkan oleh senyawa yang aktif secara biologis, tetapi merupakan dampak dari kepercayaan seseorang akan pengaruh suatu substansi terhadap dirinya (http://id.wikipedia.org/wiki/Nocebo).

Nocebo ataupun placebo, sesungguhnya suatu gejala yang bisa dijelaskan secara sederhana. Situs www.terapinyeri.com menyebutkan, nocebo sering disebut pula sebagai negatif placebo. Boleh  jadi efek nocebo ini adalah sesuatu yang antara sadar dan tidak, sering dihindari orang; yakni yang membuat orang pada umumnya segan memeriksakan diri ke dokter.

Misalnya saja, seseorang yang semula sehat-sehat saja sebelum bertemu dokter, saat kembali dia menjadi depresi. Rupanya si dokter mendiagnosis dia terkena satu penyakit berat. Maka berkembanglah pikiran negatif, yang membuat semua organ, kelenjar, dan sistem tubuh, bekerja sama mewujudkan kondisi sakit tersebut. Inilah buruknya nocebo. Sebaliknya, pikiran positif bahwa sesuatu akan menyembuhkan, membuat semua organ, kelenjar, dan sistem tubuh kita, bekerja sama mewujudkan kondisi sembuh tersebut. Inilah indahnya placebo. Intinya, pikiran adalah pemimipin tubuh kita. Apa yang kita pikirkan akan selalu diikuti oleh sistem tubuh kita (http://www.terapinyeri.com/2011/09/placebo-dan-nocebo-bukti-hubungan.html).

Menurut penelitian Dr. Doris K. Cope, ahli rasa sakit dari University of Pittsburgh Medical Center, bila kamu diberitahu sesuatu akan terasa sakit, tanpa sadar terbayang rasa sakit itu terlebih dahulu. Kalau imajinasi kita tentang sakit sudah berlebihan, tubuh akan menciptakan gejala nyata terhadap rasa itu. Inilah yang disebut efek “nocebo” (http://pernikilmu.com/2008/04/imajinasi-berlebihan-menyebabkan-efek-%E2%80%9Cnocebo%E2%80%9D-2/).

Dokter spesialis saraf, Yuda Turana, seperti dilansir situs Mediaholistik, mengungkapkan satu penelitian 10 tahun lalu yang menunjukkan besarnya pengaruh psikis terhadap fisik. Penelitian itu menyebutkan, wanita yang percaya mempunyai bakat sakit jantung, mempunyai kemungkinan kematian 4 kali lebih besar dibandingkan wanita lain yang mempunyai faktor risiko yang sama. Jadinya risiko kematian karena serangan jantung bukan karena semata-mata tekanan darah, kolesterol, kelebihan berat badan, namun lebih pada faktor pikiran. Berpikir sakit, maka akan sakit!

Namun efek nocebo paling dramatis menurut staf pengajar neurologi di Kedokteran Universitas Atma Jaya ini, adalah kematian karena “voodoo”. Dikatakan Yuda, perkataan yang mengutuk dapat dikategorikan seperti voodoo. Yuda menceritakan tentang seorang pasien remaja yang tidak mempunyai semangat hidup dan tidak ada motivasi apapun. Saat ditelusuri, ternyata suatu saat lalu ibunya pernah marah besar dan mengeluarkan kata-kata: anak yang tidak berguna! “Kata -kata tersebut rupanya masuk ke dalam pikiran anak tersebut dan sangat memengaruhi perilakunya.”

Yuda juga mengungkapkan hasil penelitian penggunaan aspirin sebagai pengencer darah untuk pencegahan serangan jantung. Namun penelitian akhirnya lebih banyak terfokus bukan pada peyakit jantung, namun pada pengaruh psikis. Pada penelitian itu, pasien-pasien yang diberitahu bahwa aspirin dapat menimbulkan gangguan lambung, ternyata 3 kali lebih banyak menderita gangguan lambung dibandingkan yang tidak diberi tahu. “Otak kita tersusun dari begitu banyak zat kimia otak, dan akan membuat fisik kita terkondisi sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Kita adalah apa yang kita pikirkan,” sebut Yuda.

Yuda menuliskan kasus nocebo lainnya yang “lucu”. Suatu saat, seorang pembantu rumah tangga (PRT) kebingungan melihat sang nyonya pingsan setelah melihat sms warna merah. Sang PRT sempat juga melihat sms warna merah tersebut, dan kebingungan mengapa sms merah saja bisa membuat nyonyanya pingsan. Sang PRT rupanya tidak tahu bahwa majikannya itu sebelumnya mendapatkan informasi tentang teror sms “radiasi merah” (http://www.medikaholistik.com/medika.html?xmodule=document_detail&xid=198&ts=1369757929&qs=health).**


Tidak ada komentar:

Posting Komentar