5/26/2013

Mualaf Bunuh Tentara Inggris, Komunitas Muslim Terancam



Sentimen anti-Islam akibat peristiwa Bom Boston, belum lagi reda. Namun umat Islam yang menjadi minoritas di negara-negara Barat, kembali harus menelan lagi pil pahit akibat aksi pembunuhan yang dilakukan seorang pria Muslim mualaf  di Inggris. Pria itu terang-terangan membunuh seorang tentara Inggris yang sedang bertugas di jalanan Woolwich, London, Rabu siang (22/5/13). Dia tidak sungkan direkam kamera seseorang yang lewat di jalan tersebut, bahkan menyebutkan motif pembunuhannya di depan kamera.

bunga duka cita di lokasi kejadian
Sebelum namanya diumumkan oleh pihak berwenang sebagai Michael Adebolajo, rekaman video aksi pembunuhannya itu beredar luas di televisi di seluruh dunia. Dalam video yang didapat  ITV News itu, seperti dilansir BBC, Adebolajo yang mengenakan topi hitam mengatakan, “Selama pasukan Inggris berada di negara-negara Muslim, kalian tidak akan pernah aman.”

Di dalam rekaman tersebut, tubuh korban yang kemudian diketahui bernama Drummer Lee Rigby (25),  tampak tergeletak di jalan. Sementara si penyerang berbicara ke kamera dengan aksen London. Tangannya berlumuran darah dan memegang pisau. Sebelum polisi tiba di lokasi kejadian, seorang warga yang melintas di jalan, yang kemudian diidentifikasi bernama Ingrid Loya-Kennet, tampak mengajak bicara Adebolajo. Kennet bertanya, apakah dia yang melakukan pembunuhan itu. Pria itu menjawab “ya”, dan mengatakan dia membunuh karena korban membunuh orang Muslim di negara Muslim. 

Dari sumber yang terkumpul, diketahui bahwa Adebolajo keluar dari universitas pada 2001. Dia  digambarkan sebagai orang yang cerdas, berasal dari keluarga Kristen yang taat tapi masuk Islam setelah kuliah. Mantan pemimpin kelompok Islam Al Muhajirun, Anjem Choudary, mengatakan, dia kenal salah satu dari dua pelaku tersebut. Choudary mengatakan, pria tersebut seorang Nigeria kelahiran Inggris (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/23/mn9ag6-identitas-terduga-pembunuh-tentara-di-jalanan-london).

Saat beraksi, Adebolajo tidak sendirian, dia ditemani seorang pria bernama Michael Adebowale. Ketika polisi bersenjata tiba di lokasi, mereka menembak kedua pelaku. Kini keduanya masih dirawat di rumah sakit. Adebolajo dan Adebowale diduga sudah mengenal Rigby sebelum membunuhnya (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/25/mncc8t-keluarga-tentara-lee-korban-pembunuhan-ia-lelaki-penyayang-keluarga).

Sementara itu pada Jumat (24/5/13), keluarga Drummer Lee Rigby melakukan konferensi pers untuk memberikan penghormatan terakhir kepadanya. Konferensi pers berlangsung dengan diiringi tangis anggota keluarga Rigby. Istri Rigby, Rebecca, mengatakan, dia menyadari bahaya yang menyertai suaminya sebagai tentara yang bekerja melayani negara. Rigby misalnya pernah bertugas di wilayah konflik termasuk Afghanistan. ''Kami tak menyangka kejadian ini terjadi di Inggris, tempat yang kami rasa aman,'' ujarnya.  Ibu satu anak ini mengatakan, Rigby adalah laki-laki yang sayang pada keluarga, terlebih pada anaknya, Jack
(
http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/25/mncc8t-keluarga-tentara-lee-korban-pembunuhan-ia-lelaki-penyayang-keluarga).

Beberapa jam setelah kabar aksi pembunuhan Rigby tersebar di media, puluhan pendukung Liga Pertahanan Inggris turun ke jalanan Woolwich. Mereka terlibat bentrokan dengan polisi selama kurang dari satu jam: melemparkan botol ke arah polisi dan meneriakkan slogan-slogan anti-Islam. "Mereka memotong kepala tentara kita. Ini adalah Islam. Itulah yang kita lihat hari ini," ujar pemimpin kelompok tersebut, Tommy Robinson, dilansir The Guardian.

Rencana protes yang juga beredar di media sosial, membuat ratusan warga London ikut turun ke dekat stasiun Woolwich, Arsenal. Mereka membawa bendera dan salib. Ratusan polisi termasuk polisi anti huru hara ditempatkan di sekitar Woolwich. Di tempat lain, dua orang ditangkap gara-gara menyerang mesjid. Seorang pria 43 tahun dijebloskan ke dalam tahanan atas dugaan percobaan pembakaran mesjid. Dia dilaporkan berjalan ke mesjid di kawasan Braintree, Essex, sambil membawa pisau.

Sekretaris Mesjid, Sikander Saleemy, mengatakan, ini merupakan serangan balas dendam. "Kami benar-benar mengutuk apa yang terjadi di Woolwich, tapi itu tidak ada hubungannya dengan kami," ujar Saleemy. Sementara itu, polisi di Kent melaporkan kerusakan pada sebuah mesjid di Canterbury Street, Gilingham. Juru bicara kepolisian mengatakan, seorang pria telah ditahan karena dicurigai melakukan perusakan bermotif rasial (http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/13/05/23/mn9a6p-tentara-dibunuh-di-london-sentimen-antiislam-menguat).

Menanggapi situasi ini, Muslim Inggris tidak tinggal diam. Mereka coba meredakan situasi dengan menggelar kampanye via media sosial. "Perlu kami tegaskan di sini, serangan Woolwich tidak ada hubungannya dengan Islam. Semuanya (sekadar) dilakukan atas nama Islam," tulis Imran Khan, salah seorang aktivis yang ambil bagian dalam kampanye tersebut, seperti dikutip The Indenpendent, Jumat (24/5/13). "Saya telah meminta maaf terhadap hal yang tidak kami lakukan. Dapat saya pastikan di sini, serangan itu tidak ada hubungannya dengan Islam," kata Nader, aktivis lainnya.

Sementara itu, Dewan Muslim Inggris (MCB), mengutuk serangan itu dan memastikan hal itu bertentangan dengan ajaran Islam. "Tindakan itu benar-benar barbar. Kami turut berduka untuk keluarga korban," kata MCB. Masyarakat Islam Inggris (ISB) dalam pernyataan resminya mengatakan, tidak dibenarkan membunuh atas nama iman dan agama. "Teroris tidak akan pernah menang," ungkap Mohammed Shafiq dari Yayasan Ramadhan. (http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/13/05/24/mnawb3-muslim-inggris-gunakan-media-sosial-redam-sentimen-antiislam).

Tak pelak, kasus pembunuhan tentara Inggris oleh orang yang mengatasnamakan Islam ini membuat sentiment anti Islam semakin mengkhawatirkan di Inggris, seperti halnya di negara-negara Barat lainnya. Sepanjang 2010 lalu, data kepolisian Inggris menunjukkan, terjadi sebanyak 1.200 serangan anti-Muslim. Kasus anti Muslim terakhir yang paling mengejutkan adalah kasus pembunuhan Mohammed Saleem, sesepuh Muslim di Birmingham. Kesimpulan sementara kepolisian menyebutkan, Saleem telah menjadi korban serangan rasis.

Inspektur Polisi Mark Payne seperti dikutip Daily Telegraph, Jumat (3/5/13), mengatakan, Saleem dibunuh dengan cara ditusuk tiga kali. Penususkan ini terekam kamera CCTV. Dalam CCTV itu, seorang pria kulit putih, berusia 25-32 tahun, memiliki tinggi lima kaki dan berambut cokelat, terlihat mengikuti korban. Wajahnya tidak diketahui karena mengenakan topi. Korban tampak tidak membela diri ketika diserang. “Dari temuan yang ada, pelaku telah mengamati korban. Pertanyaannya, apa motif di balik itu. Korban menurut keterangan tidak pernah membawa uang," kata Payne.

Semasa hidupnya, Saleem merupakan pribadi yang hangat. Tak ada satu pun warga Green Lane yang menyangka ia menjadi korban pembunuhan. Ketika ditemui, keluarga korban masih terlihat emosional. Putri korban, Shazia Khan mengatakan tak menduga ayahnya menjadi korban pembunuhan  (http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/13/05/03/mm84kc-diduga-korban-rasisme-sesepuh-muslim-birmingham-dibunuh).

Bereaksi atas Islamophobia di Inggris, 12 Mei lalu, Mesjid London sampai merasa perlu menggelar open house dan mempersilakan siapa saja, termasuk non-Muslim untuk berkunjung. Imam mesjid, Mahmoud Haddara, mengatakan, acara open house ini diharapkan dapat memberi pemahaman bahwa Mesjid Muslim London terpisah dari terorisme yang mengatasnamakan Islam dan bentuk-bentuk teror lain.

"Apa pun yang terjadi itu bukan persoalan agama. Itu adalah tanggung jawab individu yang melakukan kejahatan tersebut," ujar Haddara. Pandangan itu mendapat persetujuan dari sebagian pemeluk keyakinan lain. "Islam adalah agama damai. Saat ini sangat memungkinkan untuk mengambil sedikit dan selembar Alquran lalu mendistorsikan dan membuatnya selip. Hal serupa bisa dilakukan pula terhadap Injil," ujar Garry Milley, seorang jemaat dari Gereja Oaks, London (http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/13/05/13/mmqk00-tangkis-islamofobia-masjid-london-undang-nonmuslim-berkunjung).**


Tidak ada komentar:

Posting Komentar