5/14/2013

Takut Mati Muda seperti Ibunya, Jolie Lakukan Mastektomi



“Kini risikonya terkena kanker payudara turun drastis dari 87% menjadi di bawah 5%”

Aktris Hollywood, Angelina Jolie (37), mengungkapkan bahwa dia baru saja menjalani mastektomi ganda untuk mengurangi risiko kanker payudara. Ia berharap kisahnya akan menginspirasi wanita lain untuk memerangi penyakti yang mengancam jiwa tersebut. Sementara itu dari Indonesia dikabarkan, presenter dan artis Nira Stania, meninggal dunia Minggu (13/5) akibat kanker payudara yang dideritanya sejak dua tahun lalu.

Jolie dan pacarnya
Kisah praktik mastektomi ganda yang dilakukan Jolie, dituliskannya di New York Times, Kamis pekan lalu. Dia menuturkan, operasi yang ia jalani membuatnya lebih mudah meyakinkan keenam anaknya bahwa ia memiliki risiko mati muda akibat kanker payudara, seperti yang dialami ibunya. "Kami sering berbicara mengenai 'Ibunya ibu', dan saya seringkali kesulitan menerangkan penyakit yang menyebabkan kematiannya sehingga terpisah dari kami semua. Mereka (anak-anak) bertanya apakah hal yang sama bisa terjadi padaku," tulis Jolie.

"Saya selalu berkata kepada mereka untuk tidak cemas, namun kenyataan sesungguhnya saya membawa 'gen tersebut'." Aktris peraih Oscar ini ini mengungkapkan,  dokternya memperkirakan ia memiliki 87 persen risiko kanker payudara dan 50 persen kanker indung telur  (ovarium). Maka dengan alasan meminimalkan risiko, Jolie melakukan pencegahan dengan melakukan masektomi ganda.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker payudara  telah menyebabkan kematian sejumlah 458.000 orang per tahun. Diperkirakan satu dari 300 orang hingga satu setiap 500 orang membawa mutasi gen BRCA1—gen yang juga dimiliki Jolie— atau BRCA 2 yang berpotensi berkembang menjadi kanker (http://www.republika.co.id/berita/senggang/sosok/13/05/14/mmsfza-angelina-jolie-akui-baru-jalani-mastektomi-ganda).

Dalam artikel yang diberi judul “Pilihan Medis Saya” itu, Jolie mengatakan ibunya berjuang melawan kanker payudara selama hampir 10 tahun hingga akhirnya meninggal pada usia 56. Proses operasi yang dilakukan Jolie dimulai sejak Februari tahun ini dan berakhir pada bulan April. Kini risikonya terkena kanker payudara turun drastis dari 87% menjadi di bawah 5%.

Dalam tulisannya, ia memuji kekasihnya, Brad Pitt, atas dukungan dan cinta yang diberikan selama prosedur mastektomi. "Saya merasa begitu berdaya setelah mengambil keputusan besar ini tanpa mengurangi femininitas saya," ujarnya. "Kepada setiap wanita yang membaca, saya harap ini akan membantu Anda dalam menetukan pilihan," tambah Jolie yang dikaruniai tiga anak kandung dan tiga anak angkat bersama Brad Pitt (http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/05/130514_hiburan_jolie_masektomi.shtml).

Mastektomi adalah istilah untuk upaya operasi pengangkatan payudara. Ada beberapa jenis mastektomi: mastektomi segmental adalah melakukan pengangkatan benjolan dan sejumlah kecil (sebagian) jaringan payudara di sekitarnya;  mastektomi sederhana (atau dimodifikasi) adalah mengangkat seluruh payudara; dan  mastektomi radikal, yaitu mengangkat seluruh payudara bersama dengan otot yang mendasari dan kelenjar getah bening ketiak (http://kamuskesehatan.com/arti/mastektomi/).

Mastektomi boleh dibilang merupakan salah satu jenis “perawatan” medis modern yang sangat dianjurkan untuk pasien dengan tumor yang sudah besar (sebelum menjadi ganas, Red). Kebanyakan wanita yang memilih mastektomi karena tidak mau melakukan kemoterapi, terapi radiasi, dan lumpektomi. Beberapa wanita memilih mastektomi karena mereka sangat takut akan terulangnya keganasan pada payudara mereka. Karena itu, dengan mengangkat seluruh payudaranya mereka merasa lebih nyaman, seperti halnya Jolie yang mengaku merasa begitu berdaya setelah mengambil keputusan besar itu.

Studi membuktikan bahwa 83% perempuan yang menjalani mastektomi merasa puas dengan hasil keputusan mereka. Namun meskipun ini kabar baik, pasien harus cukup memahami informasi tentang risiko setelah menjalani mastektomi, yakni risiko mati rasa, kesemutan, dan meningkatnya sensitivitas kulit. Beberapa wanita melaporkan rasa gatal, sakit, dan sensasi lainnya.

Sekitar 10-20 persen pasien mengalami lymphedema, yakni pembengkakan lengan yang memerlukan pengobatan terus menerus. Komplikasi ini dapat timbul kapan saja, bahkan bertahun-tahun setelah operasi.  Setelah mastektomi, pasien diharapkan beristirahat selama berbulan-bulan dan melakukan  tindakan pencegahan, antara lain dengan menghindari aktivitas fisik yang intensif seperti mengemudi, renang, taekwondo, dll .  Perawatan emosional merupakan aspek penting dari pemulihan setela menjalani mastektomi  (diedit dari: http://id.prmob.net/kanker/payudara/kanker-payudara-339490.html).

Di saat Jolie mengambil keputusan besar mengangkat kedua payudaranya, artis dan presenter Nira Stania, justru menghembuskan napas terakhir akibat kanker payudara di usianya yang masih sangat muda, 38 tahun, pada Minggu malam (13/5/13). Kanker ini telah dideritanya sejak dua tahun lalu. Dia meninggalkan satu suami dan dua anak yang masih kecil (http://celebrity.okezone.com/read/2013/05/12/33/805780/presenter-nira-stania-meninggal-karena-kanker-payudara).

Kanker payudara menempati urutan pertama penyakit berbahaya di antara kanker lainnya. Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan, angka tumor atau kanker mencapai 26 kasus dari 100 ribu wanita. Ahli onkologi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Dharmayanti Francisca Badudu, mengatakan, kanker payudara umumnya terjadi karena paparan estrogen. Semakin tua usia seseorang, semakin banyak terpapar hormon estrogen, sehingga peluang terkena penyakit juga semakin besar. Untuk itu, upaya deteksi dini penting dilakukan perempuan sejak berusia 20 tahun (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/13/04/29/mm0grq-deteksi-kanker-payudara-sejak-dini).

Kanker payudara memang memiliki faktor risiko secara gen alias keturunan. Gen kanker payudara dapat diturunkan dari ibu ke anak dan nenek ke cucu. Gen ini lebih dominan di garis darah perempuan, yang berarti dari sisi ibu. Wanita yang memiliki gen ini harus lebih waspada dan pandai-pandai melakukan pencegahan ekstra (http://health.detik.com/read/2012/08/09/074124/1986823/766/tips-penting-untuk-wanita-biar-tak-diserang-kanker-payudara).

Merokok, Picu Kanker Payudara
Namun menurut dr Zubairi Djoerban, faktor risiko menderita kanker payudara secara gen hanya sekitar tujuh persen. Jadi kata dia, bila ada orangtua terkena kanker payudara, belum bisa dikatakan anaknya akan mendapatkan kanker tersebut di waktu mendatang. Akan tetapi faktor risiko akan meningkat menjadi 80% jika ada kakak atau adik kandung (first degree relative) yang terkena kanker payudara juga.

Apalagi jika diperparah dengan gaya hidup yang buruk seperti merokok, minum alkohol, dan  konsumsi makanan berlemak seperti susu full cream, eskrim, sop buntut, dan jeroan. Zubairi menyarankan agar wanita yang memiliki riwayat keturunan seperti ini segera memeriksakan darahnya untuk mendeteksi apakah ada mutasi gen BRCA-1 dan BRCA-2. Pemeriksaan bisa dilakukan di RS Kanker Dharmais, Jakarta (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/12/02/20/lzosnl-apakah-kanker-payudara-termasuk-penyakit-keturunan).

Sementara menurut dokter ahli kanker payudara, dr Darajat Suardi, ketika menyebut kanker payudara dibawa oleh gen bukan berkaitan dengan faktor keturunan. Dia menyebut ada faktor internal dan eksternal. "Faktor internal bukan karena keturunan. Yang dimaksud dengan genetik adalah hormon dari tubuh. Penyebab keturunan hanya 5%, sisanya dari faktor lain," ujarnya. Ia mengungkapkan, kanker payudara lebih banyak menyerang perempuan dengan usia lebih dari 40 tahun, karena fase kanker sekitar 20 tahun. Untuk mendeteksi, kanker payudara perlu adanya ultrasonografi, mamografi, dan sadari (http://www.inilah.com/read/detail/1790769/hanya-5-kanker-payudara-karena-keturunan).**


Tidak ada komentar:

Posting Komentar