5/24/2013

Presiden Malawi Jual Jet demi Selamatkan Negara



Demi menyelamatkan negerinya yang diambang kebangkrutan, Presiden Malawi, Joyce Banda, menjual pesawat jet mewah jenis Dassault Falcon 900EX, yang dibeli presiden pendahulunya, Bingu wa Mutharika. Jet tersebut dijual seharga 15 juta dolar AS, demi memeroleh uang tunai untuk mempertahankan negara di selatan Afrika ini. Jet tersebut dilaporkan menghabiskan biaya 300 ribu dolar AS setahun untuk pemeliharaan dan asuransi.

Joyce Banda
Dalam keadaan ekonomi negeri yang hampir runtuh, Presiden Bingu wa Mutharika malah membeli pesawat jet seharga 22 juta dolar AS, atau hampir 40 persen dari anggaran negara pada 2009. Dia mengatakan—dengan alasan klasik para pemimpin di banyak negara miskin/berkembang—pesawat tersebut lebih murah daripada jika harus bepergian menggunakan pesawat komersial. Donor utama Malawi, Inggris, ketika itu mengritik pembelian pesawat tersebut, lalu memberi hukuman dengan mengurangi bantuan ke pemerintah Mutharika sebesar 3 juta pounsterling. 

Malawi bagai diselamatkan dari perilaku boros dan korup pemerintahnya itu, ketika pada 5 April 2012 Mutharika terkena serangan jantung dan meninggal di usia 78. Joyce Banda yang ketika itu adalah Wakil Presiden, lalu mengambil alih tugas kepresidenan sesuai konstitusi negara itu. Sejak memangku jabatannya, wanita kelahiran 12 April 1950 ini telah memotong gajinya sebesar 30 persen. Dia juga berjanji menjual 35 mobil Mercedes Benz yang digunakan kabinet, serta memperkenalkan sejumlah langkah penghematan lainnya.

Sekretaris Utama di Kantor Presiden, Chintu Phiri, mengatakan, saat ini jet berkapasitas 14 penumpang itu telah dimenangkan penawaran pembeliannya oleh Bohnox Ltd, mengalahkan tiga penawar lainnya. "Kami menerima tawarannya dan kami menunggu kabar dari mereka," ujar Phiri, dilansir Reuters (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/22/mn74zn-presiden-malawi-jual-jet-demi-selamatkan-ekonomi-negara).

Bingu wa Mutharika adalah mantan pejabat/ekonom Bank Dunia yang pernah dianggap bertanggung jawab terhadap negara-negara miskin di wilayah selatan Afrika selama dia menjabat di lembaga pengutang kelas dunia itu. Mutharika pertama kali menjabat sebagai Presiden Malawi pada Pemilu 2004. Ia terpilih kembali lima tahun kemudian dengan suara mayoritas. Dalam beberapa tahun terakhir, ia dituduh melakukan pelanggaran demokrasi di negerinya (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/04/05/m20bn3-presiden-malawi-kena-serangan-jantung).

Joyce Banda saat ini tidak hanya menjadi presiden pertama perempuan di negara itu, tetapi juga di kawasan Afrika bagian selatan. Banda diambil sumpahnya sebagai presiden pada 7 April 2012, ketika kematian Mutharika belum lagi diumumkan secara resmi oleh pemerintah. Berbagai laporan menyebutkan, terpilihnya Banda disambut meriah rakyat Malawi. Tepukan tangan dan sorak-sorai terlihat menjelang dan sesudah pengambilan sumpah Banda di gedung parlemen Malawi.

Lambatnya pengumuman kematian Mutharika sempat memunculkan spekulasi di berbagai kalangan bahwa ada upaya memajukan saudara lelaki Mutharika sebagai presiden. Hal ini diperkuat pernyataan juru bicara pemerintah Malawi yang menyebut Banda tidak otomatis bisa menjadi presiden karena dia berasal dari partai oposisi. Pernyataan ini dikritik keras Uni Eropa, Inggris, dan Amerika Serikat, yang meminta Malawi mematuhi konstitusi.

Ketika menjabat wakil presiden, Banda kerap mengritik tajam kebijakan sang presiden. Beberapa kali Mutharika berupaya menggeser Banda dari posisi wakil presiden, tapi selalu gagal (http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120408_malawibanda.shtml). Ketika Banda  dikeluarkan dari partainya, dia lalu membentuk partai sendiri, namun tetap menjabat sebagai wakil presiden.

Sebelumnya, Mutharika juga mengalami hal yang hampir sama dengan presiden pendahulunya, Bakili Muluzi. Muluzi pada awalnya mendukung Mutharika sebagai presiden, namun permusuhan terjadi di antara mereka ketika Muluzi dituduh korupsi dan penipuan. Mutharika keluar dari partai yang saat itu berkuasa dan mendirikan partai sendiri.

Perselisihan politik di antara keduanya berimbas pada pemerintahan. Isu kudeta dan rencana pembunuhan menyeruak. Timbul kekacauan dimana-mana di negeri itu (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/04/07/m23x6e-presiden-malawi-tutup-usia). Selain itu, banyak orang Malawi menyalahkan Mutharika karena kesengsaraan ekonomi yang dialami negara itu akibat pertikaian diplomatik dengan bekas penjajahnya, Inggris, tahun lalu (http://www.tempo.co/read/news/2012/04/06/119395257/Presiden-Malawi-Meninggal-Akibat-Serangan-Jantung).

Republik Malawi adalah sebuah negara yang terkurung daratan di Afrika bagian selatan. Malawi berbatasan dengan Tanzania di sebelah utara, Zambia di barat laut, dan Mozambik di timur, selatan dan barat (http://www.mapnall.com/id/Peta-Malawi_233509.html). Warisan rezim koruptif, membuat Malawi tercatat sebagai salah satu negara termiskin di dunia.  Sebanyak 78 persen warganya (dari populasi sekitar 10-13 juta jiwa) hidup dengan rata-rata pendapatan kurang dari 1 dolar per hari. Malawi saat ini juga dihadapkan pada persoalan kurangnya ketersediaan bahan bakar dan mata uang asing akibat penghentian bantuan dari Inggris dan sejumlah negara donor lain (http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120408_malawibanda.shtml).

Sumber perekonomian Malawi sebagian besar bergantung pada pertanian subsisten, yakni pertanian yang seluruh hasilnya digunakan untuk keperluan sendiri. Demi mendongkrak penghasilan negara, mereka mengeksploitasi cadangan uraniumnya. Namun kondisi pasokan makanan yang tidak stabil, ditambah dengan negara yang rentan terhadap bencana alam, memperburuk kondisi negeri ini. Malawi juga termasuk rentan penyakit AIDS. Setiap tahun, puluhan ribu penduduk Malawi meninggal karena penyakit ini. Sempat dijalankan program untuk mengatasinya di tahun 2004, namun belum ada kemajuan yang berarti.

Demokratisasi tidak membuat negeri ini keluar dari masalah, bahkan mungkin semakin parah. Sejak merdeka dari Inggris pada 1964, negeri ini dipimpin Presiden Kamuzu Banda. Ketika pada 1990-an lembaga demokratis memegang kendali, Presiden Kamuzu Banda kalah pada pemilu 1994. Bakili Muluzi menggantikan posisinya, namun pemerintahan di bawah Muluzi diwarnai skandal korupsi, kolusi, dan nepotisme yang gila-gilaan (http://carapedia.com/10_negara_termiskin_dunia_info890.html).

Akibatnya, Muluzi pada November 2000 mengatakan telah membubarkan kabinetnya menyusul kecaman terhadap para menteri dan pejabat pemerintah yang terlibat skandal suap. Namun Muluzi dikecam kelompok-kelompok oposisi dan negara-negara donor Barat karena tidak menghukum para pejabat pemerintah yang sibuk berselisih kepentingan, curang, korupsi, dan  menyalahgunakan jabatan. Pada September 2000, komite parlemen menyatakan bahwa ada satu sindikat terdiri atas para menteri kabinet dan para pejabat senior sipil yang menyelewengkan dana pemerintah jutaan dolar dalam pembayaran kontrak-kontrak fiktif atau yang tidak selesai.

Kelompok oposisi utama Malawi, Partai Kongres Malawi (MCP), tak puas dengan sekadar pembubaran kabinet. Mereka menuntut agar para menteri dan pejabat senior pemerintah lainnya yang dituduh terlibat korupsi dituntut secara hukum. Para musuh Muluzi ini semakin marah ketika pemerintah memutuskan membeli 39 mobil Mercedez Benz untuk para menteri senilai 2,5 juta dolar AS.

Pembelian mobil ini sudah tidak disetujui anggaran negara tahun 2000, dan juga  dikecam para pendonor asing. Menteri Keuangan, Matthews Chikaonda, sempat memerintahkan agar mobil-mobil itu dijual dan uangnya digunakan untuk proyek-proyek pembangunan. Namun tampaknya sampai sekarang hal ini belum dilakukan. Skandal korupsi memicu para pendonor asing lainnya menahan bantuan hampir 120 juta dolar AS (http://arsip.gatra.com//artikel.php?id=869).**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar