5/16/2013

Bunga Bangkai Universitas Ohio ini Diberi Nama Woody


“Saya masih menemukan buku pelajaran yang memasang gambar bunga bangkai, tetapi ditulis Rafflesia”

Bunga raksasa tropis asal Sumatra, mekar di rumah kaca milik Ohio State University, Amerika Serikat (AS). Tumbuh setinggi 180 cm, bunga berbau menyengat ini oleh pihak universitas diberi nama Woody, dari nama pelatih sepak bola tim Buckeyes, Woody Hayes. Menurut juru bicara universitas, Sandi Rutkowski, ini merupakan peristiwa kedua mekarnya bunga bernama latin Amorphophallus titanum ini di rumah kaca universitas tersebut.

Woody saat ramai dikunjungi
Yang pertama, mekar singkat Mei tahun lalu. Sedangkan yang ketiga diharapkan akan mekar dalam 7-10 hari ke depan ini. Pada periode seperti ini, rumah kaca universitas ini memperpanjang jam kunjungan. Namun karena bunga ini jarang mekar, dan sekalipun mekar hanya berlangsung sehari atau kurang, orang-orang yang ingin melihatnya harus datang segera.

Beberapa tanaman bunga bangkai ini malah tidak pernah mekar lagi, dan tidak ada jaminan bahwa yang mekar akan melakukannya lagi. Rutkowski mengatakan, tiga atau empat kali mekar dalam tiga tahun adalah karena keberuntungan dan keahlian manajer program rumah kaca, Joan Leonard. "Kami beruntung, tapi sebagian besar juga karena keahlian Joan yang luar biasa dalam menumbuhkan dan memelihara tanaman,” ujarnya (http://www.republika.co.id/berita/senggang/unik/13/05/16/mmv36w-bunga-bangkai-asal-indonesia-mekar-di-as).

Dengan perlakuan khusus, bunga bangkai sekarang bisa tumbuh di berbagai tempat di penjuru dunia, terutama di kebun-kebun botani atau di penangkaran-penangkaran spesialis. Di AS, bunga yang muncul seringkali diberi julukan atau nama tertentu, seperti halnya penamaan Woody.  Menariknya, bunga bangkai dimana-mana selalu menarik perhatian banyak pengunjung, termasuk yang datang karena ingin “menikmati baunya” (http://id.wikipedia.org/wiki/Bunga_bangkai).

Pada Desember tahun lalu, bunga yang juga dijuluki Arum Titan ini juga mekar di Brasil. Ratusan pengunjung ketika itu membanjiri taman botani Inhotim tempat mekarnya bunga raksasa tersebut,  untuk menonton pemandangan langka ini. Taman ini terletak 445 km dari Rio de Janiero, ibukota Brasil. Pakar botani Patricia Oliviera, kepada AFP, mengatakan, ia mulai merekah pada Hari Natal, dua hari kemudian sudah menunjukkan tanda-tanda melayu.

Bunga ini kata Oliviera yang juga bekerja di taman Inhotim, memiliki daya hidup 72 jam. Selama mekar, bau dan warnya akan menyerupai daging busuk, yang akan menarik hewan penyerbuk seperti lalat dan kumbang. Titan Arum adalah asli spesies hutan hujan tropis Sumatra Barat. Bunga ini tergolong sangat langka, dan luar biasa sulit ditumbuhkan. Butuh waktu enam tahun untuk mulai berbunga (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/12/28/mfptk2-bunga-bangkai-sumatra-di-brasil-berhasil-mekar).

Dalam hal rekor tertinggi tumbuhnya bunga bangkai ini, hingga tahun 2005 rekor bunga tertinggi yang tumbuh di penangkaran dipegang Kebun Raya Bonn, Jerman, setinggi 2,74 meter yang mekar pada  2003. Pada tanggal 20 Oktober 2005, mekar bunga dengan ketinggian 2,91 meter di Kebun Botani dan Hewan Wilhelma, Stuttgart, juga di Jerman. Namun demikian, Kebun Raya Cibodas, Indonesia mengklaim, bunga yang mekar di sana pada dini hari tanggal 11 Maret 2004, mencapai ketinggian 3,17 meter (http://id.wikipedia.org/wiki/Bunga_bangkai).

Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor (KRB)-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), termasuk yang  berhasil menumbuh kembangkan tanaman langkah tersebut. Saat ini, PKT KRB-LIPI bahkan tengah merintis terbentuknya Bank DNA bunga bangkai Amorphophalus titanum ini. "Bank DNA Amorphophalus titanum nantinya untuk menghasilkan sampel-sampel DNA yang memberikan informasi variasi-variasi genetik yang berguna dalam menentukan bahan induk silangan," kata Kepala PKT KRB-LIPI, Mustaid Siregar.

Mustaid menjelaskan, tim peneliti KRB telah melakukan penyilangan pada salah satu koleksi tanaman Amorphophalus titanum yang pernah berbunga pada 2 Februari 2012. Penyilangan tersebut menggunakan serbuk sari yang telah disimpan di fasilitas penyimpanan di Laboratorium. Proses penyilangan dilakukan ketika koleksi ini berbunga sempurna di malam hari, dan mulai menjadi buah  pada Maret 2012. "Ini keberhasilan penyerbukan buatan pada Amorphophalus Titanum yang pertama kali di Indonesia," katanya. Setelah empat bulan, buah yang berjumlah 215 masak dan dipanen, lalu bijinya disemai.

Daya kecambah biji yang dihasilkan mencapai 70-100 persen. Selanjutnya, pertumbuhan bibit serta perkembangan umbi akan terus diamati. "Studi teknik kultivasi ini telah menghasilkan metode penyimpanan biji dan perkecambahan yang tepat. Kegiatan studi konservasi genetik ini cikal bakal rintisan Bank DNA Amorphophalus Titanum," katanya. Mustaid mengungkapkan, penelitian pada Amorphophalus Titanum, belum semuanya terungkap. Pihaknya berharap budidaya bunga langka tersebut dapat seperti Angrek yang kini bisa dinikmati setiap saat dirumah maupun di ruang kerja (http://www.republika.co.id/berita/trendtek/sains/12/11/24/mdzeac-kebun-raya-bogor-rintis-bank-dna-bunga-bangkai).

Di seluruh dunia, terdapat sekitar 170 spesies bunga bangkai. Spesies yang terkenal di Indonesia diantaranya adalah: Amorphophallus titanum (bunga bangkai raksasa, Titan arum, suweg raksasa), Amorphophallus gigas (Amorphophallus raksasa sumatera), Amorphophallus decussilvae (bunga bangkai jangkung, bunga bangkai jawa barat), dan Amorphophallus beccarii; Amorphophallus campanulatus (Suweg); serta Amorphophallus oncophyllus (iles-iles, porang, ileus).(http://alamendah.org/2010/06/28/mengenal-bunga-bangkai-amorphophallus-dan-jenis-macamnya/).


Bunga Bangkai dan Rafflesia
Mekarnya bunga bangkai di berbagai tempat, selalu diburu para traveler. Namun ternyata banyak yang belum menyadari bahwa Amorphophallus titanum dan Raflesia adalah dua tanaman berbeda. Dua tanaman ini juga terdapat di KRB. Untuk Rafflesia, kata Mustaid, KRB baru memiliki jenis Patma. Sedangkan untuk bunga bangkai saat ini KRB memiliki sembilan umbi atau bibit bunga bangkai yang hidup. Rafflesia patma memiliki bentuk seperti Rafflesia arnoldii yang habitatnya di Bengkulu, hanya saja ukuran Patma lebih kecil. 

Koordinator tim peneliti Amorphopallus titanum di KRB, Dian Latifah, mengatakan, Rafflesia merupakan tanaman parasit (sejenis benalu). Rafflesia tidak mempunyai batang dan daun sendiri, karenanya harus menumpang di tanaman lain yang disebut inang. Inang Rafflesia patma adalah Tetrastigma, tumbuhan pemanjat dari keluarga anggur-angguran. Umumnya Rafflesia tumbuh pada akar atau batang bagian bawah Tetrastigma. Untuk jenis Patma, diameternya hanya 35-40 Cm, sedangkan Arnoldii bisa 1 meter. Menurut Sofi Mursidawati, peneliti Rafflesia di KRB, Rafflesia patma yang sukses ditanam di KRB didapat dari menyambung akar Tetrastigma yang “terinfeksi” Rafflesia.

Sementaa itu, Amorphophallus titanium, adalah tumbuhan sejati yang memiliki umbi, batang, dan daun, sehingga dapat menyuplai makanannya sendiri. Dia bahkan tergolong tumbuhan talas-talasan dari marga Araceae. ”Perbedaan lain, bunga bangkai itu punya bunga jantan dan betina, sedangkan Rafflesia bunga berumah dua. Artinya, pada satu bunga hanya ada satu jenis,” kata Dian. Karena itu Amorphophallus relatif lebih mudah dibiakkan dengan biji. Sebaliknya biji Rafflesia sukar didapat karena bunga jantan dan betina sukar didapati mekar bersamaan.

Namun, kedua bunga ini memang sama-sama beraroma tak sedap seperti bangkai. Inilah yang menyebabkan banyak orang salah kaprah dengan menyebut keduanya bunga bangkai. Namun bau Amorphophallus titanum lebih menyengat dibanding Rafflesia.

Dian menambahkan, pertumbuhan Rafflesia tidak bisa diprediksi karena tergantung pada inangnya. Sejak kuncup sampai mekar, bisa memakan waktu sekitar 34 jam. Beda dengan Amorphophallus titanum yang bisa diamati perkembangannya, dan bisa mekar  hanya dalam waktu 24 jam Di KRB, Amorphophallus titanum pertama kali ditanam 1920. Di Indonesia ada 25 jenis Amorphophallus, 18 di antaranya jenis endemik yang hanya bisa ditemukan di daerah tertentu di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Salah satu jenis Amorphophallus, yakni Amorphophallus paeoniifolius (suweg), diteliti sebagai bahan pangan.

Kesalahkaprahan antara bunga bangkai dan Rafllesia misalnya terdapat pada buku pelajaran. “Saya masih menemukan buku pelajaran memasang gambar bunga bangkai, tetapi ditulis Rafflesia. Di televisi juga ada kesalahan. Padahal berbeda,” tutur Lyndie Hardstaff dari Subbidang Jasa dan Informasi pada Pusat Konservasi Tumbuhan KRB (http://travel.detik.com/read/2012/11/24/115346/2100110/1382/ini-dia-beda-rafflesia-dan-bunga-bangkai/http://travel.kompas.com/read/2012/11/12/0230045/Rafflesia.Bukan.Bunga.Bangkai).**




Tidak ada komentar:

Posting Komentar