5/04/2013

Tommy Soeharto Tersandung Rolls-Royce


“Tuduhan keterkaitan Tommy atas 'kesepakatan' pada 1990 itu, kata Taylor, hanya satu contoh bagaimana korupsi terjadi di bekas perusahaannya ini ”

Kepala Divisi Aerospace Rolls-Royce, Mark King, dikabarkan mengundurkan diri dari perusahaannya karena tuduhan korupsi. Tuduhan ini melibatkan nama anak mantan Presiden Soeharto, Tommy Soeharto. Tommy dituding mendapat “pelicin” berupa mobil Rolls-Royce dan uang senilai 20 juta dolar AS, untuk menggolkan bisnis Rolls dengan maskapai Garuda Indonesia.

Tommy dan Rolls-Royce (TheSundayTimes)
Pihak Rolls-Royce masih menolak berkomentar, namun juru bicara King mengatakan King mengundurkan diri karena alasan pribadi. "Dia bekerja di bawah tekanan selama beberapa tahun sehingga ingin mengambil istirahat sementara dan mencoba beralih profesi," ujarnya berdalih, seperti dilansir The Guardian, Jumat (3/5). Pengunduran diri King ini cukup mengejutkan, karena dia sebenarnya baru saja empat bulan ini dipromosikan memimpin divisi produksi mesin pesawat untuk penerbangan sipil ini.

Tuduhan korupsi terhadap King berhubungan dengan kasus dugaan penyuapan King terkait kontrak di Cina dan Indonesia pada rentang 1980-1990-an. Tuduhan malpraktik di Indonesia ditiupkan Dick Taylor, mantan karyawan Rolls-Royce. Selaku  whistle blower atas kasus ini, Taylor juga menuduh perusahaan telah memberikan suap berupa sebuah mobil Rolls-Royce kepada putra mantan Presiden Indonesia kala itu. Mobil tersebut sebagai “pelicin” agar maskapai penerbangan Garuda Indonesia mau memesan mesin pesawat jenis Trent 700 kepada Rolls (http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/05/03/mm75fm-pejabat-rolls-royce-dituduh-suap-anak-mantan-presiden-ri).

Dikutip dari the Guardian, Dick Taylor mengungkap pengakuannya itu kepada The Daily Telegraph. Peniup peluit yang sudah bekerja di Rolls-Royce selama lebih dari tiga dekade itu mengaku mengetahui dugaan suap kepada Tommy Soeharto. Menurutnya, dia mengalami depres karena koleganya (Mark King) di Indonesia sudah menghabiskan rekening perusahaan. Taylor lalu mengambil pensiun dini dan mengungkapkan pengakuannya kepada Senior Fraud Office (SFO), komisi antikorupsi Inggris.

Menurut Taylor, Tommy Soeharto—selain diberi hadiah mobil Rolls-Royce—juga dibayar senilai 20 juta dolar AS untuk memuluskan pengadaan mesin pesawat Trent 700 di Garuda. Menindaklanjuti laporan Taylor ke SFO, Rolls-Royce lalu melakukan investigasi dan menemukan beberapa permasalahan di Indonesia, Cina, dan pasar lainnya yang tidak spesifik.

Dick Taylor bekerja di Indonesia sebagai manajer teknis liason. Tugasnya terakhir adalah pada 1996 dan 2002. "Usai saya memberikan seluruh hidup saya untuk Rolls-Royce, mereka menipuku di akhir," ujarnya. "Saya selalu jujur dan ini sangat membuat depresi. Saya selalu setia kepada perusahaan," sambungnya. Tuduhan keterkaitan Tommy atas “kesepakatan” pada 1990 itu, kata Taylor, hanya satu contoh bagaimana korupsi terjadi di bekas perusahaannya ini (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/03/mm7zms-ini-dugaan-suap-rolls-royce-untuk-tommy-soeharto).

Presiden Direktur Rolls-Royce, John Rishton, menyatakan, perusahaan tidak akan menoleransi praktek bisnis yang tidak sesuai dengan aturan (http://www.tempo.co/read/news/2012/12/11/090447491/Suap-Rolls-Royce-Dua-Pengacara-Tommy-Membantah). "Kami akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan pelanggaran ini. Rolls Royce adalah perusahaan dengan prospek luar biasa dan saya tidak akan menerima perilaku yang merusakan kesuksesan perusahaan ini dimasa depan," ujarnya, melalui kantor pengacaranya, Lord Gold (http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/05/03/mm75fm-pejabat-rolls-royce-dituduh-suap-anak-mantan-presiden-ri).
Mark King akan keluar dari Rolls-Royce terhitung 1 Juni 2013. Dia akan digantikan Tony Wood, kepala bisnis Rolls-Royce bidang kelautan. Aerospace adalah divisi terbesar Rolls-Royce yang menyumbang lebih dari 70 persen pendapatan perusahaan pada 2012 (http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/05/03/mm75fm-pejabat-rolls-royce-dituduh-suap-anak-mantan-presiden-ri). 

Analis Jefferies, Sandy Morris, mengatakan, korupsi di divisi penerbangan sipil yang melibatkan King di Indonesia dan Cina perlu ditindaklanjuti. Ia mengaku prihatin dengan perilaku King yang mencemari nama industrinya di luar negeri. "Tadinya kami berharap bisa bertemu King di Paris Airshow dalam waktu empat pekan mendatang untuk memberikan presentasi tentang bisnis kedirgantaraan, namun tiba-tiba dia mengatakan ingin beristirahat," kata Morris. 

Tim penyidik di Inggris dari SFO dikabarkan tengah mendalami beberapa kontrak bisnis yang pernah dijalani Rolls-Royce dengan sejumlah perusahaan di luar negeri, salah satunya Garuda Indonesia, BUMN penerbangan terbesar di Indonesia danhttp://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis-global/13/05/03/mm82rf-suap-rolls-royce-buat-pembelian-mesin-pesawat-airbus-garuda).

Mengenai tuduhan itu, pihak Tommy Suharto sudah pernah membantahnya pada akhir 2012 lalu. Kuasa hukum Tommy, OC Kaligis, melalui pesan pendeknya kepada Tempo pada Senin, 10 Desember 2012, membantah tuduhan suap dari Rolls-Royce itu. "Berita itu fitnah," kata OC. Elza Syarief, yang juga pengacara Tommy, menyatakan tidak percaya atas tuduhan ini. "Wah, itu hanya pengakuan yang harus dibuktikan di pengadilan," ujarnya.

Apalagi, kata dia, kasus suap yang dituduhkan disebut-sebut terjadi pada 1990, atau 22 tahun lalu, dan sudah kadaluwarsa. Elza menjelaskan, harus ada putusan pengadilan yang menyatakan ucapan tersebut benar. "Ini mah gosip deh," katanya. Pada saat sama, Rolls-Royce tengah menjalani pemeriksaan oleh SFO atas tuduhan yang menyebutkan adanya suap 20 juta dolar AS atau setara 12,5 juta poundsterling itu kepada Tommy.

Rolls-Royce mengaku, pekan lalu, SFO menghubungi perusahaan tersebut atas tuduhan suap dan korupsi di Indonesia serta Cina. Perusahaan terbesar kedua pembuat mesin pesawat itu pun menunjuk kantor pengacara AS, Debevoise & Plimpton, untuk melakukan investigasi. Dalam pernyataannya Rolls-Royce menyebutkan, penyelidikan resmi telah menemukan negara-negara yang telah ditandai oleh SFO, juga di berbagai pasar lain. Perusahaan mengungkapkan adanya "perantara" dalam pasar-pasar tersebut.

"Konsekuensi dari keterangan tersebut akan diputuskan oleh pihak berwenang. Masih terlalu dini untuk memprediksi hasilnya, namun hal tersebut mencakup penuntutan secara individual dan perusahaan. Kami akan bekerja sama secara penuh," ujar pihak Rolls-Royce pekan lalu, seperti dikutip laman The Guardian pada 9 Desember 2012
(http://www.tempo.co/read/news/2012/12/11/090447491/Suap-Rolls-Royce-Dua-Pengacara-Tommy-Membantah).
 

Sementara itu, Kementerian BUMN yang membawahi Garuda Indonesia, enggan menanggapi kasus ini. "Saya belum tahu jadi belum bisa berkomentar, daripada nanti salah menanggapi," ujar Kepala Biro Hukum Kementerian BUMN, Hambra Samal, di Jakarta, Selasa, 11 Desember 2012. Namun kata dia, bila persoalannya telah masuk ranah hukum, pihaknya menyerahkan sepenuhnya pada proses hukum.

Atas kasus ini, harian The Sunday Times edisi Minggu pernah mengangkat kisah kongkalikong Roll-Royce dengan Tommy Suharto ini dalam berita bertajuk “Rolls-Royce accused of paying $20m bribe to dictator’s son”. Dalam berita itu dikisahkan., Tommy Suharto pada 1990-an berperan memenangkan kontrak pengadaan mesin pesawat Airbus A330 yang dipesan Garuda Indonesia dari Airbus (http://www.tempo.co/read/news/2012/12/11/090447482/Suap-Rolls-Royce-Kementerian-BUMN-No-Comment).

Rolls-Royce adalah perusahaan holding yang terdiri dari sejumlah perusahaan pembuat mobil dan mesin kapal terbang (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis-global/13/05/03/mm82rf-suap-rolls-royce-buat-pembelian-mesin-pesawat-airbus-garuda). Saat ini Rolls-Royce merupakan pemain besar dalam industri dirgantara sipil maupun militer. Skala usahanya menduduki peringkat kedua terbesar setelah General Electric AS. Perusahaan yang berpusat di London ini beroperasi di 50 negara dan mempekerjakan 40 ribu karyawan. Di Cina, Rolls-Royce memiliki 2.000 karyawan. Perusahaan itu menguasai pangsa pasar keempat terbesar untuk mesin pesawat sipil serta produk pendukung infrastruktur energi.

Sementara pasar Rolls-Royce di Indonesia lebih kecil. Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bhakti Singayudha Gumay, pengguna Rolls-Royce di antaranya adalah Garuda. “Yang lain saya belum mendengar,” katanya. November 2012 lalu, Rolls-Royce meneken kesepakatan dengan PT Garuda Indonesia (persero) untuk program perawatan mesin Trent 700. Mesin-mesin itu akan dipergunakan pada 21 pesawat Airbus A 330 yang dipesan Garuda. Saat dikonfirmasi mengenai isu suap ini, Sekretaris Perusahaan Garuda, Pujobroto, menolak berkomentar. “Kami belum mendengar kabar ini,” ujarnya (http://www.tempo.co/read/news/2012/12/08/078446729/Rolls-Royce-Laporkan-Suap-di-Cina-dan-Indonesia).**

Newspeg:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar