5/13/2013

Ponsel Mungkin jadi Penyebab Kecelakaan Pesawat


“Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan akses internet dan penggunaan ponsel di dalam pesawat, termasuk saat pesawat lepas landas dan mendarat”

Survei di Amerika Serikat (AS) membuktikan, banyak penumpang pesawat tidak mematikan telepon genggam dan alat elektronik lainnya meskipun sudah ada larangan. Survei yang dirilis Airline Passenger Experience Association dan Consumer Electronics Association ini, memperlihatkan kecenderungan 30% penumpang lupa mematikan perangkat elektronik selama penerbangan.

shutterstock.com
Sementara penumpang lainnya saat diminta mematikan perangkat elektronik, 59% selalu mematikan, 21% menyalakannya dalam "flight mode", dan 5% mengatakan mereka kadang-kadang mematikannya. Dari penumpang yang tidak sengaja membiarkan perangkat elektroniknya menyala, seperti dikutip dari laman AFP,  61% mengatakan perangkat tersebut adalah telepon genggam,. (http://www.republika.co.id/berita/trendtek/elektronika/13/05/12/mmnsez-banyak-penumpang-lupa-matikan-ponsel-di-pesawat).

Arahan awak kabin pesawat agar penumpang mematikan piranti elektroniknya, terutama handphone (HP/ponsel), dimintakan terutama saat pesawat tinggal landas dan mendarat.  Alasannya, sinyal ponsel dapat mengganggu sinyal komunikasi antara pilot dan petugas air traffic control (ATC) dibandara. Pengamat penerbangan, Alvin Lie, kepada detikTravel mengatakan, apapun bisa terjadi sebelum pesawat benar-benar berhenti saat mendarat.

Karena itu Alvin mengingatkan agar penumpang tidak menyalakan ponsel saat pesawat hendak mendarat. "Saat mendarat, pesawat kan masih rolling di runway, itu bisa saja kebablasan," ujarnya. Kalau mau menyalakan HP, kata Alvin, sebaiknya saat sudah keluar dari landasan, misalnya kalau sudah masuk lapangan parkir,  karena sistem navigasi sudah tidak menggunakan auto pilot. “Orang yang ngotot untuk hidupin HP sebelum pesawat mendarat, itu sikap yang konyol!" seru Alvin (http://travel.detik.com/read/2013/04/15/190337/2220999/1382/mau-selamat-naik-pesawat-jangan-nyalakan-ponsel?v771108bcj). Bagi yang biasa menggunakan pesawat, khususnya di Indonesia, memang sudah biasa terjadi begitu roda-roda pesawat menjejak landasan, beberapa ponsel terdengar diaktifkan.

Aviation Safety Reporting System (ASRS) menginformasikan, ponsel mempunyai kontribusi besar terhadap keselamatan penerbangan. Pada kasus kecelakaan pesawat Crossair di Zurich, Swiss tahun 2001 yang menewaskan sekurangnya 10 penumpangnya, penyelidik menemukan bukti adanya gangguan sinyal ponsel terhadap sistem kemudi pesawat. Pesawat ini menukik jatuh di bandara Zurich, sebelum benar-benar mengudara. Kasus lainnya terjadi pada Boeing 747 Qantas. Saat akan mendarat di bandara Heathrow, London, pesawat ini tiba-tiba miring ke satu sisi dan mendaki lagi setinggi 700 kaki untuk kemudian terhempas. Diketahui ada tiga penumpangnya yang belum mematikan komputer, CD player, dan electronic game (The Australian, 23-9-1998).

Beberapa gangguan yang disebabkan ponsel (baik dari sinyalnya maupun radiasi listriknya)  seperti dilaporkan ARS adalah: arah terbang melenceng, gangguan pada HSI (Horizontal Situation Indicator), serta VOR (VHF Omnidirectional Receiver) tak terdengar. Piranti lainnya yang terganggu adalah: sistem navigasi, frekuensi komunikasi, indikator bahan bakar, dan sistem kemudi otomatis (auto pilot). Sementara itu perangkat CD & game dapat menyebabkan gangguan pada arah kompas komputer serta pada indikator CDI (Course Deviation Indicator).

Perlu dimengerti bahwa ponsel tidak hanya mengirim dan menerima gelombang radio melainkan juga meradiasikan tenaga listrik untuk menjangkau BTS (Base Transceiver Station). Satu ponsel dapat menjangkau BTS yang berjarak 35 kilometer. Artinya, pada ketinggian 30.000 kaki satu ponsel bisa menjangkau ratusan BTS yang berada di bawahnya. Di Jakarta saja diperkirakan ada sekitar 600 BTS yang semuanya dapat sekaligus terjangkau oleh satu ponsel aktif di pesawat terbang yang sedang bergerak di atas Jakarta (
http://www.merpati.co.id/id/content/travel_tips).

Kecil Pengaruhnya
Pengamat penerbangan, Ruth Hana Simatupang, dalam perbincangan dengan detikcom, mengatakan, sampai saat ini belum ada bukti langsung sinyal HP menjadi penyebab kecelakaan pesawat di seluruh dunia. “Tapi memang bisa mengacaukan sistem navigasi dan komunikasi. Kalau sistem navigasinya analog, bisa muter-muter karena ada gelombang elektromagnetik," ujarnya.  Karena itulah kata mantan pilot dan investigator di Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) ini, penumpang diminta mematikan HP saat berada dalam pesawat, karena bagaimanapun ada kemungkinan berpengaruh. Ketua Federasi Pilot Indonesia, Hasfrinsyah, juga mengatakan bahwa  kecil sekali kemungkinannya pengaruh HP yang aktif terhadap kecelakaan pesawat. Hanya saja, dikhawatirkan ada sinyal dari HP yang berpengaruh ke instrumen pesawat.

Saat kecelakaan Sukhoi Superjet 100 pada 2012 lalu, majalah Angkasa mengklarifikasi isu bahwa telepon seluler wartawannya, Dodi Aviantara, menyala saat penerbangan. Angkasa memastikan, tidak ada sinyal HP wartawannya yang menyala saat penerbangan dilakukan. (http://news.detik.com/read/2012/05/11/120826/1914868/10/belum-ada-pembuktian-sinyal-hp-sebabkan-kecelakaan-pesawat). Namun informasi lain menyebutkan, ponsel Gatot Poerwoko, salah seorang pilot yang menjadi peserta joy flight itu, nada sambung aktif  empat jam setelah kecelakaan (http://terkini.bbc.web.id/artikel/read/2012/05/10/501/627640/empat-jam-setelah-jatuh-ponsel-gatot-masih-menyala).

Pakar telematika, Roy Suryo, kala itu termasuk yang menepis spekulasi kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet-100 karena masih ada penumpang yang mengaktifkan ponsel saat pesawat mengangkasa. "Kecelakaannya sangat fatal, jadi sama sekali bukan karena HP seperti isu yang banyak beredar,” katanya (http://ip99-74.cbn.net.id/detile-1705-petaka-sukhoi-bukan-karena-hp.html).

Saat ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Kementerian Perhubungan, malah sedang menyepakati kerjasama pengaturan pemanfaatan spektrum frekuensi radio untuk keperluan penerbangan. Ini dilakukan menyusul perkembangan teknologi yang memungkinkan akses Internet dan penggunaan ponsel di dalam pesawat, termasuk saat pesawat lepas landas dan mendarat.

"Teknologi penerbangan (sudah) berkembang. Dulu pancaran frekuensi (seluler) bisa mengganggu penerbangan. (Tapi) sekarang, di dalam pesawat juga bisa pakai WiFi," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan, Herry Bhakti, di Jakarta, Jumat (26/4/13). Namun kata Herry, untuk maskapai yang belum memiliki sertifikatnya, masih belum layak menerapkan aturan ini. Di Indonesia, tercatat Garuda Indonesia dan Batik Air yang mengajukan sertifikat ini (http://www.republika.co.id/berita/trendtek/elektronika/13/04/26/mlv473-ponsel-akan-bisa-digunakan-di-dalam-pesawat).**



Tidak ada komentar:

Posting Komentar