5/12/2013

Perburuan Sirip Hiu Sangat Tidak Berperikehiuan


“Sirip hiu dari Hongkong mengandung logam berat beracun 42 kali lebih tinggi dari batas aman logam berat yang boleh dikonsumsi manusia”

Apakah anda termasuk yang percaya bahwa sirip ikan hiu dapat menyehatkan badan dan membuat awet muda? Hati-hati, karena alih-alih badan sehat dan muka awet muda, penyakit kanker lah yang bakal menghampiri anda. Praktisi kesehatan, Erikar Lebang, mengatakan, untuk membuat tampilannya lebih menarik, sirip hiu sering ditambahkan Hidrogen peroksida (H2O2).

Sadis
Karena merupakan bahan kimia anorganik, H2O2 sudah pasti berbahaya untuk tubuh manusia, dan dapat meningkatkan radikal bebas sebagai pencetus kanker (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/13/05/10/mml8c3-sirip-hiu-justru-bahaya-untuk-tubuh). Dikutip dari Wikipedia, H2O2 adalah oksidator kuat. Saking kuatnya, senyawa yang larut dalam air ini seling digunakan dalam produk pemutih, desinfektan, hingga bahan bakar roket. Senyawa ini ramah lingkungan, namun tentunya tak ramah pada tubuh manusia (http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrogen_peroksida).

Mitos menyehatkan tubuh itu muncul karena sirip hiu dianggap mengandung protein yang tinggi, dan kandungan kolagennya membuat kulit awet muda. Padahal ada fakta yang jstru mengerikan dari ikan predator ini. Informasi dari produser film dan praktisi kesehatan, Vera Lasut, penting juga diketahui. Vera mengatakan bahwa hiu merupakan predator yang hidup lama di laut. Hewan laut yang usianya panjang seperti ini berpotensi menyerap polusi laut seperti logam berat dan zat kimia lainnya seperti merkuri.

Selain itu cara memasak sirip dan daging ikan hiu harus dengan panas yang tinggi dan waktu yang lama. Maka kemungkinan besar protein yang dibangga-banggakan dari hiu itu sudah hilang. Erikar lantas menyebutkan bahwa kandungan kolagen pada ceker ayam lebih tinggi dibanding sirip ikan hiu. Karena itu, para praktisi kesehatan dan pakar kuliner justru mengimbau masyarakat tidak mengonsumsi produk dari ikan hiu. Karena selain membahayakan kesehatan, perburuan ikan hiu untuk diambil siripnya ini telah secara signifikan mengganggu ekosistem laut dan mengancam kepuhanan ikan hiu (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/13/05/10/mml8c3-sirip-hiu-justru-bahaya-untuk-tubuh).

Salah satu yang mengklaim bahwa tulang rawan sirip ikan hiu dapat menyembuhkan kanker adalah American Cancer Society. Lembaga ini melaporkan obat anti-kanker yang dikembangkan pada Juni 2010 menggunakan tulang rawan sirip hiu. Peneliti menulis, tulang rawan sirip hiu ini bisa mencegah atau memperlambat pertumbuhan pembuluh darah baru dalam tubuh manusia (http://health.detik.com/read/2011/02/02/104602/1558732/763/sirip-ikan-hiu-yang-berkhasiat-tapi-bikin-punah-hiu).

Padahal lembaga Food and Nutrition Information Center Amerika Serikat (AS) menyatakan, sirip hiu yang sebagian besar terbentuk dari tulang rawan justru merupakan bagian yang minim vitamin. Kalau vitamin saja minim, bagaimana sirip hiu bisa menyembuhkan kanker? National Cancer Institute AS menyebutkan satu penelitian klinis acak. "Saat itu kami menguji apakah pengobatan dengan ekstrak tulang rawan hiu akan meningkatkan kelangsungan hidup pasien kanker paru-paru," kata Charles Lu, seorang ahli onkologi di MD Anderson Cancer Center, Houston, AS, yang memimpin penelitian pada tahun 2010 ini. Hasilnya, mereka tak melihat ekstrak sirip hiu dapat meningkatkan kelangsungan hidup pasien kanker.

Fakta lain tentang sirip hiu juga datang dari kelompok pemerhati hewan liar. Mereka menyatakan, sirip hiu dari Hongkong yang mereka teliti mengandung logam berat beracun 42 kali lebih tinggi dari batas aman logam berat yang boleh dikonsumsi manusia. Ini jelas karena pencemaran di laut yang sudah tak terkendali. Hasil kajian ini telah membuat pemerintah AS berpikir ulang meloloskan sirip hiu menjadi hidangan utama di restoran-restoran (http://bangka.tribunnews.com/2011/03/12/sirip-hiu-tak-bermanfaat-bagi-kesehatan).

Mengonsumsi sup sirip ikan hiu telah menjadi tradisi dalam budaya Cina. Sirip ikan hiu telah menjadi industri yang bernilai miliaran rupiah di sana karena supnya dianggap sebagai makanan mewah, berkelas dan menjadi menu kehormatan dalam acara pernikahan, ulang tahun, atau acara penting lainnya (http://health.detik.com/read/2011/02/02/104602/1558732/763/sirip-ikan-hiu-yang-berkhasiat-tapi-bikin-punah-hiu).

Gary Stokes, koordinator kelompok konservasi alam Sea Shepherd kepada AFP, mengungkapkan, dia pernah menemukan 15-20 ribu sirip hiu yang sedang dikeringkan di atap satu pabrik di Hongkong beberapa minggu sebelum perayaan Tahun Baru Imlek. Membayangkan hiu-hiu itu dilempar kembali ke laut setelah siripnya dipotong, Gary menilai ini sebagai sesuatu yang keji, brutal, dan tidak berperikehiuan (http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-01-04/ribuan-sirip-ikan-hiu-ditemukan-di-hong-kong/1069792).

Nilai sirip hiu menjadi bertambah karena selain menjadi hidangan eksklusif di atas meja, juga karena dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Buku-buku kesehatan di negeri tirai bambu menyebutkan, seperti dikutip dari FAO.org, sirip ikan hiu dapat meremajakan kulit, meningkatkan nafsu makan dan energi, baik untuk ginjal; paru-paru; tulang; dan beberapa bagian  tubuh lainnya.

Peneliti dari University of Maryland Medical Center menuturkan, salah satu sumber chondroitin dari non-manusia adalah dari sirip hiu. Chondroitin di dalam tubuh bekerja merangsang pertumbuhan tulang rawan untuk meredakan gejala yang berhubungan dengan osteoarthritis. Para peneliti Italia pada 1995 juga melakukan studi terhadap tulang rawan sirip hiu. Hasilnya, asam aktif (asam eicosapentaenoic) pada tulang rawan sirip hiu bertindak sebagai anti-radang.

Mungkin saja sirip hiu memiliki kegunaan bagi kesehatan, namun dampak negatif perburuannya ternyata lebih signifikan ketimbang sisi manfaatnya untuk kesehatan yang bisa diperoleh dari bahan lain. WildAid pada 2009 mengungkapkan, kepunahan ikan hiu akan menimbulkan gangguan ekologi yang luas serta berpengaruh terhadap kerugian ekonomi dan penurunan ketahanan pangan.

Meningkatnya permintaan sirip hiu kini telah membuat lebih dari 100 juta hiu dibunuh setiap tahunnya, kebanyakan diambli siripnya saja. Tak heran karena sirip hiu adalah salah satu produk laut paling mahal di dunia. Satu mangkuk sup sirip hiu bisa dihargai 50-1.000 dolar AS. Sebagian besar konsumennya adalah Cina dan Jepang. Populasi hiu pun seperti dilansir China Daily, menurun 80 persen dalam 50 tahun terakhir (http://health.detik.com/read/2011/02/02/104602/1558732/763/sirip-ikan-hiu-yang-berkhasiat-tapi-bikin-punah-hiu).

Keuntungannya yang menggiurkan itu, rupanya telah menjadikan Indonesia sebagai negara peringkat pertama penangkap hiu. Dengan harga 1-3 juta rupiah per paket sirip (tergantung ukuran sirip), nelayan Indonesia mana yang tak tergiur. Sirip hiu dari perairan Indonesia misalnya bebas diperjualbelikan di kios-kios di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi (http://www.tempo.co/read/beritafoto/6609/Perdagangan-Sirip-Hiu-di-Muncar).

Berdasarkan data yang dilansir Food and Agriculture Organisation (FAO), dari sekitar 20 negara penangkap hiu,  Indonesia masuk dalam peringkat pertama dengan jumlah tangkapan 109.248 ekor hiu. Peringkat kedua diduduki India dengan tangkapan 74.050 ekor. Urutan berikutnya antara lain adalah Spanyol 59.777 ekor, Taiwan 47.635 ekor, Meksiko 33.971 ekor, dan AS 30.866 ekor (http://news.detik.com/read/2013/05/10/181444/2242901/10/alert-stop-konsumsi-sirip-ikan-hiu?9922022). Dari beberapa negara Asia yang ada dalam daftar 20 negara tersebut, Taiwan menjadi negara Asia pertama yang mengeluarkan larangan praktik perburuan sirip hiu (http://indonesiasharklovers.blogspot.com/2013/01/taiwan-negara-asia-pertama-larang-sirip.html).**


Tidak ada komentar:

Posting Komentar