5/10/2013

Diembargo, Iran Pantang Mundur Bikin Pesawat



Iran meresmikan pesawat tak berawak baru yang diberi nama Epic. Pesawat itu, kata kantor berita Mehr, mampu melakukan pengawasan maupun misi serangan. Tak sebatas untuk militer, Iran juga berniat membuat pesawat komersial kapasitas 150 penumpang, meskipun di tengah ancaman embargo suku cadang dari AS dan para sekutunya.

Cukup bikin AS ketar-ketir
Menteri Pertahanan Iran, Jenderal Ahmad Vahidi, mengatakan, Epic bisa terbang di ketinggian dan merupakan "pesawat siluman” yang tidak dapat dideteksi oleh musuh. Sebelumnya, yakni pada 18 April lalu, Iran juga mengumumkan produksi tiga model pesawat tak berawak lainnya, yakni  Throne, Hazem-3 dan Mohajer-B.

Jenderal Amir-Farzad Esmaili, komandan operasi anti-pesawat, menjelaskan, Throne—juga model siluman—memiliki jangkauan jarak jauh dan dilengkapi peluru kendali dari udara-ke-udara. Iran menurut Esmaili telah memproduksi dan menggunakan puluhan Throne. Sementara Hazem-3 (Solid) dan Mohajer-B (Migrator) adalah model "taktis dan tempur" yang juga mampu melakukan tugas pengintaian (http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/13/05/10/mmk2jq-iran-miliki-pesawat-siluman-yang-tak-bisa-dideteksi-musuh).

Pesawat siluman (stealth aircraft) atau disebut juga “pesawat amat senyap”, adalah pesawat yang dirancang untuk menyerap dan membelokkan radar sehingga membuatnya sulit terdeteksi. Pada umumnya tujuannya adalah melancarkan serangan selagi dia masih berada di luar pendeteksian musuh. Saat Perang Teluk pada 1990-an, angkatan udara AS menggunakan F-117 Nighthawk, salah satu jenis pesawat siluman buatan mereka (http://id.wikipedia.org/wiki/Pesawat_siluman).

Selain itu, Ahmad Vahidi juga mengatakan Teheran akan meluncurkan pesawat pengintai tanpa awak (drone) dan petempur baru buatan dalam negeri dalam beberapa hari mendatang. "Beberapa prestasi lain di sektor pertahanan termasuk peralatan maritim dan rudal juga akan diperkenalkan," kata Vahidi seperti dikutip Irib. Pejabat senior militer Iran itu mengatakan pesawat tanpa awak baru tersebut diberi nama Hamaseh.
Pada Agustus 2010, Iran telah meluncurkan pesawat tak berawak, Karrar, yang memiliki kemampuan menjalankan misi pengeboman, terbang  jarak jauh dengan kecepatan tinggi, dan mengumpulkan informasi. Pada September 2012, Teheran juga meluncurkan drone Shahed 129 dengan kemampuan penerbangan nonstop selama 24 jam (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/05/07/mmf5gp-iran-akan-luncurkan-drone-pengintaipetempur).

Bicara sejarah pesawat tanpa awak, adalah bicara drone. Pesawat tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV) adalah mesin terbang yang memiliki kendali jarak jauh baik oleh pilot atau mampu mengendalikan dirinya sendiri. Pesawat jenis ini menggunakan hukum aerodinamika untuk mengangkat dirinya, bisa digunakan kembali, dan mampu membawa berbagai muatan termasuk persenjataan (http://id.wikipedia.org/wiki/Pesawat_tanpa_awak).

Tak sebatas berhasil memproduksi drone-nya sendiri, Iran seperti diungkapkan Brigadir Jenderal Abdolkarim Banitarafi, Jumat (24/2/13), juga mengumumkan sedang memproduksi mesin turbofan kecil yang digunakan dalam berbagai jenis UAV. Deputi Kepala Industri Penerbangan Angkatan Bersenjata Iran (IAIO) mengatakan, keberhasilan produksi mesin turbofan merupakan langkah signifikan ke arah produksi drone pintar. Iran meluncurkan mesin turbofan pertama di sebuah pameran yang menampilkan kemampuan pertahanan Republik Islam.

Menurut Ahmad Vahidi, Iran tengah menjalankan sejumlah proyek rancang bangun pesawat siluman canggih baru, dan pesawat tempur. Ini kata Vahidi, menyusul langkah besar mereka dalam industri penerbangan melalui desain dan produksi jet tempur Saeqeh, yang telah bergabung dalam armada angkatan udara negara itu. Dalam beberapa tahun terakhir, Iran berhasil mengukir prestasi besar di bidang pertahanan dan meraih kemandirian di bidang perangkat keras militer penting dan sistem pertahanan (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/02/26/lzzike-rancang-pesawat-siluman-dan-tempur-baru-iran-produksi-mesin-turbofan).

Salah satu cara Iran dapat menyerap teknologi pesawat tempur adalah antara lain dengan menyalin data-data rahasia dalam pesawat-pesawat canggih buatan AS yang jatuh di wilayahnya. Misalnya saja teknologi pesawat drone. Drone adalah pesawat pengintai siluman tak berawak, yang bisa melintas tanpa terdeteksi radar.

Dalam peristiwa jatuhnya drone AS pada Februari 2012 lalu di wilayah Iran, Tehran mengklaim berhasil menyalin data-data rahasia dalam pesawat canggih buatan AS ini. Iran lalu dikabarkan mulai mendekati Cina yang sangat ingin mengetahui teknologi pesawat ini. Sama berminatnya terhadap akses pada ekor helikopter AS yang jatuh di Pakistan setelah serangan penangkapan Usamah bin Ladin. Sumber Fox News menyatakan, Tehran sedang membuat tawaran kepada Cina untuk membarternya dengan teknologi.

Atas jatuhnya drone tersebut di Iran, pihak AS menginvestigasi kemungkinan adanya malfungsi drone tersebut bisa “menyerahkan” tidak hanya pesawat tersebut kepada Iran, tetapi juga data di dalamnya. Menteri Pertahanan AS kala itu, Leon Panetta, telah meragukan klaim Iran tersebut, dan menganggap itu hanya gertakan Iran akibat sanksi ekonomi PBB terhadap negara itu (http://www.tempo.co/read/news/2012/04/24/115399259/Tawarkan-Drone-AS-Iran-Ajak-Cina-Barter-Teknologi).

Mengenai gertakan ini, pasca memamerkan jet tempur penakluk Qaher 313 Februari 2013 lalu, misalnya, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad langsung menebar psy war kepada musuh-musuhnya.  Ahmadinejad menyebut Qaher 313 adalah salah satu jet tempur paling canggih di dunia saat ini. ”Ini adalah penghancur bagi musuh-musuh negara. Tapi pesawat ini hadir bukan untuk memicu ancaman bagi kawasan. Doktrin kami adalah tidak akan menyerang sebelum diserang,” tegas Ahmadinejad, dilansir situs Irib News, Minggu (03/02/2013). Menurut klaim Iran, Qaher 313 adalah jet tempur yang didesain dapat menghindari radar musuh dan mampu terbang pada ketinggian rendah.

Departemen Pertahanan AS melalui Pentagon, bereaksi keras atas dipamerkannya Qaher 313. Al Arabiya dalam laporannya menyebut Pentagon panik menyaksikan kesuksesan Iran yang mampu menciptakan pesawat yang prototipenya nyaris sama dengan jet tempur tercanggih F-35 milik AS.  “Tak Diragukan lagi, Iran sudah melangkah terlalu jauh dalam proses pengembangan industri pesawat tempur,” bunyi laporan itu (http://www.lensaindonesia.com/2013/02/03/presiden-iran-qaher-313-jet-tempur-tercanggih-di-dunia.html).

Indonesia Lebih Tertarik Pesawat Israel
Sementara itu pada Februari 2012, saat polemik pembelian sejumlah Tank Leopard bekas belum usai, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Indonesia menyatakan sedang mempertimbangkan membeli jenis UAV buatan Israel Aeros­pace Industries (IAI). Sang komandan Kemenhan, Purnomo Yusgiantoro, menyatakan, UAV buatan negeri zionis itu paling canggih di kelasnya.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigjen Hartind Asrin, menambahkan, kualitas pesa­wat buatan Israel tidak perlu diragukan. Ke­cang­gihan teknologi pesawatnya kata dia, selalu terdepan dengan berbagai inovasi terkini. Jenderal bin­tang satu yang pernah aktif  di Ba­dan Intelijen Strategis (BAIS) ini mengungkap alasan Kemenhan tidak membeli pe­sawat intai buatan Iran, seperti banyak diusulkan anggota DPR, dengan asalan kemampuan industri pertahanan Iran be­lum setara Israel.

Tek­no­logi pesawat dan persenjataan Iran kata Hartind kepada RMOL, kebanyakan didapat dengan membeli dari Cina dan Rusia. Sementara pesawat intai buatan Israel, sudah sangat maju dan jauh meninggalkan tek­nologi banga lain. “Saya punya bukti, tapi itu men­jadi ranah in­telijen, tidak bisa di­buka ke publik,” ujarnya (http://www.rmol.co/read/2012/02/04/53825/Dipasok-China,-Pesawat-Iran-Nggak-Diminati-Kemenhan-).

Industri pesawat Iran dalam beberapa tahun terakhir ini dikabarkan sering diwarnai kecelakaan, termasuk pesawat militer dan sipil. Para ahli mengatakan, hal ini akibat AS mengenakan sanksi terhadap Iran dan melarang para sekutunya menjual pesawat terbang ataupun suku cadangnya ke Iran. Namun bagi Iran, masih terbuka peluang untuk menjalin kerjasama strategis dengan Rusia ataupun Cina yang juga berlomba memproduksi pesawat sendiri.

Karena itu Iran tampaknya tak gentar dengan gertakan AS. Bahkan para pakar pesawat terbang Iran dikabarkan telah menyelesaikan studi kelayakan rencana produksi pesawat yang mampu mengangkut 150 penumpang. “Proyek ini telah memasuki tahap perancangan dan produksi,” ujar Alireza Rahaei, rektor Universitas Amir Kabir seperti dikutip Press TV. Para pakar yang direkrut dari Universitas Amir Kabir, Universitas Sain dan Teknologi Iran dan Fars Science & Technology Park, akan berpartisipasi dalam megaproyek ini (http://web.inilah.com/read/detail/1891825/iran-bakal-produksi-sendiri-pesawat-penumpang).**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar