4/01/2013

Korut Anggap Gencatan Senjata Sejak 1953 Berakhir


“Korea Utara semburkan ancaman-ancaman serangan pada Korea Selatan dan para sekutunya”

Menghadapi ancaman Amerika Serikat dan para sekutu jirannya, Korea Selatan dan Jepang, Korea Utara memperbanyak sesumbar. Terakhir, dalam rapat pleno Komisi Sentral Partai Buruh Korea Utara yang dipimpin Kim Jong Un, Korea Utara bertekad akan mengembangkan dan meluncurkan satelit-satelit yang lebih canggih.

Kim Jong Un meneropong Korsel
Dalam pernyataan yang disiarkan KCNA itu, disebutkan juga bahwa senjata nuklir negara itu tidak bisa diganggu gugat dan tidak akan dihentikan meski diberi bantuan ekonomi “miliaran dolar” pun. Senjata nuklir Korea Utara (Korut), menurut pernyataan yang dilansir kantor berita resmi Korut itu, bukan alat tawar politik; program itu akan ditingkatkan dan dipercanggih sampai dunia yang bebas nuklir terwujud.

Pertemuan itu dilakukan sehari sebelum parlemen negara itu bertemu 1 April di tengah ketegangan yang meningkat dengan Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS). Perkembangan terakhir, sejumlah sumber memberitahu VOA bahwa sekelompok jet tempur siluman Amerika F-22 diterbangkan dari pangkalan udara Kadena, Jepang, ke pangkalan udara Osan, selatan Seoul, untuk bergabung dalam latihan militer bersama di Korsel (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/04/01/mkjrbz-korut-senjata-nuklir-kami-tak-bisa-diganggu-gugat).

Aksi-aksi militer AS dan sekutunya ini, tampaknya kian memancing Korut lebih sering mengeluarkan ancaman serangan.  ''Negara itu telah mengancam akan melancarkan serangan hampir setiap hari sejak dikenakan sanksi oleh PBB,'' demikian laporan Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta, Senin (1/4). (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/04/01/mkjwvo-selandia-baru-desak-korut-berhenti-mengancam).

Berbagai pernyataan politis dari pihak Korut muncul sejak negara ini resmi menyatakan perang terhadap Korsel, pada Jumat, 29 Maret lalu. "Mulai saat ini, hubungan (Korea) Utara dengan (Korea) Selatan memasuki perang dan segala masalah yang muncul di antara Utara dan Selatan akan ditangani secara tepat," ujar pernyataan yang dibawa oleh KCNA.

Pernyataan perang dari Korut ini seolah mengakhir gencatan senjata yang disepakati antara kedua negara bertetangga ini sejak perang pertama mereka pecah pada 1950-1953. Kedua Korea secara teknis memang masih dalam keadaan perang karena perang pada 1950-an itu tidak diakhiri dengan satu perjanjian damai, melainkan sekadar gencatan. Karena itu, Korut awal Maret lalu mengumumkan, gencatan senjata itu tidak berlaku lagi. ''Kondisi lama di Semenanjung Korea tersebut, yaitu tak ada perdamaian tapi juga tak ada perang, akhirnya usai,'' kata satu pernyataan  dari pihak Korut yang disiarkan KCNA (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/04/01/mkjwvo-selandia-baru-desak-korut-berhenti-mengancamdanhttp://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/03/31/mkif98-korea-utara-umumkan-perang-ini-nasib-kompleks-industri-antarkorea).

Sebelumnya, ketegangan di Semenanjung Korea yang meninggi menyebabkan militer Korut menerapkan status siaga perang dan menggeser sistem rudal jarak jauhnya ke arah pangkalan militer milik AS di kawasan Pasifik dan Korsel.
Keputusan perang ini menyusul kenekatan AS menerbangkan beberapa pesawat siluman di langit Semenanjung Korea pada Kamis (28/3) malam, waktu setempat. Presiden Korut, Kim Jong-un mengatakan, aksi manuver pesawat Stealth B-52 milik Paman Sam itu adalah aksi konfrontatif.  “Waktunya telah datang menuntaskan perhitungan dengan imperialis AS,'' kata dia, dalam surat pernyataan yang disiarkan KCNA, Jumat (29/3). Keputusan Jong-un ini terkeras sepanjang konfrontasi teranyar antara Korut dan AS ini (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/03/30/mkg62e-korea-utara-nyatakan-perang). 


Pesawat pengebom B-52 itu terbang dari pangkalan militer AS di Missouri, untuk bergabung dengan pasukan militer AS di wilayah perbatasan dua Korea, untuk melakukan latihan perang. Meski tidak memuntahkan peluru atau pun senjata berat lainnya, aksi pesawat tersebut terpantau jaringan radar pertahanan milik Korut di Pyongyang. Aksi itu mendesak rapat mendadak antar pimpinan militer di Korut (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/03/28/mkexpd-korea-utara-siaga-perang).

Ketegangan di semenanjung Korea meningkat setelah Korut melakukan ujicoba nuklir pada 12 Februari 2013, menyusul ujicoba sama pada 2006 dan 2009. Tes tersebut membuat PBB meningkatkan sanksi atas Korut. Dewan Keamanan (DK) PBB dengan suara bulat, menyetujui resolusi memberlakukan sanksi baru yang keras terhadap Korut sebagai tanggapan terhadap uji coba nuklir tersebut.

http://www.voaindonesia.com/content/pbb-jatuhkan-sanksi-berat-atas-korut/1617373.html).

Namun bukannya melunak, Korut malah makin berang, hingga akhirnya menyatakan perang terhadap Korsel dan sekutunya itu. Pemerintah Korut  bahkan telah memerintahkan tentara dan unit roketnya  bersiap menyerang pangkalan Amerika Serikat di Hawai, Guam, dan daratan utama AS. Pengumuman itu diberitakan kantor berita KCNA setelah Pyongyang mengancam AS.

Kerjasama militer AS dan Korsel (antara lain dengan adanya manuver B-52 di Semenanjung Korea), semakin memperparah ketegangan dengan Korut. Beberapa pekan terakhir, ancaman Korut meningkat. Pyongyang menggertak akan meledakkan bom nuklir di pangkalan AS di Jepang. Sementara itu BBC melansir, Korut tidak memiliki teknologi yang cukup untuk menjangkau daratan utama AS dengan senjata nuklir atau roket. Meski, Korut bisa menarget pangkalan militer AS di wilayah sekitarnya (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/03/26/mk9qqh-korut-perintahkan-tentara-dan-roket-bersiap-serang-as).
 
Pihak Korut mengatakan perangkat militer tersebut disiapkan untuk mengamankan kedaulatan dan martabat. Menurut mereka, musuh Korut telah melebihi batas bahaya. dan satu perintah akan diberikan untuk menyerang. 

Dari Pentagon, Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa mereka menganggap serius ancaman Korut ini. "Kami menanggapi semua yang mereka katakan dan lakukan dengan serius," kata Juru Bicara Pentagon, George Little seperti dilansir PressTV, Rabu (27/3).

Menurut Little, Korut tidak mendapatkan apa-apa dengan mengancam dan memprovokasi selain pengucilan. Ancaman tersebut dinilai juga memundurkan langkah internasional untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di Asia (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/03/27/mkazxc-ini-respons-pentagon-soal-ancaman-korea-utara).

Sementara itu, Park Geun-hye, Presiden perempuan pertama Korsel, saat memperingati ulang tahun ketiga penenggelaman kapal perang Korsel  yang menewaskan 46 pelaut, mengeluarkan imbauan kepada Utara untuk menghentikan ambisi nuklirnya demi menyelamatkan rakyatnya yang kelaparan. Menanggapi itu, juru bicara Komisi Reunifikasi Damai Korea seperti dikutip KCNA, Rabu (27/3), meminta agar Presiden Korsel itu "menjaga mulutnya".

Kebencian Korut terhadap pemimpin-pemimpin Korsel diungkapkan dengan retorika-retorika menyerang ke pribadinya. Korut misalnya menyindir Park dengan menyebut  ada “kipas-kipas berbisa dari busananya”. Korut juga menyebut Lee Myung-Bak, pendahulu Park, yang memotong bantuan ke Pyongyang selama lima tahun memerintah Korsel, sebagai "tikus sialan". Negara penganut paham sosialis ini juga menembak dan menggantung boneka Lee.

Pada saat berkampanye sebagai presiden pada 2012 lalu, Park menempatkan upaya membangun persahabatan dengan Pyongyang pada prioritas utama, namun selalu diakhir dengan menyatakan,  peningkatan hubungan dengan Utara tergantung pada kemauan Utara menghentikan program senjata nuklirnya (http://www.republika.co.id/berita/internasional/palestina-israel/13/03/27/mkb3ga-korut-presiden-korsel-lebih-baik-jaga-mulut).

(penulis: ruri andayani)

News peg:









Tidak ada komentar:

Posting Komentar