4/26/2013

Indonesia Banjir “Cyber Crime” Setiap Hari


Hacker Indonesia, Jim Geovedi, membangun reputasi dunia setelah berhasil meretas satelit

Tindak kejahatan dunia maya (cyber crime) kian mengkhawatirkan. Para hacker alias peretas, kini mulai berani menyerang institusi negara dengan teknik yang kian canggih. Di negara-negara maju, cyber crime menjadi ancaman yang sangat serius. Pasalnya mereka mulai menyerang ke fasilitas nuklir, layanan perbankan, hingga kedaulatan suatu negara.

ROL
Wakil Ketua ID SIKTI II Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII), Muhammad Salahuddin, mengatakan, cyber crime di Indonesia juga tak kalah mengkhawatirkan. Menurutnya, Indonesia diserang 200 ribu cyber crime setiap hari. "Kita bahkan pernah mendapatkan satu juta serangan dalam sehari,” kata Muhammad dalam acara Cyber Defence Contest di Jakarta, Kamis (25/4).

Kompetisi cyber nasional yang digelar FTII ini, ditujukan untuk mencari bibit-bibit SDM (sumber daya manusia) yang mumpuni dan bisa mendukung Kementerian Pertahanan RI dalam menjaga ketahanan dan kedaulatan bangsa, khususnya dalam hal dunia cyber. Lebih lanjut Muhammad mengatakan, cara mengantisipasi serangan tersebut tidak bisa hanya ditangani segelintir pihak. Melainkan juga harus dihadapi serius oleh seluruh komponen masyarakat. (http://www.republika.co.id/berita/trendtek/telekomunikasi/13/04/25/mlsznh-indonesia-diserang-200-ribu-cyber-crime-per-hari).

Kejahatan di dunia maya (cyber crime) sebenarnya tidak melulu melibatkan peretas (hacker). Salah satu definisi cyber crime adalah: tindak kriminal yang dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer sebagai alat kejahatan utama. Cyber crime merupakan kejahatan yang memanfaatkan perkembangan teknologi komputer khususnya internet (http://roniamardi.wordpress.com/definisi-cybercrime/). Termasuk ke dalam cyber crime antara lain adalah penipuan lelang secara online, pemalsuan cek, penipuan kartu kredit/carding, confidence fraud, penipuan identitas, pornografi anak, dll (http://id.wikipedia.org/wiki/Kejahatan_dunia_maya).

Sejarah penyerangan di dunia cyber terjadi pada 1988 yang lebih dikenal dengan istilah cyber attack. Ketika itu ada seorang mahasiswa yang berhasil menciptakan sebuah worm atau virus yang menyerang program komputer dan mematikan sekitar 10% dari seluruh jumlah komputer di dunia yang terhubung ke internet. Pada tahun 1994, seorang bocah sekolah musik, Richard Pryce (16), atau yang lebih dikenal sebagai “the hacker” alias “Datastream Cowboy”, ditahan lantaran masuk secara ilegal ke dalam ratusan sistem komputer rahasia termasuk pusat data dari Griffits Air Force, NASA, dan badan penelitian atom Korea (Korean Atomic Research Institute).

Dalam interogasinya oleh FBI, Pryce mengaku belajar hacking (meretas) dan cracking (secara harfiah artinya “mematahkan”) dari seseorang yang dikenalnya lewat internet yang kemudian dijadikannya sebagai mentor. Mentor ini berjuluk “Kuji”. Hebatnya, hingga kini sang mentor tidak pernah diketahui keberadaan dan identitasnya. Di Indonesia, “prestasi” dalam bidang cyber crime oleh para hacker, cracker dan carder lokal juga patut diacungi jempol (ke atas atau ke bawah?), walau di dunia nyata Indonesia dianggap sebagai salah satu negara terbelakang (sumber: http://roniamardi.wordpress.com/definisi-cybercrime/).

Meski begitu, aksi hacker Indonesia pernah dicibir hacker Israel. Ini terjadi saat sejumlah kelompok peretas dunia berencana melakukan serangan cyber besar-besaran terhadap Israel pada 7 April lalu, seperti dilaporan Hacker Post dan sejumlah situs lain. Kelompok tersebut yang  menamakan diri sebagai Anonymous, mengancam akan menghilangkan Israel dari internet. Serangan terpadu tersebut merupakan lanjutan #opisrael (http://www.republika.co.id/berita/internasional/palestina-israel/13/03/14/mjn4zu-siapsiap-peretas-sedunia-bergabung-serang-israel).

Indonesia juga mengirim “delegasi” untuk dukung #opisrael ini. Namun walaupun berhasil melumpuhkan sejumlah situs, hacker Israel mencibir aksi hacker Indonesia. Dalam satu akun Twitter milik hacker Israel, @IsraelElite, terjadi sebuah percakapan pendek antara pemilik akun dengan pengguna Twitter lain, tertanggal 8 April 2013. Dalam obrolan itu, pemilik akun Israel Elite ini menyorot aksi hacker Indonesia: "Indonesian kids have nothing better to do :)" (http://www.merdeka.com/teknologi/hacker-israel-cibir-aksi-peretas-indonesia.html).

Situs-situs pemerintah Indonesia dengan domain "go.id" juga rentan serangan hacking dengan modus mengganti laman muka situs (deface). Tahun 2012, tercatat 459 kasus serangan deface terhadap domain tersebut. Menurut Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Kalamullah Ramli, penyebabnya karena pemerintah kurang mempersiapkan aspek keamanan digital ketika "go online".

Beberapa bulan lalu kata Kalamullah,  kelompok yang menamakan diri Anonymous Indonesia menyerang sejumah situs milik Pemerintah RI. "Mereka ingin menunjukkan solidaritas pada hacker muda yang ditangkap karena melakukan deface pada situs presiden," jelasnya. Sejauh ini sebagian besar kasus-kasus deface ditengarai hanya dilandasi keisengan. "Banyak yang baru belajar, lalu ingin nge-test," jelasnya. Namun Kalamullah tetap menyarankan penanggung jawab teknologi informasi (TI) agar tidak sesumbar soal keamanan sistem supaya tak mengundang serangan (http://tekno.kompas.com/read/2013/03/14/10095691/Mengapa.Situs.Pemerintah.RI.Kerap.Diretas).

Pada 9 Januari 2013, situs resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yaitu presidensby.info, diretas hacker yang menyebut diri jemberhacker team. Saat itu, situs menampilkan latar belakang hitam dengan tulisan warna hijau "Hacked by MJL007" dan logo “jemberhacker”. Pelakunya diketahui sebagai pegawai warung internet berinisial WYA. Berdasarkan keterangan Kapolres Jember, AKBP Jayadi, ia telah ditangkap. WYA dilaporkan sebagai lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang bekerja sebagai operator dan teknisi komputer di salah satu warnet di Jalan Letjen Suprapto, Jember, Jawa Timur (http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/01/130130_retas_hacker.shtml).


Mengenai upaya pemerintah meredam aksi hacker, Prof Howard A Schmidt, mantan kepala keamanan cyber Gedung Putih Amerika Serikat (AS) mengatakan, saat ini pemerintah AS telah mempunyai sistem terpadu untuk mencegahnya. Dari pengalaman itu, Howard mengatakan, bahwa dalam memerangi cyber crime, pemerintah dengan wewenang yang dimilikinya harus melibatkan semua elemen, seperti institusi swasta dan masyarakat. "Diperlukan kerangka kerja yang baik dalam memerangi cyber crime, seperti strategi identifikasi, mengedukasi pengguna Internet, dan tata cara pencegahan kejahatan," ujar Howard. Dan ini kata dia, memang butuh waktu panjang. 

Sementara kendala Indonesia menurut Kalamullah Ramli, karena banyak pengguna Internet di Indonesia yang belum mengetahui bahaya cyber crime. "Saat ini saya mulai berpikir untuk membuat kurikulum mengenai tindak cyber crime untuk SD dan SMP. Ini penting dilakukan untuk menciptakan masyarakat yang sadar akan penggunaan Internet yang aman," tutup Ramli (http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/397214-ini-trik-cegah--i-cyber-crime--i--dari-eks-bos-keamanan-gedung-putih).

Berkaca pada kasus WYA, di negara-negara maju seperti AS, banyak hacker “baik” yang justru diangkat sebagai tenaga ahli di bidang TI. Salah satu contohnya adalah Adrian Lamo. Lamo didakwa telah melakukan peretasan di banyak perusahaan terkenal seperti The New York Times, Microsot, Yahoo! dan MCI WorldCom. Setelah menjalani masa hukumannya, kabarnya sekarang dia diangkat sebagai analis sekuritas di bidang TI dan mendedikasikan ilmunya untuk sebuah perusahaan di daerah Sacramento. Bahkan tidak sedikit mantan hacker kini menjadi orang top. Salah satunya adalah pendiri Apple, Steve Wozniak.

Herdian Ferdianto, founder PT Simetri sekaligus pengamat TI di Indonesia, mengatakan, sebenarnya dari dulu sampai sekarang sudah banyak hacker yang diangkat jadi tenaga ahli atau security specialist. "Sayangnya, tidak banyak berita yang mengabarkan mereka," jelas Ferdi (http://www.merdeka.com/teknologi/perlukah-pemerintah-berdayakan-hacker-hacker-di-indonesia.html).

Salah seorang hacker Indonesia, Jim Geovedi, bahkan telah membangun reputasi dunia. Dia terkenal karena berhasil meretas satelit. Pada masa ketika nyaris semua informasi dan manusia terkoneksi, Jim bisa setiap saat keluar masuk ke sana: melongok percakapan surat elektronik atau sekedar mengintip perselingkuhan anda di dunia maya.

Dia juga bisa saja mencuri data-data penting: lalu lintas transaksi bank, laporan keuangan perusahaan atau bahkan mengamati sistem pertahanan negara. “Kalau mau saya bisa mengontrol internet di seluruh Indonesia,“ kata Jim dalam percakapan dengan Deutsche Welle (http://www.dw.de/jim-geovedi-hacker-indonesia-yang-bisa-meretas-satelit/a-16564273). Sayangnya, Jim seperti kebanyakan orang pintar Indonesia, lebih “memilih” hilir mudik di luar negeri. Mungkin karena Indonesia tidak memiliki cukup arena dan dana untuk memberdayakan mereka secara layak.**


Tidak ada komentar:

Posting Komentar