4/25/2013

Wanita Perokok Rentan Meninggal Usia Dini



“Perempuan lebih rentan terhadap bahaya nikotin karena mereka memiliki sistem metabolisme pembersihan lebih lambat dibandingkan pria”

Komunitas Wanita Indonesia Tanpa Tembakau (WITT) Jawa Barat, menyatakan prihatin dengan pertumbuhan jumlah wanita perokok di Indonesia yang relatif cukup tinggi. "Jumlah perokok terus mengalami peningkatan, tidak hanya pria tetapi juga wanita dan remaja putri. Jumlahnya cukup memprihatinkan," kata Ketua WITT Jawa Barat, Laila Agung Sutrisno, Kamis (25/4).

3.bp.blogspot.com
WITT merupakan salah satu organisasi sosial yang peduli terhadap kesehatan dan lingkungan, terutama terhadap dampak kebiasaan merokok dan tembakau. Untuk mengoptimalkan kampanye tanpa tembakau, WITT Jawa Barat membentuk duta remaja anti -rokok dengan melibatkan para remaja dan pelajar (http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-nasional/13/04/25/mlt9yu-pertumbuhan-jumlah-wanita-perokok-dinilai-memprihatinkan).

Sebagai gambaran, Kementerian Kesehatan memiliki catatan, jumlah perempuan perokok pada 1995 hanya 1,7 persen, pada 2007 meningkat menjadi 5,06 persen. Praseno H, dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, mengatakan, kadar nikotin dan tar yang rendah malah memicu perokok untuk merokok lebih banyak guna mendapatkan kadar nikotin lebih besar dan kenikmatan lebih (http://kesehatan.kompas.com/read/2010/05/31/06253475/Makin.Banyak.Perempuan.Merokok).

Menurut satu penelitian, peningkatan status eko­nomi dan politik pada kaum wanita mendorong kenaikan jumlah wanita perokok yang mengakibatkan mereka berisiko terserang penyakit dan mening­gal dini pada beberapa dasawarsa ke depan.

Satu analisis di 74 negara menemukan, kaum pria dibanding wanita lima kali lebih mungkin mero­kok di negara-negara dengan pemberdayaan perempuan lebih rendah seperti di Cina, Indonesia, Pakistan, Arab Saudi, dan Uganda. Sementara di negara-negara dengan pemberdayaan perem­puan relatif tinggi seperti Australia, Kanada, Norwegia, Swedia, dan Amerika Serikat (AS), kesenjangan itu kecil dan jumlah perokok wanita hampir sebanyak pria.

Contohnya, di Cina, 61 persen pria dilaporkan menjadi perokok, dibandingkan dengan wanita yang hanya 4,2 persen. Sementara di negara maju, ham­pir sama. Ukuran “pemberdayaan perempuan” dilihat dari Program Pemba­ngunan PBB dengan menggu­nakan data seperti keterwakilan wanita di parlemen, hak memberikan suara, dan membandingkan pendapatan pria dan wanita.

Douglas Bettcher, Direktur Inisiatif Bebas Tembakau pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, penemuan itu menunjukkan perlunya pihak berwenang bertindak cepat menekan laju merokok pada kaum wanita, terutama di negara miskin. “Epidemi tambakau masih dalam tahap awal di banyak negara, tetapi diperkirakan memburuk,” katanya dalam pernyataan bersama studi itu yang dipublikasikan WHO Bulletin.

“Kebijakan pengendalian tembakau yang kuat seperti larangan iklan tembakau diper­lukan untuk mencegah industri tembakau menyasar kaum wanita,” katanya. Tembakau membunuh hing­­ga setengah penggunanya dan digambarkan WHO seba­gai “salah satu ancaman kese­hatan publik terbesar yang dihadapi dunia”. Sejumlah ahli mengatakan, kematian yang terkait tembakau mencapai lebih dari lima juta orang per tahun, dan dapat meningkat hingga melampaui delapan juta orang pada 2030 jika tidak ada aksi untuk mengendalikan merokok.

Sara Hitchman dari Univer­sitas Waterloo, Ontario, Kanada, mengatakan, pihak berwenang perlu melihat cara-cara industri tembakau me­manfaatkan perubahaan sosial untuk menyasar kaum wanita, seperti memasarkan rokok kepada wanita sebagai simpol emansipasi. “Penelitian lebih lanjut terhadap pola penyerapan rokok dapat membantu peme­rintah mengambil lebih banyak langkah efektif dan mengurangi laju merokok pada kaum wanita pada masa depan,” kata Hitcman (http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2184:makin-banyak-wanita-merokok&catid=48:limpapeh&Itemid=200).

Para ahli bahkan menyebutkan, tingkat kejadian kanker paru-paru pada wanita melonjak drastis beberapa dekade terakhir. Hal ini kata mereka akibat gencarnya iklan produsen tembakau yang mendorong wanita untuk merokok agar tetap langsing.
Jumlah kasus kanker paru-paru meningkat lebih cepat dibandingkan pria dan kemungkinan akan menyusul angka kanker paru pria dalam beberapa dekade ke depan. Peneliti dari Kings College, London, memprediksi, dalam 30 tahun ke depan jumlah wanita dengan kanker paru-paru akan lebih banyak. Naik dari 26.000 menjadi 95.000 pada 2040. Sementara jumlah pria dengan penyakit mematikan tersebut hanya akan naik 8 persen, dari 39.000 menjadi 42.000 orang.

Jadi, di saat tingkat kanker paru pada pria mulai stabil, namun pada wanita meningkat sangat cepat. Kanker paru-paru adalah bentuk ketiga paling umum penyakit pada wanita setelah kanker payudara dan usus, tetapi juga salah satu yang paling mematikan. Kurang dari 10 persen pasien mungkin bisa hidup lebih dari lima tahun, terutama karena penyakit ini biasanya lambat terdiagnosis. Kanker paru-paru umumnya terjadi di usia 50-an.

Kebiasaan merokok pada wanita (khususnya di Inggris) mulai terdeteksi pada 1960-an, seiring gencarkan iklan rokok yang memperlihatkan wanita yang merokok sebagai glamor dan inspiratif. Amanda Sandford, dari Action on Smoking and Health mengatakan, banyak produsen menggunakan gambar model cantik, merokok, dan ramping. "Merokok dikaitkan dengan menjadi langsing dan menarik. Bahkan beberapa merek menggunakan nama slim, "katanya (http://m.life.viva.co.id/news/read/367638-studi--kanker-paru-di-kalangan-wanita-melonjak).

Satu studi yang dilaporkan dalam New England Journal of Medicine menyebutkan, risiko kematian  perokok perempuan saat ini lebih tinggi dibandingkan perokok perempuan yang hidup di tahun 1960an, karena perempuan saat ini memulai kebiasaan merokok lebih cepat dan lebih banyak setiap harinya dibanding  generasi sebelumnya.  

Namun studi  yang mengambil data lebih dari 2 juta perempuan di AS berusia 55 tahun atau lebih, mencakup periode 1959-2010 menunjukkan, bahwa jika berhenti merokok pada usia berapa pun, secara dramatis akan mengurangi angka kematian dari semua penyakit utama yang disebabkan oleh merokok. (http://www.tempo.co/read/news/2013/01/25/060456767/Resiko-Kematian-Wanita-Perokok-25-Kali-Lebih-Tinggi).

Perempuan perokok akan mengalami dampak jangka pendek seperti gigi kuning, bau mulut dan kerutan dini. Penelitian telah menunjukkan, perempuan lebih rentan terhadap bahaya nikotin karena mereka memiliki sistem metabolisme pembersihan lebih lambat dibandingkan pria. Karenanya perempuan 12 kali lebih rentan terhadap kematian akibat kanker paru-paru dibandingkan non-perokok dan memiliki peningkatan risiko kanker lain seperti kanker laring, faring, mulut, ginjal, esofagus, pankreas, ginjal, dan kandung kemih. Mereka juga 10 kali lebih rentan terhadap kematian akibat bronkitis dan emfisema.

Pada jangka menengah, perokok perempuan akan mengalami keputihan yang tidak biasa, perdarahan, dan peningkatan frekuensi amenore sekunder yakni: tidak adanya menstruasi dan ketidakteraturan menstruasi. Perempuan berisiko lebih mengembangkan penyakit kardiovaskuler seperti serangan jantung dan stroke selama penggunaan estrogen. Wanita yang merokok 72% lebih mungkin untuk menderita infertilitas dibandingkan non-perokok.

Nikotin menyebabkan aliran darah ke area alat kelamin terhambat, sehingga dapat mempengaruhi gairah dan kepekaan saat berhubungan intim. Merokok juga menyebabkan penurunan kesuburan. Wanita hamil yang merokok dapat menghadapi masalah-masalah seperti kelahiran prematur, ketuban pecah dini, plasenta previa, keguguran, hingga kematian neonatal.

Meskipun beberapa wanita menyadari masalah ini, mereka terus saja merokok. Beberapa alasan populer yang dijadikan pembenaran para perempuan untuk merokok adalah, merokok memungkinkan mereka untuk bersantai dan mengekang perasaan atau potensi agresi, dan kadang-kadang bahkan depresi. Stres bisa sering terjadi di tempat kerja dan di rumah, dan merokok adalah salah satu cara perempuan meredakan diri dari sensasi stres. Banyak wanita juga merokok untuk menurunkan berat badan. Metode ini efektif, namun dampak negatifnya  lebih besar daripada manfaatnya (http://www.artikelpria.com/2013/01/29/mengapa-wanita-merokok-dan-apa-akibat-merokok-untuk-wanita.html).**

Newspeg:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar