4/06/2013

Antara Jiwa Korsa Kopassus dan Kebebasan Premanisme



“Discovery Channel Military menyatakan, Kopassus adalah kesatuan terbaik dunia setelah SAS Inggris dan MOSSAD Israel”

Pihak TNI AD, Kamis (4/4/13) akhirnya mengakui bahwa aksi penyerbuan LP Cebongan yang menewaskan empat tahanannya, dilakukan oknum Kopassus. Menanggapi kasus ini, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) meminta agar pengusutan kasus ini dilakukan dari hulu ke hilir, dengan merunutkan semua aparatur yang tersangkut, mulai kepolisian, TNI, hingga Kementerian Hukum dan HAM sebagai yang membawahi lapas (lembaga pemasyarakatan). 
korps baret merah

"Kalau mau bebenah, lihat dari konteks kacamata holistik. Anggapan penegakan hukum jangan seperti pemadam kebakaran, setelah padam lalu pergi," ujar Komisioner Komnasham, Nur Kholis, Sabtu (6/4). Sebelumnya, Komnas HAM menilai Indonesia saat ini sudah sampai pada darurat kekerasan. Pengupasan kasus kekerasan dan premanisme selama ini pun cenderung dilakukan di permukaan dan kasus per kasus. Tidak ada upaya pengusutan mendalam. Akibatnya, insiden kekerasan dan premanisme terus berulang bahkan lebih masif dari masa ke masa (http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/04/06/mku3qd-komnas-ham-usut-hierarki-birokrasi-terkait-cebongan).

Mengenai terseretnya kasus penyerbuan LP Cebongan oleh oknum Kopassus (Korps Pasukan Khusus) ke masalah premanisme, anggota Komisi III DPR, Sarifuddin Sudding, mengatakan, memang ada unsur premanisme dari kejadian yang memicu insiden Cebongan. Terbunuhnya prajurit Kopassus, Sertu Santoso, di Hugo's Café secara sadis, menurutnya berkaitan dengan aksi premanisme. Karena kasus itu diduga dilakukan oknun-oknum yang biasa menjadi “penguasa” di tempat hiburan tersebut. Di saat yang sama, pengamat militer LIPI, Ikrar Nusa Bakti, mengatakan, ini menjadi satu titik yang sangat baik di dalam sejarah kita dimana TNI dan Polri bersama untuk memerangi premanisme. (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/04/06/mkty0f-kasus-cebongan-momentum-perangi-premanisme).

Pada hari sabtu,23 Maret lalu, LP Cebongan, Sleman, Yogyakarta, disatroni belasan orang bersenjata senapan laras panjang, pistol, dan granat. Mereka menerobos gerbang penjara, menahan sipir, dan menembak mati empat tahanan: Angel Sahetapi alias Deki (31), Adrianus Candra Galaga alias Dedi (33), Gameliel Yermiayanto Rohi alias Adi (29), dan Yohanes Yuan (38). Keempatnya adalah tersangka pertikaian di Hugo’s Cafe, Maguwoharjo, Yogyakarta, 19 Maret lalu, yang menewaskan anggota TNI AD dari Kesatuan Kopassus Kandang Menjangan, Kartosuro, (yang terdapat di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah), Sersan Satu Heru Santoso (31). (http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/04/04/mkoyf8-sketsa-wajah-mulai-digunakan-untuk-penylidikan-kasus-lp-cebongandanhttp://www.tempo.co/read/news/2013/04/04/063471237).

Hampir dua pekan, pelaku penyerbuan LP Cebongan ini masih misterius. Berbagai spekulasi bermunculan, antara lain yang menyebutkab bahwa pelaku penyerbuan adalah anggota Kopassus. Hingga kemudian pada Kamis, 4 April, Tim Investigasi yang dibentuk TNI AD mengakui bahwa pelaku insiden LP Cebongan adalah oknum anggota Kopassus.

"Bahwa secara kesatria dan dilandasi kejujuran serta tanggung jawab, serangan LP Cebongan, Sleman, pada 23 Maret 2013 pukul 00.15 WIB diakui dilakukan oleh oknum anggota TNI AD, dalam hal ini Grup II Kopassus Kartosuro, yang mengakibatkan terbunuhnya empat tahanan," kata Wakil Danpuspom TNI AD, Brigjen Unggul K.Yudhoyono, yang juga ketua Tim Investigasi kasus tersebut di Mabes TNI AD, Jakarta, Kamis (4/4/2013).

Diungkapkan bahwa Serka Heru Santoso merupakan pejabat Bintara Peleton Kopassus yang notabene atasan langsung para pelaku. "Peristiwa tersebut dilatarbelakangi jiwa korsa yang kuat di mana jiwa korsa merupakan roh setiap kesatuan militer. Namun, diakui kegiatan serangan ke Lapas II Cebongan adalah penerapan jiwa korsa yang tidak tepat," ujar Unggul (http://nasional.kompas.com/read/2013/04/04/17441086/TNI.AD.Akui.Oknum.TNI.Serang.LP.Cebongan).

Unggul mengatakan, sebelas anggota Kopassus ini pada hari pertama pembentukan tim investigasi TNI Angkatan Darat, langsung mengakui sebagai penyerbu LP Cebongan dan membunuh "preman" di dalamnya. "Pelaku merasa berutang budi pada Santoso karena pernah dibantu saat operasi," kata Unggul (http://www.tempo.co/read/news/2013/04/04/063471237). Ke-11 anggota tersebut kata Unggul, menyerang dengan 6 senapan. Beberapa langsung datang ke Sleman setelah latihan di Gunung Lawu (http://m.merdeka.com/peristiwa/sepotong-pagi-di-markas-grup-2-kopassus-kartosuro.html).

Sebelumnya, Mabes Polri  sudah mengantongi ciri-ciri para pelaku yang bersenjata laras panjang dan bertopeng saat melakukan penyerangan di  LP Kelas II B Cebongan. "Cuma kita belum bisa sampaikan kepada publik, karena akan digunakan lagi untuk penyelidikan," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Jakarta, Rabu (27/3). Boy mengakui bahwa aksi yang dilakukan terbilang rapi dan terencana. Sebab, katanya, para pelaku melakukan aksi mereka hanya dalam waktu singkat, kurang lebih 15 menit (http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/13/03/27/mkb5bb1-polri-kantongi-identitas-penyerang-lapas). 

Sementara itu Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Mayor Jenderal TNI Agus Sutomo, Jumat (5/4/2013), mengatakan, keberadaan Serka Heru di kafe tersebut terkait jabatannya sebagai anggota intel. Artinya, keberadaannya di dalam kafe tersebut pun dalam rangka tugas. Menurut Agus, tugas anggota intel adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya dari lapangan, kemudian dilaporkan ke dalam rapat setiap bulannya di kesatuan masing-masing yang dinamakan Rakominda. Namun, Agus pun tidak melanjutkan secara rinci tugas yang dimaksud. "Jadi, waktu itu dia sedang tugas, tidak ada itu yang namanya main-main. Orang anaknya baik sekali, tidak pernah minum-minum," ujar Agus. Bahkan, kata Agus, Serka Heru adalah salah satu prajurit yang berprestasi di kesatuan. Oleh sebab itu, pihaknya pun mengaku sangat kehilangan Serka Heru (http://nasional.kompas.com/read/2013/04/05/13461183/Ini.Penjelasan.Mengapa.Serka.Heru.di.Hugos.Cafe). 

Anggota Komisi III DPR RI yang membidangi hukum dan perundang-undangan, hak asasi manusia, dan keamanan, Aboe Bakar Al Habsy di Jakarta, Kamis (4/4), mengatakan, insiden Cebongan menjadi kado pahit menjelang HUT Kopassus pada 16 April. Namun ia berharap kasus ini jangan sampai menciderai mentalitas anggota dari kesatuan ini. "Discovery Channel Military menyatakan bahwa Kopasus adalah kesatuan terbaik dunia setelah SAS milik Inggris dan MOSSAD milik Israel, sampai saat ini mereka masih sebagai kesatuan terbaik dunia," kata dia (http://www.antaranews.com/berita/367115/legislator-kopassus-terima-kado-pahit-jelang-hut). 

Sementara itu, Viktor Manbait, juru bicara keluarga empat orang korban tewas peristiwa LP Cebongan, menolak penyebutan “preman” terhadap keempat anggota keluarganya itu. "Kami keluarga menolak penyebutan kata ‘kelompok preman’ atas keempat korban. Kami menilai labelisasi ini adalah skenario TNI untuk melemahkan posisi korban. Vonis atas tindakan yang dilakukan oleh para korban hanya bisa disampaikan oleh pengadilan melalui proses hukum yang fair dan professional," kata Viktor kepada Kompas.com, Sabtu (6/4/2013).

Selain itu, menurut Viktor, pihak keluarga juga menolak kesimpulan awal yang disampaikan Tim Investigasi TNI AD. Pihak keluarga menilai, kesimpulan yang menyatakan penyerangan ke LP Cebongan akibat pembunuhan terhadap Serka Heru Santoso dan pembacokan terhadap Sertu Sriyono, adalah sebuah rekayasa. Ini kata Viktor, menunjukkan bahwa Tim 9 (Tim Investigasi TNI-AD) tidak melakukan investigasi secara menyeluruh dengan metode kerja penyelidikan yang memenuhi standar. “Perlu kami sampaikan bahwa berdasarkan informasi yang diterima oleh keluarga, peristiwa pembacokan terhadap Sertu Sriyono dilakukan oleh seorang mantan anggota Kopassus yang bernama Marchell," papar Viktor.

Viktor lalu meminta agar Presiden SBY selaku kepala pemerintahan dan Panglima Tertinggi TNI  segera membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) mengusut secara tuntas peristiwa LP Cebongan sampai membawa seluruh pelaku ke pengadilan Hak Asasi Manusia (http://www.tribunnews.com/2013/04/06/keluarga-korban-jangan-sebut-mereka-preman).


Newspeg:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar