4/02/2013

Lulusan Fisika Nuklir Jadi Dirut Baru Bank Mandiri



“Jika belum berubah, sebagai Dirut Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin akan mendapat gaji sebesar Rp 166 juta per bulan, jumlah yang sempat bikin Presiden SBY cemburu”

Para pemegang saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, akhirnya menunjuk Budi Gunadi Sadikin menjadi direktur utama, menggantikan Zulkifli Zaini yang habis masa tugasnya. Penunjukkan ini dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan terbatas tersebut Selasa (2/4). 
Budi Gunadi Sadikin

"Kesempatan ini merupakan amanah yang besar dan berat karena meneruskan kinerja gemilang pimpinan sebelumnya, Pak Agus (Martowardoyo) dan Pak Zulkifli," ujar Budi. Bersama dengan direksi dan 30.000 lebih karyawan Bank Mandiri, Budi ingin membawa bank tersebut menjadi bank terbaik di Indonesia dan Asia (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/13/04/02/mkmdgw-budi-gunadi-sadikin-jadi-dirut-bank-mandiri).

Budi Gunadi Sadikin adalah lulusan Fisika Nuklir dari Institut Teknologi Bandung pada 1988. Pria kelahiran 1964 ini mengawali karir sebagai staf teknologi informasi di IBM Asia Pasifik yang berpusat di Tokyo, Jepang. Kemudian, ia melanjutkan karir di IBM Indonesia dengan jabatan terakhir sebagai Systems Integration & Professional Services Manager hingga 1994.

Mulai 1994, ia pindah Bank Bali (sekarang Bank Permata). Budi beberapa kali memegang sejumlah jabatan, di antaranya sebagai General Manager Electronic Banking, Chief General Manager wilayah Jakarta, dan Chief General Manager Human Resources hingga 1999. Lalu Budi bergabung dengan Bank ABN Amro Indonesia dengan jabatan terakhir sebagai Direktur Consumer Banking hingga 2004. Lalu ia loncat ke Bank Danamon sebagai Executive Vice President Consumer Banking dan Direktur di Adira Quantum Multi Finance. Pada 2006, Budi bergabung ke Bank Mandiri. Posisi terakhirnya adalah Direktur Micro & Retail Banking (http://www.bisnis.com/direktur-utama-bank-mandiri-rups-mengarah-ke-budi-gunadi-sadikin).


Jika belum berubah, untuk jabatan barunya ini Budi akan mendapat gaji sebesar  Rp 166 juta setiap bulannya. Gaji ini belum termasuk berbagai tunjangan dan fasilitas yang akan diterima Budi sebagai Dirut Bank Mandiri.  Gaji ini melebihi gaji Dirut PT Telkom (Rp 118 juta/bulan), Dirut PT Antam (Rp 105 juta/bulan), namun Rp 1 juta lebih kecil dari gaji Dirut Bank BRI. Sekedar sebagai perbandingan, gaji Gubernur Bank Indonesia “hanya” Rp 153,9 juta/bulan (http://www.gajimu.com/main/gaji/gaji-pejabat-negara-ri/gaji-direksi-bumndanhttp://jaringnews.com/ekonomi/umum/9088/gaji-gubernur-bi-tak-sampai-sepertiga-gaji-dirut-bank-mandiri).

Oktober 2012 lalu, Menteri BUMN, Dahlan Iskan, mengatakan, gaji jajaran direksi BUMN besar karena disesuaikan dengan tugasnya untuk memecahkan persoalan dan mencari solusi agar perusahaan yang dipimpinnya maju. “Saya bayar tinggi karena tugasnya memang sulit-sulit,” ujar Dahlan ketika itu (http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/10/dahlan-iskan-gaji-dirut-bumn-besar-karena-tugasnya-berat/).

Gaji Dirut Mandiri ini bahkan lebih besar dari gaji sang boss, Menteri BUMN (dan juga menteri-menteri lainnya). Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (menpan dan RB), Azwar Abubakar,  30 januari lalu menyebutkan, gaji pokok menteri saat ini senilai Rp 6 juta. Jika digabung dengan tunjangan menjadi Rp 19,6 juta. Hal itu dikatakannya ketika menyampaikan rencana kenaikan gai para pejabat negara tahun 2013 ini. "Kenaikan tunjangan ini signifikan. Perlu dipikirkan dan disesuaikan dengan bobot dan tolok ukur kerja. Kenaikan gaji menteri menjadi Rp 20-25 juta rupiah," cetusnya (http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2013/01/30/22967/wuih-gaji-presiden-menteri-dan-pejabat-lain-bakal-naik-tahun-ini/).

Meskipun tampak sedikit, namun jika ditotal dengan berbagai penerimaan lainnya, penghasilan para menteri ini bisa mencapai  Rp 100 juta lebih. Tak heran jika posisi ini tetap menjadi incaran, selain peluang yang bisa didapat sebagai seorang menteri. Roy Salam, Peneliti Hukum dan Politik Anggaran Indonesia Budget Center (IBC), pernah mengatakan, gaji yang diterima seorang menteri hanya terdiri dari dua item yakni gaji pokok dan tunjangan jabatan. "Tapi itu baru dua item ya, masih ada honor-honor seperti menjadi anggota kepanitiaan program-program pemerintah dan juga masih ada dana taktis menteri yang besarnya antara Rp 100 hingga Rp 150 juta," kata Roy (http://news.detik.com/read/2009/10/26/140055/1228688/10/gaji-menteri-hanya-rp-18-juta-tapi-penghasilan-di-atas-rp-100-juta).

Mengenai gaji para Dirut BUMN (tertentu) ini, bahkan sempat membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bagai cemburu. Saat peresmian pembukaan Indonesia Bussiness BUMN Expo and Conference (IBBEX) 2010 di Jakarta pada 23 September 2010, yang dihadiri para direktur dan komisaris 141 BUMN di seluruh Indonesia, SBY menyindir pada direktur dan komisaris BUMN yang gajinya besar.

Gaji para pimpinan BUMN itu kata SBY, lebih besar berkali lipat dibanding gajinya sebagai Presiden. "Sebagian Direktur BUMN gajinya jauh di atas gaji Presiden," kata SBY. Presiden tidak mempermasalahkan gaji yang besar itu, yang penting kinerja para pimpinan BUMN itu baik. "Jangan sampai ada pimpinan yang gajinya sepuluh kali lipat dari gaji Presiden, ternyata tidak lebih sregep (rajin) dari Presiden," katanya waktu itu (http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi/10/09/23/136102-presiden-sindir-pimpinan-bumn-bergaji-besar).

Demi mendengarkan sentilan SBY itu, Dahlan Iskan yang kala itu masih menjabat Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), sampai sibuk berusaha menafsirkannya. “Kami dengan Kementerian BUMN sering membicarakan apa sebetulnya maksud mendasar dari sentilan bapak presiden," kata Dahlan. Dahlan mengatakan itu di depan Presiden SBY sendiri saat acara peluncuran masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia (MP3EI) pada 27 Mei 2011.

"Kami tafsirkan direksi BUMN yang gajinya lebih besar, harus bekerja jauh lebih keras, jauh lebih efisien," ujar Dahlan. Sebab kata Dahlan, menurunkan gaji Direktur BUMN tidak mungkin, sedangkan presiden juga tidak mungkin meminta gajinya dinaikkan (http://log.viva.co.id/news/read/223011-gaji-besar--direksi-bumn-harus-kerja-keras).

Namun di saat sama, sejumlah Dirut BUMN lain justru menyatakan mundur. Pada Juli 2012 lalu, Dirut PT Inti (Persero) Irfan Setiaputra menyatakan mundur dari jabatannya itu dengan alasan "financial plan" yang bisa ditafsirkan dengan gaji yang tidak sesuai dengan kapasitasnya. Irfan yang sudah mengabdi selama 3,5 tahun di INTI ketika itu mengaku akan menjadi CEO pada sebuah perusahaan tambang swasta.
"Saya juga ketika menjabat Dirut PLN inginnya tidak lama-lama hanya 3,5 tahun tidak mau lama-lama hingga 5 tahun. Karena saya harus memperbaiki ekonomi keluarga saya," kata Dahlan (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/07/31/m80c9u-dahlan-wajar-dirut-bumn-mundur-karena-gaji).


News peg:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar