4/20/2013

Ayah Terduga Bom Boston: Seseorang Telah “Membingkai” Mereka


“Bom yang meledak di Boston merupakan bahan peledak rakitan yang dikemas dalam sebuah panci tekan”

Pencarian terhadap Dzhokhar Tsarnaev (19), satu dari dua bersaudara terduga pelaku bom Boston, berakhir sudah. Polisi Boston dikabarkan telah menangkap  adik dari Tamerlan Tsarnaev ini. Sementara Tamerlan, kakak Dzhokhar, menurut polisi, sudah ditembak mati. Anzor Tsarnaev, ayah kedua bersaudara ini, mengatakan, kedua anaknya telah dijebak oleh dinas rahasia karena mereka beragama Islam.
Adik kakak terduga pelaku bom Boston

"Tertangkap. Pengejaran berakhir. Pencarian selesai. Teror selesai dan keadilan menang. Terduga ditangkap," demikian gaya polisi Boston ketika menulis di akun Twitter-nya, seperti dilansir Reuters, Sabtu (20/4). Sebelumnya, dalam upaya bersembunyi dari kejaran polisi, Dzhokhar berhasil meloloskan diri saat baku tembak antara mereka dengan polisi terjadi pada Jumat (19/4). Sementara sang kakak, Tamerlan Tsarnaev (26), ditembak mati polisi.

Dalam pelariannya, sang kakak dikabarkan sempat menembak dan bahkan membunuh seorang polisi kampus serta melukai polisi lainnya. Kejadian ini terjadi pada Jumat dini hari di Watertown,
daerah pinggiran Boston, negara bagian Massachuset, beberapa jam setelah Biro Investigasi Federal (FBI) menyebar foto mereka, pada Rabu (18/4).

Tsarnaev bersaudara merupakan warga berkebangsaan Chechnya,  satu wilayah otonom di Rusia. Mereka sudah tinggal di Amerika Serikat (AS) sekitar satu dekade, dan memiliki izin tinggal sah. Mereka menjalani pendidikan dasarnya di Republik Dagestan, dan pernah menjalani pelatihan militer. Chechnya dan Dagestan adalah satu wilayah yang berada di Kaukasus Utara dengan penduduk mayoritas muslim. FBI pernah mewawancarai Tamerlan pada 2011 atas permintaan pemerintah asing, namun FBI menutup kasus ini karena tidak menemukan alasan untuk khawatir (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/04/20/mlj575-terduga-pelaku-bom-boston-kedua-tertangkap).

Sebelum Dzhokhar tertangkap, ayah kedua bersaudara itu kepada kantor berita Interfax di Makhachkala, kota di Kaukasus Utara, Rusia, menyatakan, kedua putranya tidak bersalah atas kejahatan apapun. "Menurut saya, kedua anak saya dijebak oleh dinas rahasia karena mereka beragama Islam," kata sang ayah, Anzor Tsarnaev, Jumat. “Mengapa mereka membunuh Tamerlan? Bukankah seharusnya mereka menangkapnya hidup-hidup," kata Anzor lagi.

Berdasarkan keterangan sang ayah, Dzhokhar adalah mahasiswa kedokteran tahun kedua di AS. "Kami sedang menunggunya pulang ke Rusia untuk masa liburan, sekarang saya tidak tahu lagi apa yang akan terjadi," katanya. (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/04/20/mlivye-beginilah-reaksi-ayah-tersangka-pelaku-bom-boston).

Dalam wawancara di televisi yang dikutip CNN, Sabtu (20/4), Anzor berharap, Dzhokhar ditangkap hidup-hidup untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, karena dia menduga seseorang telah “membingkai” anak-anaknya itu. “Saya tidak tahu siapa mereka, namun seseorang melakukannya," kata Anzor. Sang ayah menganggap tindakan polisi yang membunuh Tamerlan, adalah pengecut. Ia menyesalkan keluarganya tidak diberitahu informasi yang cukup, dan malah tiba-tiba mendengar kabar Tamerlan mati terbunuh.

Ia takut adiknya juga dibunuh oleh polisi, padahal kata dia, keduanya belum tentu bersalah dan bukan pelaku bom Boston yang sebenarnya. "Mereka harus menangkapnya hidup-hidup, dan biarlah pengadilan yang memutuskan siapa yang benar dan siapa yang salah," katanya. 

Anzor bercerita, bahwa anak-anaknya itu berada di AS untuk sekolah. "Saya selalu berpesan kepada mereka untuk selalu belajar. Dalam hidup ini, orang yang tidak belajar akan bekerja lebih keras," katanya. Namun ia pun mengucapkan belasungkawa terkait tragedi Boston. Ia mengutuk dan menyebutkan bahwa siapapun yang melakukan aksi laknat itu adalah orang brengsek (http://dunia.news.viva.co.id/news/read/406663-ayah-pelaku-bom-boston--anak-saya-dijebak).

Meskipun Anzor yakin anak-anaknya tidak bersalah, namun seperti dilaporkan ABC News, dia sempat meminta putranya itu menyerahkan diri secara damai. "Menyerahlah. Kamu memiliki masa depan yang cerah. Pulanglah ke Rusia," kata Anzor seraya menyatakan bahwa anaknya ini adalah malaikat sejati. Namun Anzor juga memperingatkan AS untuk tidak membunuh putranya itu. "Jika mereka membunuhnya, maka semua akan mengalami kerugian,” ujar Anzor.

Ia mengaku sempat melakukan pembicaraan telepon dengan kedua putranya itu pada awal pekan ini (setelah bom meledak).  "Kami berbicara tentang pengeboman itu. Saya khawatir tentang itu," kata Anzor. Menurut Anzor, anak-anaknya menenangkan dirinya. “Semuanya baik, Ayah. Semuanya sangat baik," ujar Anzor mengutip ucapan anak-anaknya (http://international.sindonews.com/read/2013/04/19/42/740052/ayah-pelaku-bom-boston-sebut-anaknya-sebagai-malaikat).

Sang ayah menyampaikan keterangan mengenai anak-anaknya ini setelah polisi berhasil menghubunginya saat berada di Kota Makhachkala. Sementara itu, teman-teman sekolah menengah atas (SMA) Dzhokar yang juga diwawancarai mengatakan, lelaki 19 tahun itu sesungguhnya anak yang disukai dan humoris. Dia bukan tipe anak penyendiri yang sering diidentikkan dengan pelaku kejahatan (http://www.merdeka.com/dunia/ayah-tersangka-bom-boston-anak-saya-malaikat-sejati.html). Ibunda keduanya, Zubeidat Tsarnaeva, juga  menyatakan hal yang tak jauh berbeda dengan Anzor, seperti dikutip CNN, Minggu (21/4).
NBC News melaporkan, Tsarnaev bersaudara yang telah menetap secara sah di AS selama beberapa tahun terakhir itu, diyakini bertanggung jawab atas serangan maut pada Senin (14/4) di garis finis lomba Maraton Boston. Kepolisian Boston mengimbau 900.000 orang yang bermukim di kota itu untuk tidak keluar rumah setelah drama pengejaran terhadap Dzhokar digelar pasca-tertembaknya Tamerlan. Polisi dengan senapan dilaporkan membanjiri jalanan Boston, helikopter pencari meronda dari udara, dan sirene meraung-raung di seluruh kota, sementara regu bom menggeledah rumah demi rumah.

Tragedi bom Boston merupakan yang terburuk sejak serangan ke menara WTC pada 11 September 2001. Dalam peristiwa ini, dua bom meledak dan menewaskan tiga orang dan 170 orang lainnya mengalami luka ringan sampai serius. Ada dua ledakan di dekat garis finish lomba lari maraton Boston pada 15 April 2013 tersebut (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/04/20/mlivye-beginilah-reaksi-ayah-tersangka-pelaku-bom-boston).

Pada Kamis, saat warga Boston mengadakan acara penghormatan bagi tiga korban tewas, Presiden AS, Barack Obama, berjanji  akan mengadili pelaku pengeboman itu. Ketiga korban tewas bom Boston adalah seorang bocah berusia 8 tahun, Martin Richard; mahasiswa pasca-sarjana Universitas Boston, Lu Lingzi dari Cina; serta seorang manajer restoran, Krystle Campbell (29).

Lebih dari 100 yang luka telah meninggalkan rumah sakit Boston, sementara  kurang dari 10 korban masih dalam kondisi gawat . Dokter yang menangani para korban menyatakan, beberapa masih mengalami cedera yang mengerikan sementara beberapa masih perlu menjalani operasi (http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/04/20/7/148067/Ayah-Pelaku-Bom-Boston-Sebut-Anaknya-Tak-Bersalah).

Sementara itu paman kedua terduga pelaku bom Boston, Ruslan Tsarni, menganggap kelakuan dua keponakannya itu telah mempermalukan keluarga. "Tidak hanya keluarga, tetapi juga seluruh etnisitas Chechnya," ujar Ruslan, seperti dikutip Guardia, Jumat (19/4). Ruslan saat berbicara kepada reporter di luar rumahnya, di Montgomery, Maryland, AS, sempat meminta agar Dzhokhar yang saat itu masih buron, untuk menyerahkan diri.

"Serahkan dirimu dan memintalah maaf kepada korban dan kepada mereka yang terluka," ujarnya seraya mengatakan bahwa warga Chechnya adalah orang-orang yang cinta damai. Ruslan menegaskan bahwa sat ini keluarganya pun sama menderitanya seperti korban pada pengeboman Senin. Ia lalu meminta maaf kepada warga Boston dan AS. “Saya siap berlutut di depan mereka untuk meminta permaafan." (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/04/20/mlilxj-paman-dzhokhar-dan-tamerlan-mencoreng-seluruh-chechnya).

Sementara sepupu Tamerlan, Zaur Tsarnaev, Jumat mengatakan hal yang menyudutkan Tamerlan. Kata Zaur, sepupunya itu selalu hidup dengan masalah. "Dia tak pernah bahagia, tak pernah gembira, tak pernah tersenyum. Dia pernah menyerang pacarnya, dia bukan orang baik," ujarnya kepada Boston Globe. Tamerlan keluar dari kuliah sebelum lulus. Dia pun harus menganggur. Tamerlan pernah menghadapi tuduhan melakukan kekerasan pada 2009. Memiliki hobi bertinju, dia pun mengembangkan bakatnya sebagai petinju amatir sama seperti ayahnya. Dia bertinju di kelas berat, dan pernah ikut kompetisi level nasional yakni Golden Gloves. "Dia petinju terbaik di Boston,"ujar John Allan, pemilik Wai Kru Mixed Martial Arts (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/04/21/mllg6q-sepupu-pengebom-boston-tamerlan-tak-pernah-tersenyum).

Pengejaran Kedua Tersangka
Pengejaran terhadap duo Tsarnaev berawal ketika Tamerlan dan Dzhokhar melakukan perampokan di sebuah toko dekat kampus Massachusetts Institute of Technology (MIT), Rabu malam. Dalam perampokan ini, mereka menembak mati seorang petugas keamanan MIT. Mereka lalu membajak sebuah mobil dan menurunkan pengemudinya di sebuah pom bensin.

Di tengah kejaran polisi, mereka menghentikan mobilnya di Watertown menjelang tengah malam. Mereka sempat saling tembak dengan polisi dan melempar bom rakitan. Tamerlan akhirnya roboh dengan luka tembakan di sekujur tubuhnya sementara Dzhokhar berhasil kabur, namun diduga sudah tertembak. Untuk mempersempit ruang gerak Dzhokhar, Negara Bagian Massachusetts menghentikan seluruh jalur transportasi di Boston kecuali bandara Logan. Warga Boston diminta tetap berada di rumah dan tidak menerima kedatangan tamu. Semua kegiatan usaha juga harus berhenti (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/04/20/mlikf8-fbi-tembak-pelaku-peledakan-bom-boston).

Sebelum polisi menetapkan identitas kedua tersangka, Presiden Dewan Kota Boston, Stephen Murphy, Rabu (17/4) mengungkapkan, ada sesosok pria terekam kamera CCTV pusat perbelanjaan Lord & Taylor, yang menaruh tas hitam di lokasi ledakan kedua. FBI mengungkapkan, bom Boston ini merupakan bahan peledak rakitan yang dikemas dalam sebuah panci tekan (pressure cooker). Panci tersebut dimasukkan ke dalam tas berbahan nilon hitam, yang telah diisi berbagai bahan seperti mesiu, paku atau pecahan peluru, untuk memaksimalkan korban.

Tim medis di Boston Medical Center merilis tingkat traumatis korban yang tinggi. Dokter bedah di unit perawatan darurat, Peter Burke, mengatakan, amputasi ekstrem terpaksa dilakukan terhadap beberapa korban ledakan. Para dokter kata Burke, berhasil mengeluarkan serpihan pecahan logam dan peluru serta paku yang diduga berasal dari perangkat bom (http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/04/19/mlgr8o-pelaku-bom-boston-terekam-cctv).

Menanggapi kasus bom Boston, Duta Besar AS untuk Indonesia, Scot Marciel, menyatakan bahwa insiden bom Boston tidak terkait masalah agama. "Ini lebih ke motif kriminal," ujar Marciel di Jakarta, Kamis (18/4) malam. Ia juga menyebut bahwa pernyataan Obama yang tidak akan menyudutkan komunitas apapun sebelum ada bukti kuat yang mengarah ke sana, menjadi acuan dalam melihat kasus ini secara lebih jauh (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/04/19/mlgorw-scot-marceil-bom-boston-tak-terkait-agama).**

Newspeg:





Tidak ada komentar:

Posting Komentar