4/10/2013

Peristiwa 9/11 Bikin Warga Korea Penasaran pada Islam



Seandainya di balik peristiwa runtuhnya menara kembar WTC di New York pada 11 September 2001 lampau ada konspirasi pihak tertentu untuk menjatuhkan nama Islam, maka itu mungkin hal paling bodoh yang pernah dilakukan para konspirator. Karena alih-alih membuat Islam terpuruk, di Amerika Serikat sendiri malah makin banyak peminat agama ini. Bahkan hingga negeri ginseng Korea Selatan pun.

Selepas tragedi yang lalu lebih dikenal dengan singkatan 9/11 ini, masyarakat Korea Selatan (Korsel) berbondong-bondong mencari tahu tentang Islam. Tak heran, Masjid Sentral Seoul penuh sesak dikunjungi masyarakat (http://www.republika.co.id/kanal/video). Ketua Federasi Muslim Korea, Abdul Rahman, mengatakan, pengunjung masjid ini terus meningkat setiap tahun. Oktober lalu misalnya, sebanyak 1.200 warga korea mendatangi masjid ini. "Tragedi 9/11 merupakan momentumnya," kata dia seperti dikutip presstv.com, Selasa (15/11).

Masyarakat Korea yang memeluk Islam juga meningkat. Pekerja migran turut berperan dalam menyebarkan syiar Islam di Semanjung Korea. "Saat ini jumlahnya sekitar 200.000 jiwa," ungkap Rahman.

Islam sendiri telah dikenal di Korsel sejak saat terjadinya Perang Korea (1950-1953). Pasukan Turki yang turut ambil bagian dalam perang saudara itu memainkan peranan penting. Saat itu kata Abdul,  pasukan Turki membangun sebuah tenda untuk digunakan sebagai masjid sementara di kamp pengungsi. Adalah Omar Kim yang terkesan pada Islam yang dibawa pasukan Turki itu dan lalu memeluk Islam, untuk kemudian mengenalkannya pada lingkungan sosialnya.

Pada Oktober 1955, Muslim Korea mendirikan Masyarakat Muslim Korea. Beberapa Muslim Korea muda dikirim untuk studi Islam lebih lanjut di Malaysia.  Pada Maret 1967, komunitas  Muslim Korea mendirikan Federasi Muslim Korea (KMF) yang secara resmi diakui oleh pemerintah. Organisasi ini bertugas menerbitkan Alquran terjemahan dalam bahasa Korea dan mengajar budaya Islam dan bahasa Arab (www.republika.co.id dalam http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=39131&Itemid=368).

Dikatakan Abdul Rahman, selama dekade terakhir sebuah komunitas Muslim telah muncul di distrik Itaewon, kawasan yang tak jauh dari Masjid Sentral Seoul. Saat ini komunitas Muslim Itaewon memiliki sekolah yang menampung 75 siswa.

Itaewon memang dikenal sebagai pusat Islam di Seoul. Akan tetapi, Itaewon juga merupakan kawasan hiburan utama wisatawan asing. Kalau malam tiba, jalur menuju masjid  biasanya dipenuhi para wanita panggilan. Sejumlah klub, bar dan kafe-kafe, berjejal di kanan kiri. Baru sekitar 50 meter menjelang masjid, pemandangan berubah. Ada pusat makanan halal, toko buku Islam hingga biro haji dan umroh. Tak heran bila akan beribadah di masjid sentral Seoul tersebut, di jalan bisa saja berpapasan juga dengan rombongan pria dan wanita yang berjalan sempoyongan sehabis berpesta di salah satu klub malam di sana (http://www.tempo.co/read/news/2012/08/20/203424558/Salat-Idul-Fitri-Penuh-Warna-di-Itaewon).

Orang-orang asli Korea yang Muslim kebanyakan adalah keturunan dari para mualaf yang masuk Islam saat berlangsung Perang Korea tersebut. Haseeb Ahmad Khan, pengusaha asal Pakistan yang sudah 10 tahun tinggal di Korea Selatan, mengatakan, muslim lainnya adalah berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Uzbekistan, selain ada juga beberapa Muslim asal AS. “Muslim di sini sedikitnya berasal dari 12 sampai 14 negara di dunia," kata Haseeb.

Data dari KMF menyebutkan, jumlah Muslim di Korsel (data pertengahan 2012, Red) telah mencapai 120-130 ribu orang, dengan jumlah Muslim orang Korea asli mencapai sekitar 45.000 orang. Menurut Haseeb, Korsel kini sudah memiliki lebih dari 10 masjid di kota-kota besar seperti Gwangju, Busan dan Daegu. “Masjid di sini bukan sekedar tempat salat tapi juga tempat berkumpul komunitas Muslim, terutama usai salat Jumat. Mereka saling bercerita dan mendengarkan satu sama lain," imbuh Haseeb (http://www.asfansclub.com/2012/06/mengintip-dunia-islam-di-seoul-korea.html).

Sementara itu menurut Direktur KMF, Prof Kim Dae Young, seperti dilansir The Jeju Weekly, warga Korea mengenal Islam dari sudut pandang Kristen. Pasalnya, sistem pendidikan modern dan lembaga pendidikan, baik sekolah maupun perguruan tinggi, diperkenalkan pertamakali juga oleh misionaris. “Kami warga Korea belajar dari gaya pendidikan Barat. Kami belajar sejarah dunia dari sudut pandang Kristiani. Jadi, kami memiliki banyak kesalahpahaman,” tutur Kim yang mengubah namanya menjadi Kim Bashir setelah memeluk Islam.

Meski Islam relatif baru lebih dikenal pasca Perang Korea, agama Allah ini sebenarnya telah sejak lama hadir di Korea. Tanah Korea telah berinteraksi dengan Islam sejak abad ketujuh Masehi melalui pedagang yang menjalin hubungan dengan Kerajaan Silla, salah satu dari tiga kerajaan besar Korea saat itu (http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/13/01/23/mh27sv-alhamdulillah-islam-bersemi-di-jeju-korea-selatan-1).

News peg:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar