6/16/2013

Janji-janji Aher-Demiz, Catat dan Tagih!



“Tahun 2018 Aher berjanji air sungai Citarum dapat diminum langsung (?)”

Kamis, 13 Juni 2013, pasangan  Ahmad Heryawan (Aher) dan Deddy Mizwar (Demiz), resmi dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat (Jabar) masa jabatan 2013-2018. Pada acara pelantikan itu, Aher menuturkan bahwa seluruh janji atau komitmen selama kampanye Pilkada Jabar sudah masuk ke Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Bagi para pemerhati lingkungan, ada satu janji yang keberhasilannya bisa dibuktikan secara nyata, bukan hanya di atas kertas dalam bentuk angka-angka, yakni janji membersihkan sungai Citarum hingga airnya bisa diminum langsung pada 2018, tepat di tahun terakhir masa bakti sang gubernur. Jika tak terbukti, apakah Aher akan melenggang begitu saja?

2018 air sungai ini bisa diminum langsung (ROL)
Saat prosesi pelantikan mereka di Gedung Merdeka, Bandung, Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi, meminta Aher dan Deddy segera menepati janji kampanyenya.  Janji-janji politik sewaktu kampanye tersebut diharapkan Gamawan segera dituangkan dalam RPJMD Jabar untuk lima tahun ke depan (http://www.republika.co.id/berita/video/berita/13/06/14/modwol-jabar-menanti-janji-aher-dan-deddy-mizwar). Sebelumnya, Aher mengaku janji-janji itu sudah masuk ke RPJMD. "Sudah pasti, tentu hal tersebut akan menjadi prioritas," kata Aher di Gedung Sate Bandung, Selasa (11/6). (http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-nasional/13/06/12/mo8mj3-usai-dilantik-aherdemiz-prioritaskan-janji-kampanye).

Pada masa kampanye,  Aher dan Demiz  mengusung visi  “Jawa Barat Maju dan Sejahtera untuk Semua”.  Saat menyampaikan visi misi keduanya dalam Rapat Sidang Paripuna DPRD Jabar, mereka menyamaikan lima misi. Pertama, membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing. Kedua, membangun perekonomian yang kokoh dan berkeadilan. Ketiga, meningkatkan pemerintahan melalui profesionalisme tata kelola dan perluasan partisipasi publik. Keempat, mewujudkan Jawa Barat yang nyaman dengan pembangunan infrastruktur strategis yang berkelanjutan. Kelima, mengokohkan kehidupan sosial kemasyarakatan melalu peningkatan peran pemuda, olah raga, seni dan budaya dalam kearifan lokal. 

Selain itu, duet ini juga menjanjikan delapan komitmen kepada Jabar. Pertama, Gratis SPP SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA, serta membangun 20.000 ruang kelas baru (RKB). Kedua, beasiswa pendidikan untuk pemuda, tenaga medis, keluarga altet berprestasi, dan guru. Ketiga, revitalisasi 50 ribu Posyandu dan dana insentif kader Posyandu. Keempat, mencetak 100 ribu wirausahawan baru dan membuka 2 juta lapangan kerja baru, namun kata Aher angka ini sudah termasuk penyerapan tenaga kerja 2008-2012, yakni saat masa kerjanya dengan Dede Yusuf, sebanyak 1,8 juta; jadi angka sebenarnya hanya menambah 200 lapangan kerja saja.

Kelima, mengalokasikan Rp 4 triliun untuk infrastruktur perdesaan. Keenam, rehabilitasi 100 ribu rumah rakyat miskin. Ketujuh, membangun pusat seni dan budaya di kabupaten/kota. Kedelapan, membangun stadion olah raga di kabupaten/kota. Sementara Deddy berjanji mereka tidak akan berbohong kepada rakyat.  "Kami tidak akan berbohong, karena ini sesuatu yang terukur dan bisa kami lakukan." (http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-nasional/13/02/07/mhujg4-jika-terpilih-aherdemiz-kami-tidak-akan-bohongi-rakyat-jabar).

Gratis Sampai SMA
Dalam kesempatan terpisah, secara khusus Aher mengatakan, dia akan memastikan penyelesaian seluruh persoalan pendidikan dan infrastruktur di Jabar pada 2013 ini, antara lain penggratisan biaya sekolah hingga tingkat SMA. Mulai Juli 2013, kata Aher, pihaknya telah mengalokasikan dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk tingkat SMA dan sederajat. “Ini bukan janji, tapi memang sudah teralokasikan pada APBD 2013,’’ kata Aher sewaktu berkampanye di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Februari lalu. Selama hampir lima tahun sejak 2008 kata Aher, pihaknya telah menggulirkan program BOS, pembangunan 19 ribu ruang kelas baru, buku gratis, dll. Melalui formula itu, papar dia, dipastikan kendala pendidikan selama ini akan terselesaikan.

Begitu pun masalah infrastruktur. Pada 2013 ini sebut Aher, telah dialokasikan dana untuk meraih kemantapan infrastruktur jalan hingga 100 persen. Dia mengungkapkan, hingga akhir 2012, tingkat kemantapan jalan Provinsi Jabar sudah mencapai 97,5 persen dari 2.100 kilometer. "Jalan rusak hanya tinggal 2,5 persen. Kami akan tuntaskan tahun ini juga," ujar Aher seraya mengatakan bahwa biaya perbaikan jalan sangat besar (http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-barat-nasional/13/02/10/mi093i-aher-singgung-soal-pendidikan-dan-infrastruktur-dalam-kampanye).

Untuk bidang kesehatan, Aher-Demiz berjanji akan menambah anggaran kesehatan dan membangun peningkatan Puskesmas serta pemberdayaan Posyandu. Selain itu mereka juga akan membangun 100 ribu rumah tinggal layak huni, hingga bantuan traktor untuk 6.000 gabungan kelompok tani (gapoktan) di Jabar. Gedung Kesenian terbesar di Kota Bandung juga akan dibangun (http://www.lensaindonesia.com/2013/02/20/kampanye-terakhir-di-gasibu-aher-demiz-umbar-janji.html).

Bisa Langsung Diminum atau Langsung BAB?
Meskipun Aher tidak menyebutkannya sebagai janji saat berkampanye, namun selaku gubernur yang sedang menjabat saat masa kampanye, Aher pada Februari lalu mencanangkan program “Citarum Bersih pada 2018”. Target program tersebut adalah air Sungai Citarum bisa diminum langsung. Entah kebetulan atau sengaja memilih tahun 2018, karena pada tahun itu Aher akan resmi pensiun sebagai Gubernur Jabar. Jika gagal, bisakan warga Jabar menuntutnya?

"Kami ingin Sungai Citarum menjadi bersih, sehingga airnya bisa diminum langsung," ujar Aher ketika itu. Demi itu, Pemprov Jabar lantas menggandeng ratusan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang dinilai peduli pada keberadaan sungai terpanjang di Jabar itu. Menurut Aher, harapan tersebut bukanlah mustahil. Sejumlah sungai di negara-negara Benua Eropa pun bisa langsung diminum.

Untuk mewujudkannya, pihaknya mengaku telah menyiapkan program khusus dengan menggandeng seluruh pihak yang kerap turun tangan dalam menyelesaikan masalah di Sungai Citarum. "Forum ini berisi satgas, pemerintah, pakar, masyarakat umum, LSM, hingga pengusaha baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi maupun nasional," ujarnya, usai pengukuhan pengurus Forum DAS (Daerah Aliran Sungai) Citarum, sekaligus pencanangan program tersebut di Gedung Sate, Bandung. Melalui forum itu akan dibuat sebuah keputusan yang berisi operasional normalisasi DAS Citarum. Aturan operasional yang disepakati itu berisi kewajiban, hak, dan sanksi pelanggaran.

Sementara itu Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jabar, Setiawan Wangsaatmadja, mengatakan, tingkat pencemaran Citarum sudah tergolong berat. Pencemarannya terjadi dari hulu hingga hilir. Sedimentasi (pengendapan) Citarum pun terbilang tinggi dengan kisaran 11 juta meter kubik per tahun. Kondisi tersebut kata Setiawan adalah akibat alih fungsi lahan di hulu sungai yang dijadikan perkebunan atau pertanian semusim. “Padahal seharusnya wilayah hulu sungai ditanami pohon keras," tutur Setiawan. Kecenderungan yang sama juga ditunjukkan polutan dari aktivitas industri dan rumah tangga. Setiawan mengaku pihaknya idak bisa berbuat banyak karena BPLHD hanya memiliki kewenangan untuk memantau kualitas Sungai Citarum (http://ahmadheryawan.com/lintas-jabar/lintas-jawa-barat/lingkungan-hidup/3734-sungai-citarum-ditargetkan-bisa-diminum-2018).

Mungkinkah hanya dalam waktu 5 tahun “tersisa” Aher dapat mengawal sendiri janjinya itu? Belajar dari kasus Sriyatun Djupri, penerima penghargaan Kalpataru kategori perintis lingkungan, dia membutuhkan waktu 13 tahun untuk mengubah kebiasaan jorok warga yang suka buang air besar (BAB) langsung ke Kali Surabaya. Kali tersebut melintas di di sekitar tempatnya tinggal di kelurahan Jambangan, Surabaya, Jawa Timur. Padahal upaya yang dilakukan Sriyatun ini hanya lingkup kelurahannya saja.

Apa yang dilakukan wanita asal Trenggalek ini “sederhana” saja, yakni sepanjang 1973-1986 dia terus-menerus melakukan penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih ke warga sekitar. Yang menjadi tidak sederhana bagi kebanyakan orang adalah kesabaran, ketulusan, dan keikhlasannya bekerja hingga terjadinya perubahan perilaku tersebut (http://www.menlh.go.id/kalpataru/kalpa2008/sriyatun_djupri.htm / http://ruri-chronicle.blogspot.com/2012/10/2014-bebas-perilaku-bab-sembarangan.html). Mungkinkah dibutuhkan jutaan Sriyatun untuk membuat air sungai Citarum yang panjangnya mencapai sekitar 300 kilometer ini bersih? Padahal tak perlulah bisa diminum, sekedar bebas sampah saja agak susah membayangkannya. Kita lihat saja nanti.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar