6/21/2013

Digempur Ribuan Warga Sunni, Pengungsi Syiah Terusir ke Sidoarjo



Para pengungsi Syiah asal Sampang, Madura, ini, dengan beralaskan matras biru, duduk bersila sambil mengunyah nasi bungkus yang diberikan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim). Jumlahnya 157 orang. Tergambar kesedihan di mata mereka yang sembab kemerahan. Tanpa sepengetahuan mereka mengenai tujuannya, mereka diangkut ke Sidoarjo, Jatim, lalu dikumpulkan di ruang tengah lantai dasar satu rumah susun (rusun di kota tersebut. Sempat timbul isu adanya pemaksaan relokasi terhadap mereka. Relokasi dipicu adanya kesepakatan antar lembaga terkait di Jatim, yang akan merelokasi mereka keluar dari Madura.

Pengungsi Syiah Sampang. Kasihan anak-anak (ROL)
Namun para pengungsi dari komunitas Syiah Sampang ini mengaku tidak mengetahui soal (rencana) pemindahan (relokasi) mereka ke rusun tersebut. Setiba di lokasi, Kamis (20/6) malam, mereka sempat menuntut dipulangkan ke desanya masing-masing. “Kami lebih baik pulang daripada tidur di sini,” kata Ayu (15), seorang remaja yang sejak tadi tertunduk sedih sambil memangku adiknya (http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-timur/13/06/21/mopydo-pengungsi-syiah-tidak-tahu-dipindahkan-ke-rusun).

Seorang pengungsi, Muhammad Zaini, juga sempat berorasi. Dia tiba-tiba berdiri di tengah kerumunan tersebut dan berteriak, “Kami terpaksa pindah ke sini," kata Zaini. Menurutnya, dia bersama ratusan warga lain saat akan dipindahkan dari GOR Sampang, diperlakukan secara kasar oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Dia menambahkan, meski tempat tinggal yang disediakan Pemprov Jatim sangat memadai, namun mereka lebih memilih pulang ke Sampang, Madura. "Kita ini bagian dari masyarakat Indonesia," ujarnya (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/20/moozy7-pengungsi-syiah-sampang-sudah-direlokasi-ke-sidoarjo).

Karena relokasi tampaknya dilakukan mendadak, atau pihak berwenang sengaja tidak memberitahu mereka ihwal kesepakatan tersebut, maka mereka juga tidak tahu bahwa pemindahan mereka ke rusun akan difasilitasi dengan tempat tinggal yang layak. Awalnya mereka berpikir hanya akan dibiarkan menumpuk di ruang tengah rusun tersebut seperti halnya tempat pengungsian mereka sebelumnya di GOR Sampang.

Namun, saat petugas memanggil nama mereka satu per satu dan diminta masuk ke ruangan, seyuman mulai menghiasi raut wajah mereka. Hamim, salah seorang pengungsi, mengatakan, tidak tahu bahwa mereka akan mendapat fasilitas rusun, dsb. Ketika dikeluarkan dari GOR Sampang, dia sempat berpikir akan dipulangkan ke kampung halamannya. Hamim yang hidup bersama isteri dan tiga anak, dua masih balita, saat diberitahu akan ada pemberian susu kepada anak-anak, wajahnya semakin semringah. Saat proses relokasi dilakukan malam itu, lima pengungsi rupanya tidak berada di tempat. Rencananya kelima pengungsi ini akan menyusul diantar ke rusun.

Mengenai pemindahan ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur (Jatim) rencananya akan memberikan pendampingan ke para pengungsi selama sepekan ke depan. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya Jatim, Gentur Prihantomo, mengatakan, warga sama sekali tidak dikenakan biaya untuk tinggal di rusun tersebut. Selain kamar, mereka juga akan mendapatkan kasur dan selimut.

Dalam satu hari, mereka akan mendapatkan makan sebanyak tiga kali, dan untuk warga yang memiliki balita akan diberikan susu. Rusun Jemundo memiliki dua bangunan yakni bangunan blok A dan B, dengan masing-masing bangunan memiliki enam lantai. Para pengungsi Syiah ini menempati 76 kamar di blok A, lantai 3-6.

Kehadiran mereka di rusun tersebut sempat tidak mendapat sambutan hangat dari para penghuni lama. Pasalnya, sebelumnya secara sepihak pengelola rusun meminta mereka pindah dari bangunan blok A ke blok B. Seorang penghuni lama, Robert, mengatakan, dia bersama puluhan penghuni lama tidak keberatan dengan relokasi pengungsi ke rusun. Hanya saja dia mempertanyakan mengapa mereka yang harus pindah ke blok B. “Kalau seperti ini, kami yang justru menjadi pengungsi,” ujarnya  (http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-timur/13/06/21/mopydo-pengungsi-syiah-tidak-tahu-dipindahkan-ke-rusun).

Isu Pemaksaan
Mendengar isu adanya pemaksaan relokasi terhadap pengungsi Syiah Sampang, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siroj,  di Jakarta, Jumat (21/6), mengatakan, jika memang terjadi pemaksaan pihaknya mengecam. “Itu wujud kegagalan pemerintah dalam melindungi warganya yang memiliki hak untuk hidup di tanah kelahirannya," kata Said. Namun Said mengaku sudah mendapat informasi informasi dari Wakil Gubernur Jatim , Saifullah Yusuf, bahwa relokasi dilakukan atas keinginan pengikut Syiah, yang dibuktikan dengan surat pernyataan bermeterai.

"Mas Saiful (Saifullah Yusuf, red) mengatakan ke saya, Pemprov Jatim meminta relokasi itu tidak disebut sebagai pengusiran, karena dilakukan atas permintaan pengikut Syiah sendiri. Kalau memang demikian ya tidak apa-apa, karena justru itu bagian dari upaya pemerintah melindungi warganya," ucap Said. Said Aqil meminta aparat terkait agar bisa memberikan jaminan keselamatan kepada mereka, termasuk jika suatu saat mereka ingin kembali ke kampung halamannya.

"Mereka warga negara yang sama, memiliki hak hidup yang sama juga. Pemerintah harus bisa menjamin aset yang mereka tinggalkan, dan mengabulkan jika suatu saat mereka ingin kembali ke kampung halamannya," tuturnya, seraya menegaskan bahwa NU secara lembaga dengan tegas mengecam jika relokasi dilakukan dengan pemaksaan (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/21/moq7pr-warga-syiah-sampang-direlokasi-ini-sikap-pbnu).

Sunni Ingin Syiah Pergi dari Madura
Sebelumnya, bagai tidak ada kata maaf dalam kamus mereka, ribuan ulama dan santri se-Madura, melakukan istighasah pada Kamis (20/6), menuntut pengungsi Syiah di Kabupaten Sampang, segera direlokasi ke luar Madura (http://www.republika.co.id/berita/nasional/jawa-timur/13/06/20/moow8k-ribuan-santri-dan-ulama-semadura-dukung-relokasi-warga-syiah-sampang). Petugas gabungan dari jajaran Polres Sampang dan Polda Jatim menghalau ribuan pengikut aliran Sunni yang memaksa memasuki lokasi pengungsian Syiah di Gedung Olah Raga (GOR) Wijaya Kusuma, Sampang, Kamis (20/6). Mereka ingin agar pengungsi Syiah secepatnya meninggalkan Sampang.

Para pengikut Sunni ini merangsek ke GOR, karena sempat terpancing pernyataan salah satu tokoh ulama yang meneriakan kata-kata bahwa “hanya ahlus sunnah waljamaah aliran yang paling benar”.  Waktu itu, sejumlah tokoh ulama Sunni datang ke lokasi pengungsian Syiah hendak menyampaikan hasil kesepakatan bersama antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab), DPRD Sampang, dan Pemprov Jatim. Isi kesepakatantersebut, pengikut Syiah akan dipindahkan ke Sidoarjo  (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/20/moouds-polisi-sampang-halau-ribuan-massa-masuki-pengungsian-syiah).

Ahlus sunnah waljamaah adalah nama lain dari pengikut Sunni. Mereka senantiasa merasa paling tegak di atas Islam berdasarkan Al Qur'an dan hadits yang sahih dengan pemahaman para sahabat rasul, tabi'in,dan tabi'ut tabi'in. Sekitar 90% umat Muslim sedunia merupakan kaum Sunni, dan 10% menganut aliran Syiah. (diinterpretasi dari: http://id.wikipedia.org/wiki/Sunni).

Wakapolres Sampang, Kompol Alfian Nurrizal, berusaha menenangkan mereka dengan mengatakan bahwa mereka memang akan direloksai. "Kami harap saudara-saudara sekalian jangan masuk, karena berdasarkan kesepakatan mereka memang hendak dipindah," kata Alfian. Saat itu juga ribuan pengikut aliran Sunni ini bergerak mundur. Pimpinan Syiah, Iklil Almilal, sempat terkejut dengan adanya ribuan pengikut Sunni yang hendak masuk ke GOR. Saking terkejutnya, Iklil sempat pingsan dan dibawa ke rumah sakit Sampang (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/06/20/moouds-polisi-sampang-halau-ribuan-massa-masuki-pengungsian-syiah).

Fatwa MUI Sampang Menyimpang dari Pusat
Konflik antara pengikut Syiah dan Sunni di Sampang, pada awalnya hanya dipicu konflik pribadi bahkan masih keluarga, yakni antara pimpinan Syiah, Tajul Muluk, dengan saudaranya sendiri, KH Rois, yang beraliran Sunni. Konflik keluarga itu lalu meluas menjadi konflik SARA setelah di kalangan pengikut Sunni tersiar kabar bahwa Syiah sesat. Pengikut Sunni pun beramai-ramai mengusir pengikut Syiah yang ada di wilayah Kecamatan Omben dan Kecamatan Karangpenang, Sampang.

Puncaknya, 29 Desember 2011 terjadi pembakaran rumah, madrasah, mushala, dan pesantren kelompok Syiah. Sebanyak 335 orang pengikut aliran Syiah dari total 351 orang lebih, dievakuasi ke GOR Wijaya Kusuma depan kantor Bupati Sampang. Konflik ini sudah terjadi sejak 2006, namun hingga kini belum bisa diredam hingga akhirnya terjadi aksi anarkis berupa pembakaran.

Direktur Central for Religion and Political Studies (Centries) Madura, Sulaisi Abdurrazak, menilai, konflik bernuansa SARA antar aliran agama merupakan bentuk kegagalan pendidikan keagamaan di wilayah itu. "Perbedaan itu kan sebenarnya 'fitrah' baik perbedaan agama itu sendiri, maupun perbedaan dalam hal pemahaman keagamaan," katanya dalam satu diskusi tak lama setelah konflik meletus. Persoalan perbedaan agama dan pemahaman keagamaan kata dia, memang merupakan urusan masing-masing dengan Tuhannya.

Akan tetapi ketika persoalan ini mengembang menjadi persoalan dalam lingkup sosial, maka kemudian bisa menjadi persoalan bangsa dan negara. Sulaisi juga menilai, ada fatwa MUI Sampang yang menurut kajiannya tidak bertanggung jawab, yakni yang menyatakan bahwa Syiah sesat. Fatwa MUI Sampang ini kata Sulaisi, berbeda dengan fatwa MUI pusat yang menyatakan bahwa Syiah tidak sesat (http://www.republika.co.id/berita/regional/nusantara/12/01/06/lxdn9t-konflik-di-sampang-bukti-gagalnya-pendidikan-agama).

Diungkapkan Sulaisi, aliran Syiah yang ada di Indonesia menurut kajian Centries sebenarnya merupakan aliran Islam dengan tokoh sentralnya adalah Djalaluddin Rahmat, cendikiawam Muslim asal Bandung. Berbeda dengan kelompok Islam lainnya, kelompok ini, kata Sulaisi, memang cenderung menokohkan Khalifah Ali Bin Abi Tholib dibanding ketiga Khalifah lainnya, semisal Abu Bakar, Umar, dan Usman. Sebab lanjut Sulaisi, yang menjadi landasan pijakan mereka adalah hadits Nabi Muhammad yang menyatakan “Aku ini adalah gudang ilmu dan Ali adalah pintunya”. "Syiah di Sampang ini menurut kajian kami sementara afiliasinya ke sana (Djalaluddin Rahmat). Makanya, kami heran, ketika tiba-tiba ada pernyataan itu sesat hanya karena perbedaan cara pandang saja atau sebagian tradisi yang berbeda," kata Sulaisi (http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/12/01/06/lxdoub-syiah-di-indonesia-adalah-aliran-islam).**

1 komentar:

  1. Anonim7/04/2020


    ===Agens128 bagi uang Tunai===

    Pakai Pulsa Tanpa Potongan
    Juga Pakai(OVO, Dana, LinkAja, GoPay)
    Support Semua Bank Lokal & Daerah Indonesia
    Game Populer:
    =>>Sabung Ayam S1288, SV388
    =>>Sportsbook,
    =>>Casino Online,
    =>>Togel Online,
    =>>Bola Tangkas
    =>>Slots Games, Tembak Ikan
    Permainan Judi online yang menggunakan uang asli dan mendapatkan uang Tunai
    || Online Membantu 24 Jam
    || 100% Bebas dari BOT
    || Kemudahan Melakukan Transaksi di Bank Besar Suluruh INDONESIA

    WhastApp : 0852-2255-5128
    Agens128Agens128

    BalasHapus