6/11/2013

Para Pesepakbola Dunia ini Tolak Bir hingga Sponsor Riba



Meski hidup sebagai minoritas di negara Barat, para pemain Muslim tak kendor iman. Terlebih lagi di tengah meruyaknya caci maki terhadap Muslim akibat berbagai peristiwa yang menyudutkan Muslim, seperti peristiwa Bom Boston dan terakhir kasus pembunuhan polisi Inggris oleh seorang mualaf. Pappis Cisse misalnya enggan mengenakan seragam (jersey) klubnya pada musim laga yang akan datang dengan alasan sponsornya adalah lembaga keuangan riba. Franck Ribery marah besar ketika diguyur bir. Dan Samir Nasri menulis sesuatu yang inspiratif dalam akun Instagram-nya, @sn8_official: "Islam is perfect, Muslims are not. Don't get confused!”

Diguyur bir, Ribery sempat marah pada Boateng (ROL)
Pernyataan Samir Nasri di akunnya tersebut, diduga berkaitan dengan rasa tersudutnya sebagai minoritas. Lebih lanjut di akunnya tersebut, Gelandang Manchester City ini juga menulis, "If you want to learn about Islam, go study Islam, don't study the Muslims!” Meski dikenal sebagai pemain bertemperamen, Nasri dikenal sebagai pribadi religius.

Dalam setiap aksinya di lapangan rumput, mantan pemain Arsenal ini selalu menghadirkan sentuhan Islam, misalnya “menadahkan kedua tangan” sebelum memulai laga, mengucapkan takbir ketika klubnya juara Liga Primer Inggris musim 2011/2013, dan melakukan selebrasi dengan menunjukkan pesan “Ied Mubarak” di balik jersey-nya usai mencetak gol pada pertandingan yang bertepatan dengan Idul Fitri 2012 lalu, meski kemudian diganjar kartu kuning (http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/freekick/13/06/06/mnycs5-samir-nasri-islam-agama-sempurna).

Sementara itu penyerang Newcastle United, Pappis Cisse, mengambil risiko berkonflik dengan manajemen klubnya, Newcastle United, ketika keukeuh menolak mengenakan seragam (jersey) klub itu pada musim depan. Alasan Cisse, pada jersey klub tersebut nanti akan tertera nama perusahaan sponsor yang dianggapnya riba. Oktober tahun lalu, Newcastle United mencapai kesepakatan sponsorship dengan Wonga.com, perusahaan pemberi pinjaman jangka pendek dengan bunga cukup tinggi, 4,214 persen.

Dalam salah satu kesepakatan tersebut, logo Wonga akan menempel di bagian depan seragam The Magpies pada musim depan. Logo tersebut akan menggantikan sponsor The Magpies sebelumnya, Virgin Money. Angka kesepakatan sponsorship itu cukup tinggi. Paling tidak dalam empat tahun durasi kontrak, Newcastle United akan menerima dana segar sebesar 24 juta pound (Rp 366 miliar). Penolakan dan protes pun berhamburan dari supporter hingga pemain-pemain muslim yang ada di skuat The Magpies.

Seperti dilansir Dailymail, Manajer Umum Newcastle United, Derek Llambias, berencana akan membahas permasalahan ini dengan penyerang asal Senegal tersebut. Pertemuan ini akan digelar usai Cisse memperkuat negaranya di fase kualifikasi Piala Dunia 2014 zona Afrika. Sementara itu,  pemain muslim Newcatle United lainnya seperti Hatem Ben Arfa dan Cheick Tiote, belum memberikan pendapat terkait sponsorship tersebut (http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/liga-inggris/13/06/10/mo5zwn-tolak-pakai-jersey-cisse-didepak-newcastle).

Mengenai sikap Cisse ini, Daily Mirorr menulis, seperti dikutip Onislam.net, Senin (10/6/13), “Ia seorang Muslim, menolak untuk mempromosikan Wonga, lantaran memberikan pinjaman uang dengan bunga tinggi sehingga banyak orang menjadi miskin karena itu." Cisse tak sendiri dalam mepertahankan prinsipnya ini. Pemain Muslim lainnya yang pernah di Newcastle United, Demba Ba (sekarang pemain Chelsea), juga menolak mengenakan jersey dengan sponsor Wonga. Hal sama pernah dilakukan pesepakbola asal Mali, Federick Kanoute. Ia menolak mengenakan jersey klubnya Sevilla yang menampilkan sponsor perusahaan judi 888.com.

Masuknya perusahaan judi dan peminjam uang berbunga tinggi, tengah menjadi tren di klub medioker Inggris. Tak lama lagi, Bolton juga akan menandatangi kontrak sponsorship dengan QuickQuid. Kerjasama itu diprotes keras oleh fans klub tersebut (http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/liga-inggris/13/06/10/mo5vbe-alasan-pappis-cisse-tolak-kenakan-jersey-bersponsor-perusahaan-riba).

Orang Barat (baca: Eropa) mungkin tak memahami berbagai hukum dalam Islam yang begitu dipegang teguh para penganutnya. Bahkan Franck Ribery yang semula bukan Islam pun, begitu masuk Islam (mualaf) menjadi begitu teguh memegang prinsipnya, seperti tidak mau minum bir saat klubnya memenangkan laga. Bahkan mantan gelandang Marseille itu pernah menolak untuk sekedar memegang gelas berisi bir dalam sebuah sesi foto tim.

Misalnya saja ketika para pemain Bayern Muenchen bersuka cita merayakan raihan gelar Bundesliga Jerman, winger tim berjuluk FC Hollywood itu, Franck Ribery, justru murka. Bek Bayern Muenchen, Jerome Boateng, rupanya mengguyurkan bir ke tubuh pemain timnas Prancis itu. "Saya tidak akan berbicara dengan Boateng lagi. Dia tahu saya Muslim. Saya benar-benar marah," kata Ribery seperti dilansir Goal. Aksi Boateng yang mengguyurkan bir ke kepala Ribery ini bisa diunduh di Youtube (http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/freekick/13/05/14/mms3b4-diguyur-bir-ribery-marah-besar-video).

Awal tahun 2012, gelandang Bayern Muenchen ini membuka bar bebas alkohol di rumahnya, yang diganti dengan jus buah. Rumahnya ini terletak di Kota Boulogne-sur-Mer, Prancis Utara.  Bar bernama O'Shahiz, yang mengambil nama dari dua putrinya, Shahinez dan Hizya, ini,  didedikasikan untuk Muslim Prancis yang merasa tidak nyaman di bar yang menawarkan minuman beralkohol. Ribery sadar, cukup sulit menemukan bar tanpa alkohol di Benua Biru tersebut.

Ribery berharap, pemain Muslim yang merumput di liga Eropa mendapat bar alternatif dan tidak lagi mabuk-mabukan. "Saya ingin sebuah konsep yang agak berbeda dari biasanya," ujar pemain yang menjadi mualaf sejak 2006 ini. Kepada surat kabar Prancis, La Voix du Nord, dia mengatakan Islam tak berkompromi dalam melarang minuman keras. Meskipun jarang berbicara tentang imannya, baru-baru ini Ribery mengatakan kepada majalah Le Paris Match bahwa dia merasa "aman" dengan Islam (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/06/03/m50vqg-franck-ribery-minum-alkohol-berbahaya).

Pesepakbola Muslim lainnya yang dikenal taat adalah Demba Ba. Ba dikenal mampu menjaga diri di tengah gemerlapnya budaya Barat. Pada akhir laga Chelsea kontra Manchester United (MU) di Stadion Stamford Bridge, London, April lalu, bisa dijadikan ukuran untuk menilai kepribadian Ba sebagai Muslim. Ketika itu, gol tunggalnya pada menit ke-49 di laga ulangan perempat final Piala FA, mampu melibas MU, sehingga membuahkan penghargaan sebagai man of the match.

Sebagaimana tradisi di Liga Primer Inggris, pemain terbaik dalam suatu laga akan mendapatkan satu botol bir atau sampanye berukuran besar produksi Budweiser. Namun mantan ujung tombak Newcastle United itu menolak menerima ataupun membuka minuman beralkohol itu. Ia malah memberikan botol sebagai simbol penghargaan itu kepada sang kiper, Petr Cech. Lolosnya The Blues ke semi final Piala FA tersebut, memang terbantu aksi gemilang kiper timnas Republik Ceska itu.

Atas sikapnya itu, pelatih The Magpies Alan Pardew, sempat berujar, "Ba layak menjadi duta Islam di lapangan sepak bola." Tindakan penggawa timnas Senegal itu mirip dengan yang dilakukan gelandang Manchester City, Yaya Toure. Usai menjadi man of the match di lanjutan Liga Primer Inggris, Toure menolak dengan halus meminum bir yang disodorkan Joleon Lescott. “Maaf, Saya tidak minum alcohol, Saya Muslim," kata adik kandung Kolo Toure yang keduanya merupakan tulang punggung Timnas Pantai Gading itu (http://www.republika.co.id/berita/sepakbola/freekick/13/04/04/mkpaku-diberi-bir-demba-ba-tolak-meminumnya).

Selain mereka di atas, masih banyak pesepakbola Muslim lainnya yang cukup teguh memegang prinsip agamanya. Kehadiran mereka dengan prinsipnya itu bagaimanapun telag memberi warna dalam industri sepak bola yang cenderung gemerlap karena melibatkan seliweran uang yang super tinggi.**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar