"Menggunakan tablet tersebut dapat
mengakibatkan komplikasi kesehatan yang serius, termasuk kemungkinan untuk
kemandulan"
Menurut
pandangan agama, dalam hal ini adalah fikih klasik, selama tidak membahayakan
kesehatan, mengonsumsi obat pencegah haid diperbolehkan. Misalnya Mazhab
Hanbali menyatakan, ini diperbolehkan selain selama tidak berefek negatif pada
kesehatan, juga jika sudah mendapat persetujuan suami bagi yang bersuami.
Mengatur haid demi ibadah |
Alasannya,
suami berhak memperoleh keturunan yang hanya bisa didapat jika siklus
menstruasi berjalan normal (http://www.republika.co.id/berita/humaira/samara/13/04/08/mkx6jz-minum-obat-pencegah-haid-dibolehkan-asal).
Namun kenyataannya, menggunakan obat
pengatur haid jika dijadikan kebiasaan, misalnya saat menghadapai Ramadan,
bukanlah hal yang disarankan. Bahkan pakar mengatakan ini bisa berimplikasi
pada kemandulan.
Salah satu obat pengatur haid adalah Primolut N Norethisterone, yang merupakan produk sintetis hormon progesterone, mirip dengan hormon alami wanita. Tablet ini digunakan dalam berbagai macam gangguan menstruasi dan untuk mengobati gangguan dalam pendarahan bulanan, keluhan pramenstruasi, keluhan siklus haid, dan yang berhubungan dengan payudara, endometriosis dan perdarahan menstruasi berat.
Seorang wanita muda Arab Saudi, Nawf Al-Owad, mengatakan, dia menggunakan obat ini hanya selama bulan Ramadhan. “Aku pernah mengalami komplikasi setelah menggunakannya, " ujarnya seraya mengatakan sudah mencoba obat ini selama 8 tahun. Wanita muda Arab Saudi diduga banyak memanfaatkan obat ini tanpa resep dokter, antara lain dengan alasan untuk kelancaran ibadah Ramadan.
Konsultan Ginekolog di Al-Amin Hospital di Taif, memperingatkan para wanita muda terhadap penggunaan obat tersebut. "Menggunakan tablet tersebut dapat mengakibatkan komplikasi kesehatan yang serius, termasuk kemungkinan untuk kemandulan," katanya. Sementara itu, Dr.Fatima Younis, internis di rumah sakit yang sama mengatakan, tablet ini akan menyebabkan komplikasi serius pada wanita dengan kekurangan hormon.
Salah satu obat pengatur haid adalah Primolut N Norethisterone, yang merupakan produk sintetis hormon progesterone, mirip dengan hormon alami wanita. Tablet ini digunakan dalam berbagai macam gangguan menstruasi dan untuk mengobati gangguan dalam pendarahan bulanan, keluhan pramenstruasi, keluhan siklus haid, dan yang berhubungan dengan payudara, endometriosis dan perdarahan menstruasi berat.
Seorang wanita muda Arab Saudi, Nawf Al-Owad, mengatakan, dia menggunakan obat ini hanya selama bulan Ramadhan. “Aku pernah mengalami komplikasi setelah menggunakannya, " ujarnya seraya mengatakan sudah mencoba obat ini selama 8 tahun. Wanita muda Arab Saudi diduga banyak memanfaatkan obat ini tanpa resep dokter, antara lain dengan alasan untuk kelancaran ibadah Ramadan.
Konsultan Ginekolog di Al-Amin Hospital di Taif, memperingatkan para wanita muda terhadap penggunaan obat tersebut. "Menggunakan tablet tersebut dapat mengakibatkan komplikasi kesehatan yang serius, termasuk kemungkinan untuk kemandulan," katanya. Sementara itu, Dr.Fatima Younis, internis di rumah sakit yang sama mengatakan, tablet ini akan menyebabkan komplikasi serius pada wanita dengan kekurangan hormon.
Dr Dalal Namnaqani, konsultan ahli patologi di Rumah Sakit Spesialis King Abdul Aziz di Taif, mengatakan, mengonsumsi obat ini harus di bawah pengawasan medis dan bahwa kuantitas seharusnya terbatas dan hanya untuk jangka waktu sementara. "Tidak mungkin tidak ada efek serius jika perempuan muda menggunakan hanya sekali," katanya (http://www.wartanews.com/timur-tengah/34e8dcae-f922-4a2f-8858-327eaa99ade6/obat-penunda-haid-bahayakan-kesehatan).
Sementara itu, Dr dr Dwiana Ocviyanti,
SpOG(K), mengatakan, ada beberapa
kondisi yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan obat pengatur haid yaitu: riwayat
sakit kepala hebat atau migraine, riwayat tromboflebitis atau tromboemboli, varises
berat, kanker payudara, perdarahan dari vagina yang belum diketahui penyebabnya,
penyakit hati atau gangguan fungsi hati, penyakit jantung dan pembuluh darah, riwayat
preeklamsia dalam kehamilan, diabetes
yang berkomplikasi, hipertensi berat atau yang tidak terkontrol dengan baik, penggunaan
obat-obatan rutin terutama obat TBC dan kencing manis, dan riwayat depresi atau
gangguan kejiwaan.
Namun
bagi yang tidak memiliki riwayat kesehatan seperti di atas itu, diperbolehkan
mengonsumsi obat pengatur haid. Namun dia menyarankan agar menghindari
penggunaan suntik KB untuk mencegah haid. Dwiana mengatakan, penggunaan suntik
KB dalam 2-3 bulan pertama biasanya memiliki efek samping pendarahan. Apalagi
kata dia, tidak semua orang boleh
menggunakan pil penunda haid, misalnya untuk orang dengan faktor-faktor risiko
di atas.
Untuk
meyakinkan diri, dia menyarankan agar calon jamaah haji memeriksakan diri ke
dokter 3 bulan sebelumnya atau diupayakan jangan kurang dari 1 bulan. Dokter
akan melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi ada tidaknya kelainan atau kondisi
lain yang bisa menimbulkan komplikasi, dan rencana pemberian obat pengatur ini
harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan dan siklus bulanannya.
Karena
kondisi kesehatan dan siklus setiap orang berbeda-beda, pemberian pil pengatur
haid tidak bisa dilakukan secara masal. "Pil penunda haid itu bukan obat yang
simsalabim langsung stop, tapi harus direncanakan dan diperiksa terlebih
dahulu," ujar Dr Ovi dari Departemen Obstetri dan Ginekoligi FKUI/RSCM.
Bagi
yang akan mengonsumsi obat pengatur haid, usahakan mengonsumsi pil pada jam
yang sama setiap harinya untuk menghindari munculnya bercak atau spotting. “Kalau
terjadi spotting, kurangi aktivitas. Tapi
perlu diingat bahwa spotting ini bukanlah haid jadi masih bisa
beribadah," ujarnya (http://health.detik.com/read/2011/09/13/143548/1721278/763/tunda-haid-calon-jamaah-haji-perempuan-jangan-suntik-kb?l771108bcj).
Dwiana
menyontohkan sisi bahaya bagi yang memiliki faktor risiko di atas, misalnya
bagi yang memiliki riwayat stroke atau masalah dengan pembuluh darah,
beberapa hormon bisa membuat kekentalan darahnya meningkat.
Mengatur
haid memang urgen bagi wanita yang akan beribadah di tanah suci Mekah, pasalnya
beberapa kegiatan seperti thawaf dan salat tidak boleh dilakukan saat perempuan
sedang haid. Agar tidak mendapatkan haid selama rangkaian kegiatan haji, para
jamaah perempuan bisa menggunakan obat-obatan yang tentunya harus di bawah
pengawasan dokter. Obat yang digunakan umumnya mirip pil KB yang berisi hormon progesteron, atau kombinasi estrogen dan progesteron.
Masih
menurut Dwiana, cara mengatur siklus haid bisa dengan menunda atau mempercepat.
Menunda haid adalah cara yang lebih
sering dilakukan. Cara ini paling ideal dimulai pada hari kedua hingga kelima
sejak haid terakhir, atau selambat-lambatnya 14 hari sebelum hari pertama
dimulainya siklus haid berikutnya. Penggunaan pil dihentikan segera setelah
penundaan tidak diperlukan lalu haid akan datang 2-3 hari sesudahnya.
Sedangkan
memajukan haid umumnya hanya dilakukan bagi perempuan yang memiliki siklus
bulanan lebih dari 35 hari. Obat yang digunakan adalah pil progesteron, yang
dimulai pada hari kelima haid dan dihentikan 3-5 hari sebelum masa haid yang
diinginkan atau setidaknya hari ke-19 haid. Jika memakai pil kombinasi, maka
harus dimulai pada hari kedua haid. Selain itu, harus diperhatikan juga bahwa
pengaturan haid sifatnya hanya sementara untuk kebutuhan jangka pendek misalnya
untuk memperlancar ibadah haji. Idealnya haid tidak ditunda atau dimajukan
lebih dari 1-2 minggu, sehingga lamanya siklus tidak mendapat tidak lebih dari
40 hari (http://health.detik.com/read/2012/09/13/155530/2017680/763/).
Newspeg:
sebetulnya baru tahun ini saya ingin mencoba obat tersebut , kira" bisa gak yah ?
BalasHapus