“Jika
belum berubah, sebagai Dirut Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin akan mendapat gaji sebesar Rp
166 juta per bulan, jumlah yang sempat bikin Presiden SBY cemburu”
Para
pemegang saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, akhirnya menunjuk Budi Gunadi
Sadikin menjadi direktur utama, menggantikan Zulkifli Zaini yang habis masa
tugasnya. Penunjukkan ini dilakukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
(RUPST) perseroan terbatas tersebut Selasa (2/4).
Budi Gunadi Sadikin |
"Kesempatan
ini merupakan amanah yang besar dan berat karena meneruskan kinerja gemilang
pimpinan sebelumnya, Pak Agus (Martowardoyo) dan Pak Zulkifli," ujar Budi.
Bersama dengan direksi dan 30.000 lebih karyawan Bank Mandiri, Budi ingin
membawa bank tersebut menjadi bank terbaik di Indonesia dan Asia (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/13/04/02/mkmdgw-budi-gunadi-sadikin-jadi-dirut-bank-mandiri).
Budi Gunadi Sadikin adalah lulusan Fisika
Nuklir dari Institut Teknologi Bandung pada 1988. Pria kelahiran 1964 ini mengawali
karir sebagai staf teknologi informasi di IBM Asia Pasifik yang berpusat di
Tokyo, Jepang. Kemudian, ia melanjutkan karir di IBM Indonesia dengan jabatan
terakhir sebagai Systems Integration
& Professional Services Manager hingga 1994.
Mulai 1994, ia pindah Bank Bali (sekarang
Bank Permata). Budi beberapa kali memegang sejumlah jabatan, di antaranya
sebagai General Manager Electronic
Banking, Chief General Manager
wilayah Jakarta, dan Chief General
Manager Human Resources hingga 1999. Lalu Budi bergabung dengan Bank ABN
Amro Indonesia dengan jabatan terakhir sebagai Direktur Consumer Banking hingga 2004. Lalu ia loncat ke Bank Danamon
sebagai Executive Vice President Consumer
Banking dan Direktur di Adira Quantum Multi Finance. Pada 2006, Budi
bergabung ke Bank Mandiri. Posisi terakhirnya adalah Direktur Micro & Retail Banking (http://www.bisnis.com/direktur-utama-bank-mandiri-rups-mengarah-ke-budi-gunadi-sadikin).
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Dahlan Iskan, mengaku berkonsultasi dengan dua mantan Dirut PT Bank
Mandiri Tbk (BMRI), Agus Martowardojo dan zulkifli Zaini, soal calon baru Dirut
Bank Mandiri. "Yang
jelas muda, reputasinya baik, berintegrasi baik, ini juga salah satu usulan
dari Dirut Mandiri yang lama (Zulkifli Zaini)," kata Dahlan (http://economy.okezone.com/read/2013/04/02/457/784959/budi-g-sadikin-dirut-bank-mandiri-baru-pilihan-dahlan-iskan).
Jika
belum berubah, untuk jabatan barunya ini Budi akan mendapat gaji sebesar Rp 166 juta setiap bulannya. Gaji ini belum
termasuk berbagai tunjangan dan fasilitas yang akan diterima Budi sebagai Dirut
Bank Mandiri. Gaji ini melebihi gaji
Dirut PT Telkom (Rp 118 juta/bulan), Dirut PT Antam (Rp 105 juta/bulan), namun
Rp 1 juta lebih kecil dari gaji Dirut Bank BRI. Sekedar sebagai perbandingan, gaji
Gubernur Bank Indonesia “hanya” Rp 153,9 juta/bulan (http://www.gajimu.com/main/gaji/gaji-pejabat-negara-ri/gaji-direksi-bumndanhttp://jaringnews.com/ekonomi/umum/9088/gaji-gubernur-bi-tak-sampai-sepertiga-gaji-dirut-bank-mandiri).
Oktober
2012 lalu, Menteri BUMN, Dahlan Iskan, mengatakan, gaji jajaran direksi BUMN besar
karena disesuaikan dengan tugasnya untuk memecahkan persoalan dan mencari
solusi agar perusahaan yang dipimpinnya maju. “Saya bayar tinggi karena
tugasnya memang sulit-sulit,” ujar Dahlan ketika itu (http://www.bisnis-kti.com/index.php/2012/10/dahlan-iskan-gaji-dirut-bumn-besar-karena-tugasnya-berat/).
Gaji
Dirut Mandiri ini bahkan lebih besar dari gaji sang boss, Menteri BUMN (dan
juga menteri-menteri lainnya). Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (menpan dan RB), Azwar Abubakar, 30 januari lalu menyebutkan, gaji pokok
menteri saat ini senilai Rp 6 juta. Jika digabung dengan tunjangan menjadi Rp
19,6 juta. Hal itu dikatakannya ketika menyampaikan rencana kenaikan gai para pejabat
negara tahun 2013 ini. "Kenaikan tunjangan ini signifikan. Perlu
dipikirkan dan disesuaikan dengan bobot dan tolok ukur kerja. Kenaikan gaji
menteri menjadi Rp 20-25 juta rupiah," cetusnya (http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2013/01/30/22967/wuih-gaji-presiden-menteri-dan-pejabat-lain-bakal-naik-tahun-ini/).
Meskipun
tampak sedikit, namun jika ditotal dengan berbagai penerimaan lainnya, penghasilan
para menteri ini bisa mencapai Rp 100
juta lebih. Tak heran jika posisi ini tetap menjadi incaran, selain peluang
yang bisa didapat sebagai seorang menteri. Roy Salam, Peneliti Hukum dan
Politik Anggaran Indonesia Budget Center (IBC), pernah mengatakan, gaji yang
diterima seorang menteri hanya terdiri dari dua item yakni gaji pokok dan tunjangan jabatan. "Tapi itu baru
dua item ya, masih ada honor-honor
seperti menjadi anggota kepanitiaan program-program pemerintah dan juga masih
ada dana taktis menteri yang besarnya antara Rp 100 hingga Rp 150 juta,"
kata Roy (http://news.detik.com/read/2009/10/26/140055/1228688/10/gaji-menteri-hanya-rp-18-juta-tapi-penghasilan-di-atas-rp-100-juta).
Mengenai
gaji para Dirut BUMN (tertentu) ini, bahkan sempat membuat Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) bagai cemburu. Saat peresmian pembukaan Indonesia
Bussiness BUMN Expo and Conference (IBBEX) 2010 di Jakarta pada 23 September
2010, yang dihadiri para direktur dan komisaris 141 BUMN di seluruh Indonesia, SBY
menyindir pada direktur dan komisaris BUMN yang gajinya besar.
Gaji
para pimpinan BUMN itu kata SBY, lebih besar berkali lipat dibanding gajinya
sebagai Presiden. "Sebagian Direktur BUMN gajinya jauh di atas gaji
Presiden," kata SBY. Presiden tidak mempermasalahkan gaji yang besar itu,
yang penting kinerja para pimpinan BUMN itu baik. "Jangan sampai ada
pimpinan yang gajinya sepuluh kali lipat dari gaji Presiden, ternyata tidak
lebih sregep (rajin) dari
Presiden," katanya waktu itu (http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi/10/09/23/136102-presiden-sindir-pimpinan-bumn-bergaji-besar).
Demi mendengarkan sentilan SBY itu, Dahlan
Iskan yang kala itu masih menjabat Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara
(PLN), sampai sibuk berusaha menafsirkannya. “Kami dengan Kementerian BUMN
sering membicarakan apa sebetulnya maksud mendasar dari sentilan bapak
presiden," kata Dahlan. Dahlan mengatakan itu di depan Presiden SBY
sendiri saat acara peluncuran masterplan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia (MP3EI) pada 27 Mei 2011.
"Kami tafsirkan direksi BUMN yang
gajinya lebih besar, harus bekerja jauh lebih keras, jauh lebih efisien,"
ujar Dahlan. Sebab kata Dahlan, menurunkan gaji Direktur BUMN tidak mungkin, sedangkan
presiden juga tidak mungkin meminta gajinya dinaikkan (http://log.viva.co.id/news/read/223011-gaji-besar--direksi-bumn-harus-kerja-keras).
Namun di saat sama, sejumlah Dirut BUMN
lain justru menyatakan mundur. Pada Juli 2012 lalu, Dirut PT Inti (Persero)
Irfan Setiaputra menyatakan mundur dari jabatannya itu dengan alasan "financial plan"
yang bisa ditafsirkan dengan gaji yang tidak sesuai dengan kapasitasnya. Irfan
yang sudah mengabdi selama 3,5 tahun di INTI ketika itu mengaku akan menjadi
CEO pada sebuah perusahaan tambang swasta.
"Saya juga ketika menjabat Dirut PLN
inginnya tidak lama-lama hanya 3,5 tahun tidak mau lama-lama hingga 5 tahun.
Karena saya harus memperbaiki ekonomi keluarga saya," kata Dahlan (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/07/31/m80c9u-dahlan-wajar-dirut-bumn-mundur-karena-gaji).
News
peg:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar