“Israel
diperkirakan memiliki ratusan senjata nuklir. Ini membuat
program nuklir
India, Pakistan, dan Korea Utara, tampak kerdil”
Di
tengah semakin gencar Israel memprovokasi negara-negara sekutunya untuk
mendukung pemikiran bahwa Iran mengembangakan bom nuklir, dugaan dan
kecurigaan sebaliknya justru semakin mengemuka. Salah satu yang mencurigakan
adalah Israel menolak mengizinkan pemeriksaan atau pengawasan internasional
atas program nuklirnya. Israel bahkan tak setuju memasuki proses dialog
mengenai program nuklirnya, sementara tekanan sama justru terus dilakukan
terhadap Iran.
otherwords.org |
Aktivis perdamaian Inggris 17 Maret
2013 lalu, mengecam Amerika Serikat (AS) dan Inggris karena membiarkan Israel melaksanakan
program nuklir rahasianya, namun pada saat sama selalu mengecam program nuklir
negara lain. Kate Hudson, aktivis Campaign for Nuclear Disarmament (CND),
berikrar akan berusaha kuat membongkar rahasia program nuklir Israel.
Ia mengecam rezim Zionis itu karena
beroperasi sepenuhnya di luar NPT (Nuclear Non-Proliferation Treaty) yang
merupakan kerangka kerja IAEA (International Atomic Energy Agency). Hudson
menyoroti fakta benar-benar ada standar ganda Barat ketika menangani
program nuklir Iran. "Kelompok kami berusaha keras mengakhiri standar
ganda ketika sampai pada cara pemerintah kami menangani Iran," kata Hudson.
Dalam salah satu rahasia yang
paling disembunyikan di dunia, rezim Zionis dilaporkan berubah menjadi raksasa
nuklir. Israel diperkirakan memiliki ratusan senjata nuklir yang membuat Israel menempati posisi ke-5 negara-negara pengembang nuklir. Ini membuat program nuklir
India, Pakistan, dan Korea Utara, tampak kerdil (lihat: http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/03/18/mju60m-aktivis-inggris-ancam-bongkar-nuklir-rahasia-israel).
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel,
Benjamin Netanyahu, mengeluarkan pernyataan bahwa program nuklir Iran kian mendekati
"garis merah". Dia pun memperingatkan dan mengajak negara-negara
besar memberikan sanksi setimpal kepada Iran. Netanyahu bahkan sudah tak
sabar segera menggunakan kekuatan militer guna menghentikan upaya Iran dalam
mengembangkan nuklir. "Iran memperkaya semakin banyak uranium," kata
Netanyahu kepada kelompok
lobi pro Israel utama di AS, American Israel Public Affairs Committee/AIPAC (http://news.menits.com/post/1840858278/2013/03/05/Iran-Kembangkan-Nuklir,-Israel-Kian-Galau-.html).
AS sendiri sudah sejak
lama "tanpa malu-malu" selalu mendukung Israel. Januari 2012 pihak
kementerian pertahanan AS untuk kesekian kalinya menyatakan dukungannya pada Israel. "Jika
mereka (Iran) melanjutkan (program nuklir) dan kita mendapatkan data intelijen
bahwa mereka melanjutkan mengembangkan senjata nuklir, kita akan mengambil langkah apapun yang
diperlukan untuk menghentikannya," kata Menteri Pertahanan AS kala itu,
Leon Panetta (http://www.intelijen.co.id/warta/1790-iran-bisa-kembangkan-bom-nuklir-dalam-setahun).
Keinginan untuk segera menggempur
Iran ini mengingatkan kita pada alasan yang selalu dibuat-buat AS di masa
Presiden George W.Bush untuk menggempur Irak dengan alasan bahwa Saddam Husein
tengah mengembangkan senjata biologis. Kenyataannya, sampai sekarang tuduhan tersebut tidak pernah terbukti. Hal ini menimbulkan dugaan di seluruh dunia bahwa AS
hanya sedang mengincar untuk menguasai minyak Irak.
Negara non-blok dan muslim telah
berulangkali mengecam kemunafikan Barat ini dengan menolerir produksi atom
Israel. Pada saat yang sama, Barat mengutuk Iran karena kegiatan nuklirnya yang
sah dan bertujuan sipil serta sepenuhnya berada di bawah kendali pengawas
nuklir PBB (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/13/03/18/mju60m-aktivis-inggris-ancam-bongkar-nuklir-rahasia-israel).
Sementara itu, laporan intelijen
negaranya sendiri yang menyatakan bahwa tidak ada bukti kuat Iran tengah mengembangkan
bom nuklir, tidak digubris. Pernyataan tersebut, seperti diberitakan New
York Times dan dilansir AFP pada Februari 2012, disampaikan satu
sumber dari kalangan pejabat intelijen AS yang dirahasiakan namanya. Bahkan penilaian tersebut telah ditegaskan kembali dalam Laporan
Nasional Intelijen AS tahun 2010 dan disepakatai 16 badan intelijen
Amerika. Laporan intelijen tersebut menyatakan, isu pengembangan senjata nuklir sengaja
dihembuskan Iran demi memperkuat posisinya di dunia internasional (http://news.detik.com/read/2012/02/25/161657/1851474/1148/intelijen-as-tak-temukan-bukti-soal-iran-kembangkan-senjata-nuklir).
Direktur Institut
Orientologi Akademi Sains Nasional Armenia, Ruben Safrastyan, mengatakan, tidak
ada organisasi intelijen di dunia yang bisa membuktikan Iran membuat
senjata nuklir. Dalam satu wawancara dengan situs Rusia Regnum, Januari 2013, Safrastyan mengatakan, informasi
dari semua organisasi intelijen menunjukkan Iran belum mampu mencapai tingkat
pengayaan uranium untuk memungkinkan membuat senjata nuklir.
Menurutnya, ancaman-ancaman AS dan
militer rezim Zionis serta propaganda media mengenai kemungkinan serangan
militer terhadap Iran merupakan bagian dari perang psikologis terhadap Iran,
dengan tujuan menciptakan ketidakpuasan dan kekhawatiran di kalangan rakyat
Iran (terhadap pemimpinnya). http://emka.web.id/ke-nu-an/2013/ilmuwan-as-perkuat-bukti-iran-tidak-kembangkan-senjata-nuklir/
Namun
entah apa tujuannya, AS keukeuh. Februari 2013 lalu
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, mengatakan, jika program nuklir Iran
bertujuan damai, seharusnya tidak sulit bagi negara itu untuk membuktikannya. Kepada wartawan Kerry mengatakan, pembicaraan
nuklir dengan Iran akhir bulan ini bisa membuat kemajuan hanya jika Iran
berniat memberi “tawaran nyata dan terlibat dalam dialog yang nyata” (http://www.voaindonesia.com/content/menlu-as-tak-sulit-jika-iran-ingin-buktikan-nuklirnya-untuk-damai/1604069.html).
Padahal sebuah laporan yang disebutkan
sebagai hasil studi Departemen Pertahanan AS yang dirilis 2008 telah menyatakan
sebaliknya. Laporan tersebut menyinggung mengenai kepemilikan Israel terhadap senjata-senjata
nuklir. Dalam laporan setebal 37 halaman yang dibuat oleh Komando Pasukan
Gabungan AS, disebutkan Israel adalah satu negara di wilayah Barat
yang memiliki kekuatan nuklir, bersama Iran, Pakistan, India, China,
Korea Selatan, serta Rusia.
Laporan militer AS itu kian menguatkan
keyakinan negara-negara dunia bahwa Israel sudah memiliki kekuatan nuklir jauh
sebelum pengembangan senjata nuklir Israel terbongkar lewat salah satu teknisinya
bernama Mordechai Vanunu. Wartawan investigasi kawakan asal AS, Seymour Hersh
dalam artikelnya berjudul "The Samson Option" juga pernah membeberkan
strategi nuklir Israel yang akan digunakan untuk menyerang negara-negara Arab,
jika Israel merasa eksitensinya terancam. Sampai saat ini, Israel diduga sudah
memiliki sekitar 200 sampai 400 misil berkepala nuklir, informasi yang tidak pernah disangkal, namun juga tidak dibenarkan (http://www.eramuslim.com/berita/dunia-islam/militer-as-akui-israel-kembangkan-senjata-nuklir.htm#.UUv3XTezauI).
Menanggapi pernyataan Presiden Barack Obama yang tidak akan membiarkan jika Iran
memproduksi senjata nuklir, Khatib Shalat
Jumat Tehran, Hujjatul Islam wal Muslimin Kazem Seddiqi, awal Maret lalu mengatakan, aktivitas
damai nuklir negaranya ini sebagai hak legal mereka. Berdasarkan
penjelasan dan fatwa Rahbar (Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran) serta ajaran agama
Islam, sebut Seddiqi, produksi senjata nuklir merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan (http://indonesian.irib.ir/politik1/-/asset_publisher/Cu0D/content/khatib-jumat-tehran-aktivitas-damai-nuklir-iran-hak-bangsa-negara-ini).
Dalam
pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Iran, Ali Akbar Salehi, di sela-sela KTT
Gerakan Non-Blok (GNB) di Teheran, 30 Agustus 2012, Sekjen PBB, Ban Ki-moon, mengatakan,
setiap negara memiliki hak menggunakan energi nuklir bertujuan damai. Ban juga
menekankan pentingnya membangun kepercayaan antara Iran dan kelompok 5+1, yang
terdiri dari Cina, Rusia, Perancis, Inggris, Amerika Serikat dan Jerman (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/09/01/m9n79f-sekjen-pbb-iran-berhak-manfaatkan-nuklir-secara-damai).
Newspeg:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar