“Turis AS justru
diperlakukan bak selebriti Hollywood”
Dari sejak peristiwa
penggulingan rezim Pahlevi 1979 (Revolusi Iran)
hingga kini, sepertinya tak ada negara lain di dunia ini yang paling dicurigai
dan ditakuti oleh Amerika Serikat (AS) selain Iran. Argo,
film penyabet Oscar sebagai film terbaik bikinan Ben Affleck pada Academy Award
2013, barangkali bisa menjadi cerminan awal paranoia-isme negara adidaya itu
terhadap Iran, terlebih sejak negeri ini dipimpin Mahmud Ahmadinejad.
Rick Steves di antara pelajar Iran |
Seperti kita
ketahui, Ahmadinejad adalah salah seorang pimpinan dunia paling anti
(pemerintahan) AS. Satu artikel yang dimuat The Atlantic (seperti dilansir USA Today)
pada 2012 menyebutkan, sebagian presepsi warga Amerika terhadap Iran
terbatas hanya oleh pidato Ahmadinejad yang anti-Amerika dan juga seruan-seruan
"Matilah Amerika" yang mendapat dukungan dari Pemimpin Spiritual
Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei.
Mantan duta
besar Kanada untuk Iran saat peristiwa yang diangkat ke film Argo itu terjadi mengatakan, suasana Iran tidak seburuk seperti
yang digambarkan film tersebut. Malah para turis asal AS yang nekat melanggar travel warning, mendapati situasi yang
bersahabat, bahkan perlakuan bak bintang Hollywood.
“Argo tak berbuat banyak untuk
membetulkan pandangan selip bahwa Iran adalah negara yang selalu diwarnai
revolusi dan kerusuhan berkepanjangan,” sebut Ken Taylor, mantan Dubes Kanada
yang menjadi salah satu karakter dalam film Argo. Kepada Canada.com Ken Taylor menuturkan, ia menghabiskan hampir tiga tahun di Tehran,
dan selama itu tak pernah merasa kehidupannya terancam.
Ia malah menggambarkan keramahan
Iran itu tulus dan hangat. "Sepertinya penulis skenario di Hollywood tidak
tahu apa yang mereka bicarakan," ujar Ken. Sebagai karakter yang
sebenarnya sentral dalam peristiwa penyelamatan enam warga AS yang terjebak di
Iran saat peristiwa Revolusi Iran, Ken merasa perannya atas nama pemerintah
Kanada diremehkan dalam film tersebut, dan
lebih mengedepankan keheroikan CIA (http://www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/02/23/11/133319/Mantan-Dubes-Kanada-untuk-Iran-Kecewa-dengan-Argo).
Bagaimana dengan
komentar warga AS yang pernah berpetualang ke negeri para mullah ini? Rick Steves, warga AS yang
melakukan perjalanan ke Iran pada 2008 mengatakan, warga Amerika menyadari
ternyata begitu banyak hal terkait pemerintah Iran yang dilebih-lebihkan dengan
keterlaluan (lihat: http://www.usatoday.com/story/dispatches/2013/02/25/argo-iran-tourism/1945535/).
Penulis gaek
artikel perjalanan itu mengatakan, adanya pandangan dan prasangka tentang Iran
yang “tercerai-berai”, runtuh seketika setelah berjumpa situasi di lapangan. Dia
lalu bahkan memproklamasikan Timur Tengah sebagai negara “paling mengejutkan
dan menarik” yang pernah didatanginya.
Pada kunjungan itu,
ia bersama delapan warga AS justru diperlakukan bak selebriti Hollywood.
"Saya pernah dikelilingi pelajar putri di sebuah taman di Shiraz dan juga
di makam penyair Sadi dari abad ke-13 untuk dimintai tanda tangan," ungkap
Steves. Tak hanya itu ia juga diundang untuk bersantap malam di rumah seorang
pemilik toko sepatu di Isfahan yang memiliki TV dengan sambungan satelit ilegal
sehingga bisa mengakses CNN dan opera sabun terkini Amerika.
Menurut Steves,
yang membuat Iran bukan pilihan wisata bagi sebagian besar turis Barat adalah
karena adanya bermacam batasan, termasuk
keharusan menggunakan kerudung bagi setiap wanita, dan juga larangan terhadap alkohol.
Namun bagi beberapa turis, kualitas kehidupan sosial yang penuh larangan dan
tertutup dari luar ini justru memancing rasa penasaran.
Sementara itu warga AS lainnya, Daniel Noll dan Audrey Scott, yang berkeliling Iran pada 2011, mengatakan, Orang Iran kerap terkejut saat mengetahui mereka orang Amerika dan bisa mendapatkan visa ke negara mereka. “Begitu menerima fakta itu, mereka langsung menyambut kami dengan hangat, semuanya, dari salam, senyum, pelukan, hadiah hingga undangan ke rumah, terutama bila pemandu kami sedang tidak terlihat bersama kami." (lihat: http://www.uncorneredmarket.com/2011/12/american-travel-iran/#more-9918)
Menariknya,
menurut hasil poling World Public Opinion 2009, 51 persen warga Iran memiliki
pandangan positif terhadap orang AS, jumlah itu juga sebanding dengan poling
lain yang menyatakan orang AS disukai di Iran ketimbang di tempat lain di Timur
Tengah. **
News peg:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar