3/09/2013

Iran Tak Seburuk yang Amerika Kira



“Turis AS justru diperlakukan bak selebriti Hollywood”

Dari sejak peristiwa penggulingan rezim Pahlevi 1979 (Revolusi Iran) hingga kini, sepertinya tak ada negara lain di dunia ini yang paling dicurigai dan ditakuti oleh Amerika Serikat (AS) selain Iran. Argo, film penyabet Oscar sebagai film terbaik bikinan Ben Affleck pada Academy Award 2013, barangkali bisa menjadi cerminan awal paranoia-isme negara adidaya itu terhadap Iran, terlebih sejak negeri ini dipimpin Mahmud Ahmadinejad.

Rick Steves di antara pelajar Iran
Seperti kita ketahui, Ahmadinejad adalah salah seorang pimpinan dunia paling anti (pemerintahan) AS. Satu artikel yang dimuat The Atlantic (seperti dilansir USA Today) pada 2012 menyebutkan, sebagian presepsi warga Amerika terhadap Iran terbatas hanya oleh pidato Ahmadinejad yang anti-Amerika dan juga seruan-seruan "Matilah Amerika" yang mendapat dukungan dari Pemimpin Spiritual Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei.

Mantan duta besar Kanada untuk Iran saat peristiwa yang diangkat ke film Argo itu terjadi mengatakan, suasana Iran tidak seburuk seperti yang digambarkan film tersebut. Malah para turis asal AS yang nekat melanggar travel warning, mendapati situasi yang bersahabat, bahkan perlakuan bak bintang Hollywood.

“Argo tak berbuat banyak untuk membetulkan pandangan selip bahwa Iran adalah negara yang selalu diwarnai revolusi dan kerusuhan berkepanjangan,” sebut Ken Taylor, mantan Dubes Kanada yang menjadi salah satu karakter dalam film Argo. Kepada Canada.com Ken Taylor menuturkan, ia menghabiskan hampir tiga tahun di Tehran, dan selama itu tak pernah merasa kehidupannya terancam.

Ia malah menggambarkan keramahan Iran itu tulus dan hangat. "Sepertinya penulis skenario di Hollywood tidak tahu apa yang mereka bicarakan," ujar Ken. Sebagai karakter yang sebenarnya sentral dalam peristiwa penyelamatan enam warga AS yang terjebak di Iran saat peristiwa Revolusi Iran, Ken merasa perannya atas nama pemerintah Kanada diremehkan dalam film tersebut, dan lebih mengedepankan keheroikan CIA (http://www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/02/23/11/133319/Mantan-Dubes-Kanada-untuk-Iran-Kecewa-dengan-Argo).

Bagaimana dengan komentar warga AS yang pernah berpetualang ke negeri para mullah ini? Rick Steves, warga AS yang melakukan perjalanan ke Iran pada 2008 mengatakan, warga Amerika menyadari ternyata begitu banyak hal terkait pemerintah Iran yang dilebih-lebihkan dengan keterlaluan (lihat: http://www.usatoday.com/story/dispatches/2013/02/25/argo-iran-tourism/1945535/).

Penulis gaek artikel perjalanan itu mengatakan, adanya pandangan dan prasangka tentang Iran yang “tercerai-berai”, runtuh seketika setelah berjumpa situasi di lapangan. Dia lalu bahkan memproklamasikan Timur Tengah sebagai negara “paling mengejutkan dan menarik” yang pernah didatanginya.

Pada kunjungan itu, ia bersama delapan warga AS justru diperlakukan bak selebriti Hollywood. "Saya pernah dikelilingi pelajar putri di sebuah taman di Shiraz dan juga di makam penyair Sadi dari abad ke-13 untuk dimintai tanda tangan," ungkap Steves. Tak hanya itu ia juga diundang untuk bersantap malam di rumah seorang pemilik toko sepatu di Isfahan yang memiliki TV dengan sambungan satelit ilegal sehingga bisa mengakses CNN dan opera sabun terkini Amerika.

Menurut Steves, yang membuat Iran bukan pilihan wisata bagi sebagian besar turis Barat adalah karena adanya  bermacam batasan, termasuk keharusan menggunakan kerudung bagi setiap wanita, dan juga larangan terhadap alkohol. Namun bagi beberapa turis, kualitas kehidupan sosial yang penuh larangan dan tertutup dari luar ini justru memancing rasa penasaran.

Sementara itu warga AS lainnya, Daniel Noll dan Audrey Scott, yang berkeliling Iran pada 2011, mengatakan, Orang Iran kerap terkejut saat mengetahui mereka orang Amerika dan bisa mendapatkan visa ke negara mereka. “Begitu menerima fakta itu, mereka langsung menyambut kami dengan hangat, semuanya, dari salam, senyum, pelukan, hadiah hingga undangan ke rumah, terutama bila pemandu kami sedang tidak terlihat bersama kami." (lihat: http://www.uncorneredmarket.com/2011/12/american-travel-iran/#more-9918)

Menariknya, menurut hasil poling World Public Opinion 2009, 51 persen warga Iran memiliki pandangan positif terhadap orang AS, jumlah itu juga sebanding dengan poling lain yang menyatakan orang AS disukai di Iran ketimbang di tempat lain di Timur Tengah. **


News peg:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar