3/23/2013

Pedulikan Lingkar Pinggang daripada Berat Badan


“Untuk perempuan, lingkar pinggang sebaiknya tak lebih dari empat setengah jengkal tangan sendiri”

Salah satu indikator yang biasa digunakan untuk mengukur kesehatan tubuh adalah dengan mengetahui bobot badan kita. Cara yang paling umum dilakukan adalah dengan menimbang. Tidak salah, namun ada cara lain yang tidak banyak dilakukan orang padahal boleh jadi lebih mengindikasikan langsung pada kesehatan tubuh kita, yaitu mengukur lingkar pinggang.
Hati-hati!!


"Lingkar pinggang ini penting, karena ini dampaknya bisa lebih berbahaya daripada sekadar indeks massa tubuh," kata dokter spesialis gizi dari FKUI-RSCM, dr. Fiastuti Witjaksono, SpGK(K). Ia menjelaskan, untuk perempuan, lingkar pinggang ideal tidak boleh lebih dari 80 cm atau setara dengan empat setengah jengkal tangan sendiri. Sementara untuk pria adalah 90 cm atau lima jengkal. 


Mereka yang memiliki lingkar pinggang dan perut melebihi ukuran ideal, kata Fiastuti, berisiko terkena penyakit kardiovaskular, diabetes, hipertensi serta penyakit berbahaya tidak menular lainnya (http://www.republika.co.id/berita/humaira/ibu-anak/13/03/14/mjmeov-ini-pentingnya-ukur-lingkar-pinggang). Lingkar pinggang yang melebihi ukuran ideal menandakan bahwa pada bagian itu terjadi penimbunan lemak yang dapat membahayakan organ vital tubuh.
 

Selain ke pinggang dan perut, tubuh sebenarnya akan menyimpan kelebihan lemaknya ke paha dan bokong. Namun dibandingkan lemak di paha atau bokong, timbunan lemak pada pinggang dan perut lebih berbahaya. Selain karena posisi pinggang dan perut dekat dengan organ-organ penting tubuh seperti jantung, ginjal, atau paru-paru, karakter lemak di daerah itu juga memiliki sel yang lebih besar sehingga lebih berisiko memicu penyakit-penyakit berbahaya tak menular tersebut (http://m.citacinta.com/article/mobArticleDetail.aspx?mc=001&smc=002&ar=914&catCode=01). Inilah mengapa berat badan keseluruhan tidak lebih mengindikasikan bahaya ketimbang lingkar pinggang.


Berkaitan dengan penyakit diabetes misalnya, timbunan lemak berlebih di pinggang akan mengacaukan stabilitas insulin dalam darah sehingga meningkatkan tekanan darah, dan inilah yang akan mengundang penyakit diabetes. Karena itu dapat juga disebut bahwa kegemukan di perut atau pinggang (obesitas sentral) merupakan salah satu dari tanda sindrom metabolik, yakni ketika metabolisme organ dalam tubuh tidak berjalan dengan semestinya.


Obesitas sentral juga merupakan tanda telah terbentuknya timbunan lemak di organ dalam. Karena itu, dokter menyarankan penurunan berat badan bila seseorang telah mengalami kegemukan di perut.  Menurut dr Terry Maguire, pengajar senior di Queens University, Belfast, Irlandia Utara, timbunan lemak di organ dalam terkait dengan pelapasan hormon protein yang menyebabkan inflamasi (peradangan) yang bisa merusak arteri dan masuk ke liver. Hal ini akan memengaruhi tubuh dalam memecah lemak dan gula darah (http://health.kompas.com/read/2010/01/04/11314215/Bahaya.Lemak.di.Pinggang.Kurang.Disadari).


Mengapa lemak bisa tertimbun di pinggang? Lemak dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi untuk beraktivitas. Saat dikonsumsi melalui makanan, bentuknya masih berupa kalori. Namun ketika jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak daripada kalori yang dibakar, maka tubuh akan menyimpan kelebihan kalori itu dalam bentuk lemak. 


Contoh kongkretnya, mengonsumsi satu batang coklat sehari setara dengan kelebihan 100 kalori per hari. Bila mengonsumsi makanan yang seperti ini terus menerus, akan berakibat penambahan 5 kg berat badan dalam 12 bulan, atau lebih dari 50 kg dalam 10 tahun (http://www.domeclinic.com/artikel/mengenal-obesitas.html).


Kemana saja kelebihan kalori yang sudah berupa lemak ini akan disimpan?  Distribusi lemak di dalam tubuh antara pria dan wanita umumnya berbeda. Pada pria ada kecenderungan lebih berisiko karena lemak cenderung ditimbun di bagian tengah (bentuk tubuh apel). Sementara wanita boleh sedikit lega sebab lemak cenderung lari ke sekitar paha dan pantat (bentuk tubuh pir). 


Selain jenis kelamin, faktor lainnya yang memengaruhi ke mana lemak ditimbun adalah keturunan dan usia. Mengenai usia, lebih berkaitan dengan semakin meningkat usia biasanya orang lebih jarang berolahraga karena faktor vitalitas yg sudah menurun (http://id.prmob.net/berat-badan/persentase-lemak-tubuh/jaringan-adiposa-243485.html).


Ingin terhindar dari berbagai penyakit akibat metabolisme tubuh yang tidak semestinya itu? Cara paling umum dan paling sehat, juga murah meriah, yang paling banyak disarankan tentunya dengan berolahraga. Namun jika faktor lemak di bagian pinggang ingin mendapat perhatian khusus, kita bisa memulai dengan mengganti asupan karbohidrat dengan karbohidrat kompleks. 


Contoh karbohidrat kompleks adalah gandum dan gula aren. Karbohidrat sederhana seperti gula pasir, mi instan, dan nasi putih akan lebih lama diserap tubuh sehingga menumpuk di pinggang. Anda juga sebaiknya mulai mengaktifkan tubuh bagian bawah, bisa dengan berlatih kardio: jalan kaki, lari, bersepeda, atau berenang.


Selain itu, biasakan berjalan kaki 15 menit saja setelah makan untuk mengurangi penumpukan makanan di perut. Jalan kaki juga menambah massa otot yang membuat kalori yang masuk jadi terbakar (http://m.citacinta.com/article/mobArticleDetail.aspx?mc=001&smc=002&ar=914&catCode=01). Selamat merampingkan pinggang!





Newspeg:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar