“Untuk
perempuan, lingkar pinggang sebaiknya tak lebih dari empat setengah jengkal tangan
sendiri”
Salah satu indikator yang biasa
digunakan untuk mengukur kesehatan tubuh adalah dengan mengetahui bobot badan
kita. Cara yang paling umum dilakukan adalah dengan menimbang. Tidak salah,
namun ada cara lain yang tidak banyak dilakukan orang padahal boleh jadi lebih
mengindikasikan langsung pada kesehatan tubuh kita, yaitu mengukur lingkar
pinggang.
Hati-hati!! |
"Lingkar pinggang ini penting,
karena ini dampaknya bisa lebih berbahaya daripada sekadar indeks massa tubuh,"
kata dokter spesialis gizi dari FKUI-RSCM, dr. Fiastuti Witjaksono, SpGK(K). Ia
menjelaskan, untuk perempuan, lingkar pinggang ideal tidak boleh lebih dari 80
cm atau setara dengan empat setengah jengkal tangan sendiri. Sementara untuk
pria adalah 90 cm atau lima jengkal.
Mereka yang memiliki lingkar
pinggang dan perut melebihi ukuran ideal, kata Fiastuti, berisiko terkena penyakit kardiovaskular, diabetes, hipertensi
serta penyakit berbahaya tidak menular lainnya (http://www.republika.co.id/berita/humaira/ibu-anak/13/03/14/mjmeov-ini-pentingnya-ukur-lingkar-pinggang).
Lingkar pinggang yang melebihi ukuran ideal menandakan bahwa pada bagian itu
terjadi penimbunan lemak yang dapat membahayakan organ vital tubuh.
Selain ke pinggang dan perut, tubuh sebenarnya
akan menyimpan kelebihan lemaknya ke paha dan bokong. Namun dibandingkan lemak
di paha atau bokong, timbunan lemak pada pinggang dan perut lebih berbahaya. Selain
karena posisi pinggang dan perut dekat dengan organ-organ penting tubuh seperti
jantung, ginjal, atau paru-paru, karakter lemak di daerah itu juga memiliki sel
yang lebih besar sehingga lebih berisiko memicu penyakit-penyakit berbahaya tak
menular tersebut (http://m.citacinta.com/article/mobArticleDetail.aspx?mc=001&smc=002&ar=914&catCode=01). Inilah mengapa berat badan keseluruhan tidak lebih mengindikasikan bahaya ketimbang lingkar pinggang.
Berkaitan dengan penyakit diabetes
misalnya, timbunan lemak berlebih di pinggang akan mengacaukan stabilitas
insulin dalam darah sehingga meningkatkan tekanan darah, dan inilah yang akan
mengundang penyakit diabetes. Karena itu dapat juga disebut bahwa kegemukan di
perut atau pinggang (obesitas sentral) merupakan salah satu dari tanda sindrom metabolik,
yakni ketika metabolisme organ dalam tubuh tidak berjalan dengan semestinya.
Obesitas
sentral juga merupakan tanda telah terbentuknya timbunan lemak di organ dalam.
Karena itu, dokter menyarankan penurunan berat badan bila seseorang telah
mengalami kegemukan di perut. Menurut dr
Terry Maguire, pengajar senior di Queens University, Belfast, Irlandia Utara,
timbunan lemak di organ dalam terkait dengan pelapasan hormon protein yang
menyebabkan inflamasi (peradangan) yang bisa merusak arteri dan masuk ke liver.
Hal ini akan memengaruhi tubuh dalam memecah lemak dan gula darah (http://health.kompas.com/read/2010/01/04/11314215/Bahaya.Lemak.di.Pinggang.Kurang.Disadari).
Mengapa lemak bisa tertimbun di
pinggang? Lemak dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi untuk beraktivitas. Saat
dikonsumsi melalui makanan, bentuknya masih berupa kalori. Namun ketika jumlah
kalori yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak daripada kalori yang dibakar,
maka tubuh akan menyimpan kelebihan kalori itu dalam bentuk lemak.
Contoh kongkretnya, mengonsumsi satu
batang coklat sehari setara dengan kelebihan 100 kalori per hari. Bila mengonsumsi
makanan yang seperti ini terus menerus, akan berakibat penambahan 5 kg berat
badan dalam 12 bulan, atau lebih dari 50 kg dalam 10 tahun (http://www.domeclinic.com/artikel/mengenal-obesitas.html).
Kemana
saja kelebihan kalori yang sudah berupa lemak ini akan disimpan? Distribusi lemak di dalam tubuh antara pria
dan wanita umumnya berbeda. Pada pria ada kecenderungan lebih berisiko karena lemak cenderung ditimbun
di bagian tengah (bentuk tubuh apel). Sementara wanita boleh sedikit lega sebab
lemak cenderung lari ke sekitar paha dan pantat (bentuk tubuh pir).
Selain jenis kelamin, faktor
lainnya yang memengaruhi ke mana lemak ditimbun adalah keturunan
dan usia. Mengenai usia, lebih berkaitan dengan semakin meningkat usia biasanya
orang lebih jarang berolahraga karena faktor vitalitas yg sudah menurun (http://id.prmob.net/berat-badan/persentase-lemak-tubuh/jaringan-adiposa-243485.html).
Ingin terhindar dari berbagai
penyakit akibat metabolisme tubuh yang tidak semestinya itu? Cara paling umum dan
paling sehat, juga murah meriah, yang paling banyak disarankan tentunya dengan
berolahraga. Namun jika faktor lemak di bagian pinggang ingin mendapat
perhatian khusus, kita bisa memulai dengan mengganti asupan karbohidrat dengan karbohidrat
kompleks.
Contoh karbohidrat kompleks adalah gandum
dan gula aren. Karbohidrat sederhana seperti gula pasir, mi instan, dan nasi
putih akan lebih lama diserap tubuh sehingga menumpuk di pinggang. Anda juga sebaiknya mulai mengaktifkan tubuh
bagian bawah, bisa dengan berlatih kardio: jalan kaki, lari, bersepeda,
atau berenang.
Selain itu, biasakan berjalan kaki
15 menit saja setelah makan untuk mengurangi penumpukan makanan di perut. Jalan
kaki juga menambah massa otot yang membuat kalori yang masuk jadi terbakar (http://m.citacinta.com/article/mobArticleDetail.aspx?mc=001&smc=002&ar=914&catCode=01). Selamat merampingkan pinggang!
Newspeg:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar