3/28/2013

Awas, Mendengkur adalah Indikasi Tersumbatnya Jalan Napas



Selama ini, kita menganggap mendengkur saat tidur adalah sesuatu yang normal, bahkan seolah-olah menjadi gambaran nyenyaknya tidur seseorang. Kenyataannya, mendengkur merupakan gejala terhambatnya saluran napas, dan ini dapat menyebabkan kadar oksigen yang dibutuhkan tubuh tidak tercapai. Seringkali, saluran napas para pendengkur ini bahkan akan terhenti, dan berujung pada kualitas hidup yang amburadul.

ngorok oh ngorok!


Dalam kondisi saluran napas benar-benar tertutup, si penderita terpaksa akan terbangun mendadak untuk menarik napas kembali. Gejala ini di dalam dunia medis disebut dengan nama tidur apnea, atau juga OSA yang merupakan singkatan dari Obstructive Sleep Apnea (OSA).

"Gejala itu dalam jangka panjang  berisiko terkena penyakit tekanan darah tinggi, diabetes, serangan jantung dan stroke," ungkap Pakar Kardiologi, Bambang Budi Siswanto, MD, PhD, dalam acara peringatan World Sleep Day di Jakarta, Rabu (27/3). (http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/13/03/27/mkbngj-jangan-anggap-sepele-tidur-mendengkur). Jadi jelas, mendengkur bukan sesuatu yang normal.

Durasi terjadinya apnea bervariasi sampai 10 detik atau bahkan lebih lama. Saat sleep apnea terjadi, karbondioksida, alih-alih oksigen, akan menumpuk di dalam darah. Lalu otak akan mendeteksi adanya kekurangan oksigen dan memberi sinyal pada saraf-saraf agar si penderita terbangun untuk menarik napas kembali secara normal. Tubuh akan melakukan tarikan napas itu secara dalam dan cepat. Dalam keadan seperti ini, si penderita biasanya akan mendadak bangun dalam keadaan seperti tercekik dan gelagapan (http://www.berbagaihal.com/2011/06/penyebab-kenapa-tidur-mendengkur.htmldanhttp://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/02/05/mendengkur-potensi-bencana-530977.html).

Menurut dr. Andreas Prasadja, RPSGT, konsultan gangguan tidur dari RS Mitra Kemayoran Jakarta, terhentinya napas dalam sleep apnea hanya terjadi beberapa detik, dan tidak sampai membuat si penderita terjaga. Ia pun tertidur kembali, mendengkur lagi, dan napasnya terhenti lagi. Proses ini kata Andreas disebut micro arousal atau proses tidur yang terpotong-potong.

Meski tak sampai benar-benar terjaga, micro arousal itu membuat kualitas tidur memburuk. Sehingga, penderita sleep apnea, walaupun sudah tidur dalam waktu yang sangat cukup, tetap bangun dalam keadaan tidak segar dan terus merasa mengantuk (hipersomnia). “Mengantuk membuat mood menjadi jelek, tidak bisa konsentrasi, pelupa, sakit kepala, dan mudah stres,” ujar Andreas (http://www.femina.co.id/isu.wanita/kesehatan/bukan.dengkur.biasa/005/005/244).

Peristiwa sleep apnea ini bisa terjadi puluhan atau ratusan dalam semalam. Namun menurut Andreas, si penderita tak akan ingat jika ia sesak dan terbangun-bangun ratusan kali sepanjang malam. Sebab episode bangun yang terjadi hanya berlangsung beberapa detik saja. Tetapi akibatnya pada kualitas hidup luar biasa. Tanpa tahu sebabnya, pendengkur selalu mengantuk. Kemampuan konsentrasi, analisa dan daya ingat menurun. Emosi pun turut naik turun dengan tajam (http://health.kompas.com/read/2012/12/10/05473158/Wanita.Pendengkur.Alami.Kerusakan.Otak.Lebih.Parah).

Pasokan oksigen ke seluruh organ vital yang terganggu akibat sleep apnea ini, juga berpotensi merusak otak dan meningkatkan risiko  terkena penyakit kardiovaskuler (yang berkenaan dengan jantung), dan kerusakan organ tubuh vital lainnya itu. Akibat lainnya karena tidak cukup tidur, tubuh seringkali membutuhkan karbohidrat ekstra. Penderita sleep apnea kemudian akan banyak makan sehingga cenderung lebih gemuk, kegemukan adalah faktor risiko berbagai penyakit, termasuk menjadi penyebab sleep apnea itu sendiri (http://majalahkesehatan.com/sleep-apnea-gangguan-tidur-yang-jarang-diketahui-orang/).

Berkaitan dengan kerusakan otak, dr. Andreas Prasadja, RPSGT, menulis: sekelompok peneliti di UCLA memublikasikan penelitian mereka pada jurnal SLEEP 2008 yang menunjukkan adanya kerusakan bagian-bagian tertentu otak pada penderita sleep apnea. Dan meskipun para pendengkur kebanyakan pria, namun risiko kerusakan otak akibat sleep apnea lebih besar bagi pendengkur wanita, terutama menurut jurnal tersebut, ini jika dikaitkan dengan faktor depresi dan kecemasan pada kaum wanita.

Sleep apnea dapat dirawat, antara lain dengan continuous positive airway pressure (CPAP). Penggunaan CPAP ini telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kondisi jantung serta kontrol gula darah. Namun walau sleep apnea-nya sudah dirawat, kerusakan otak akibat sleep apnea tersebut sayangnya bersifat permanen dan tak dapat dikembalikan. CPAP hanya dapat mencegah kerusakan lebih lanjut. CPAP adalah satu alat mirip masker yang dilengkapi tabung kecil untuk memompa udara bertekanan positif ke dalam saluran pernapasan, bentuknya sangat fleksibel sehingga tidak menggangu tidur (http://health.kompas.com/read/2012/12/10/05473158/Wanita.Pendengkur.Alami.Kerusakan.Otak.Lebih.Parahdanhttp://www.hidupgaya.com/index.php?action=content&id=2010021919075714).

Siapa yang lebih berisiko mengalami sleep apnea? Karena gangguan ini berkaitan erat dengan tidur yang mendengkur, maka pria lebih berisiko. Perbandingannya cukup besar: pria 80%, wanita 20%. Alasannya terkait dengan distribusi kelebihan berat badan pada pria yang menumpuk di dada dan leher sehingga menyebabkan penyempitan saluran udara. Kelebihan berat badan pada wanita umumnya menumpuk di pinggul.

Risiko makin tinggi jika si penderita menderita menderita kegemukan (obesitas), berusia di atas 40 tahun, memiliki leher besar/tebal, lidah besar, amandel besar, dagu melipat ke dalam, tenggorokan kecil, atau keluarga yang beriwayat sleep apnea (http://majalahkesehatan.com/10-fakta-mengenai-mendengkur/danhttp://majalahkesehatan.com/sleep-apnea-gangguan-tidur-yang-jarang-diketahui-orang/).

Risiko lainnya bisa juga disebabkan saluran pernapasan si penderita memang sudah sempit sejak lahir, atau juga karena dinding saluran pernapasan yang melunak/melemas saat tidur yang bisa muncul pada usia berapa saja. Melemasnya dinding saluran napas inilah yang mengakibatkan dengkuran, dan bila terlalu lembek bisa menutup saluran napas sehingga aliran udara dari dan ke paru-paru jadi terganggu. Demikian dr. Andreas Prasadja, RPSGT (http://www.femina.co.id/isu.wanita/kesehatan/bukan.dengkur.biasa/005/005/244).

Mekanisme otak memang akan “memerintahkan” seseorang yang mengalami sleep apnea agar segera terbangun supaya menghirup napas kembali. Nah, bagaimana jika otot tidak berhasil menerima sinyal dari otak agar segera menarik napas? Jawabannya, selamat dating kematian, karena kondisi ini akan menyebabkan jantung tiba-tiba berhenti berdenyut.

News peg:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar